2. Budeg
Hari ini hari minggu, kemarin aku memancing dijembatan, dan tidak dapat apa-apa kecuali anak patin yang ku lepas lagi.
Hari ini masih gerimis, dengan meminjam sepatu boot milik ayah ku aku berjalan lagi dengan tongkat pancing dan ember, terlihat awan-awan berwarna kelabu masih menaungi tempat ini.
Aku sampai kejembatan dan melempar kail pancing ku, bagaikan berkah dari surga kami berpapasan lagi, aku melihat kearahnya dan iya melihat kearah ku, lalu kembali ku palingkan wajah ku, jadi hari ini akan terjadi lagi, kami berpapasan disebuah jembatan dan kami tidak punya kata-kata apapun untuk dikatakan satu sama lain, tapi aku memaksa diri ku, hari ini akan menjadi hari yang lain.
"Hai, kalau boleh tahu siapa nama mu?." Tanya ku padanya yang sudah berjalan agak jauh.
Iya menghentikan langkahnya, anak perempuan dengan payung berwarna oranye itu berpaling dan melihat kearah ku, "aku?, nama ku Tania." Kata anak perempuan itu.
Aku hanya menganguk dan iya pun pergi, sekarang paling tidak aku sudah tahu namanya, lalu ku gores dengan sebuah paku namanya dijembaran ini, Tania.
Tania, harus ku pangil Tata atau Nia atau Tania saja, aku pulang dengan hati begitu puas, hari ini tidak sama dengan hari yang lainya, kami saling menatap, dan kami saling berbicara.
Aku masuk kerumah dan duduk disebuah kursi tamu, sebuah lagu dari grup band Minoru tersengar dari sebuah radio.
Jika kau mendengar suara hati ku,
Berbisik memangil nama mu,
Seakan bayang mu menjelma,
Nyata walau jarak memisahkan.
Itu lirik yang ku dengar, Nia ya akan kubpangil dia Nia, namun sebuah ketukan pintu terdengar dibelakang ku, aku bangun dari tempat duduk dan membuka pintu, terlihat anak perempuan mungkin seusia dengan ku, rambutnya panjang sebahu dan diikat kebelakang, matanya sedikit sipit, kulitnya coklat, anak perempuan itu membawa sebuah piring berisi nasi kebuli dengan abon daging sapi diatasnya, iya menyerahkan piring itu pada ku sambil tersenyum, aku tidak pernah melihat anak ini, mungkin dia tetanga baru.
"Kamu siapa?." Tanya ku pada anak perempuan kurus itu.
"Eri."
"Erik?."
"E-R-I," kata anak itu menjelaskan, sambil meninggalkan ku, iya masuk kesebuah rumah disamping kanan rumah yang berada diseberang rumah ku. "Eh nama kamu siapa?," teriknya pada ku saat iya berdiri dihalaman rumahnya.
"Randy"
"Rendi?."
"?."
Ya begitulah, mungkin kami sama-sama budeg.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top