Tiga
Kesibukan hari ini merajarela. Pembahasan tugas dan materi ujian membuat Sura tak sempat melakukan kebiasaannya. Tapi Sura punya insting kuat, kalau sesuatu yang genting akan datang nanti.
"Ketua kelas."
Sura menoleh, ada Yane dan Alfa berdiri di sisi mejanya. "Ya?" Bukan pemandangan biasa ketika teman sekelas menghampiri Sura. Itu pertanda ada sesuatu mendesak dan harus dibicarakan dengan Sura.
"Ini hari ke empat Panji nggak masuk sekolah," Alfa buka suara seraya membuka lembar buku panjang di tangannya. "Kita jenguk dia, dikonfirmasi?" tanya cowok itu pada Sura yang berwajah datar.
"Bendahara. Udah tahu Panji dirawat di mana? Di RS atau rumah?" Sura bertanya balik, nadanya terus terjaga tenang, seperti biasa. Kelas mulai bising akibat bisik-bisik, tapi kentara sekali suaranya Sura dengar.
Alfa terdiam, dia menoleh pada Yane, "Sekretaris, lo tahu dia dirawat di mana?" Yane menggeleng perlahan. Wajah datar Sura terlihat bukan pertanda yang baik untuk Yane.
"Laporan kemarin, Panji sudah boleh pulang ke rumahnya. Dia kena DBD, dirawat itensif. Ini hari keempat, dan sekeretaris tidak tahu menahu keadaan siswa kelasnya? Yane, sebagai sekretaris tugasnya nggak cuman melulu ngisi absensi kelas. Gue baru negur lo di hari ke empat, karna gue pikir lo bakalan bawa informasi tentang Panji. Tapi ketidakmautahuan lo itu mengecewakan."
Yane meneguk salivanya berat, wajahnya keras. Ditegur seperti itu cukup membuat Yane sakit hati, tapi dia tidak bisa menyanggah Sura, karena ketua kelas itu berkata benar.
"Lo mungkin nggak suka berkomunikasi sama gue. Tapi demi kepentingan siswa yang lo tanganin, harusnya lo bisa kesampingkan perasaan. Dan setidaknya tanya wali kelas, atau tata usaha, buat nyari info nomor telepon dan alamat rumah Panji. Nah, lo baru mau nyari tahu sekarang alamat rumah panji ke TU?
Tak rela, Yane mengangguk. Alfa mengesah, "Udahlah jangan ditekan lagi dia, sekarang kita cari solusinya, bisa 'kan?"
Sura mengangguk samar, raut masamnya tak dia tunjukkan jelas. "Bukan berarti karna sekretaris ditegur, ini tertumpuk jadi salah Yane doang. Tapi bendahara, lo juga. Gue nggak menekan, justru membuka pikiran. Gue bukannya nggak ikhlas nyari informasi Panji sendirian. Tapi ini tentang kerjasama, dan kepedulian satu sama lain."
Setidaksukanya pun mereka pada Sura, tetapi mereka tak mampu membantah. Sura punya aura tegas dan menaklukkan. Lagi, apa yang gadis itu katakan konkret adanya.
Sura menghela napas sambil memejamkan mata. "Maaf," ujarnya. Jangan pikir mengatakan hal itu mudah seperti mengedipkan mata. Hati Sura tercubit, tapi dia merelakan walau ini bukan penuh salahnya.
Tidak ada yang mampu berkata, seolah kata maaf yang Sura katakan barusan menampar lebih keras.
"Kita jenguk Panji. Kita semua, 29 orang. Wali kelas bakal nyusul kalau tugasnya terkejar, begitu kata beliau. Bendahara, buah tangan sudah disiapkan?"
Alfa terdiam sesaat, tampak gugup, "Biar gue pesan sekarang."
"Kalau mau baru dipesan, kapan lagi tibanya? Tapi lo tetap pesan hari ini Alfa, dan suruh mereka antar senin." Sura menjilat bibirnya yang mengering, "Menjenguk Panji hari ini dibatalkan, karna persiapan kita kurang matang. Dan lagi gue bakal nginfo ke orangtua Panji kalau kita bakal berkunjung senin."
Mereka semua terdiam, saling melempar kata dalam bentuk non verbal. Yane dan Alfa angkat kaki dari sisi Sura. Pelajaran tambahan berakhir lima belas menit lagi, dan mereka dibebaskan sudah sejak setengah jam lalu tanpa pengawasan guru.
Sura melesakkan kertas putih polosnya ke dalam saku rok, sedang satu pulpen Sura sudah selalu bertengger di saku seragamnya. Sebelum beranjak pergi Sura memberitahu teman sekelas kalau ia akan ke ruang guru, menginfokan wali kelas bahwa menjenguk Panji hari ini batal.
Salah seorang guru piket mengatakan pada Sura kalau wali kelas sedang di toilet. Oleh sebab itu Sura bergegas mengambil kertas dari saku, ia memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
10 Februari 2018
Ini tidak untuk menang sendiri, juga bukan ajang unjuk gigi. Tapi tentang kerjasama di antara kita. Mempertahankan ego justru mengakibatkan korban yang tak bersalah berjatuhan. Siapa bilang mengesampingkan ego enak? Mudah? Butuh tekad dan hati besar buat ngelakuinnya.
Sura. Perkembangan lo bertambah sedikit!
Rasa sesak di dada Sura balas dengan senyuman, seperti yang baru ia tulis, bahwa ada perkembangan lagi dalam dirinya, jadi ego itu sudah makin Sura tekan meski sakit rasanya.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top