11. Jam dinding Keroro
Suatu pagi dihari minggu, aku berjalan menuju pasar minggu didekat terminal yang ada dibelakang komplek rumah ku berada.
Eri, dia waktu itu menggenkan baju kaos putih yang agak kebesaran dengan celana jins, iya mengikuti ku dibelakang, saat aku sampai dipasar aku berjalan kesana kemari dan dia terus mengikuti ku, namun tiba-tiba iya menghilang.
Aku mencarinya, 3 kali aku berkeliling pasar hampir sama seperti orang tawaf, akhirnya aku menemukanya berdiri didepan penjual jam dinding, aku mendekatinya.
"Eri," aku memangilnya.
Dia melihat kearah ku yang berdiri disamping kananya, ia menujuk kearah jam dinding berbentuk wajah keroro, "harganya 30 ribu, uang ku kurang."
Aku menganguk, "aku bawa uang lebih, kita beli".
Eri nampak tersenyum pada ku, namun sayang seorang bapak-bapak memakai baju kaos tentara yang duduk didepan memilih jam dinding tiba-tiba kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh, tanganya menekan keras jam dinding yang diinginkan Eri, karena terbuat dari pelastik jam itu pecah, terpaksa bapak itu membelinya.
Kami pun pulang, terlihat Eri murung dibelakang ku, "jam kodok," kara ku padanya.
"Aku suka kodok, dulu kau kan menangkap kodok," kata Eri sambil tersenyum.
Kami pun tertawa disepanjang jalan.
Saat aku menemukan surat undangan pernikahan Eri dan Rahman, aku segera mencari jam dinding bentuk kodok keroro, disepanjang kota aku mencari tapi tidak ada, sampai aku bertemu Mario teman kuliah ku.
Mario punya jam seperti itu walau tidak mirip, iya bercerita mantannya lah yang membelikan, aku meminta tolong agar dia menjualnya pada ku, tapi dia tidak mau menjual, tapi dibarter, dibarter dengan majalah anime spesial edisi poster.
Aku langsung berangkat ketoko buku, dan ketemuakan, kami pun membarter, walau yang ku beli ini ternyata salah bukan majalah iya maksut karena waktu itu ada dua majalah anime yang sedang ada edisi poster, namun karena kasihan pada ku, ia tetap membarternya, aku pun kembali lagi ke toko buku dan membeli majalah yang benar, aku tidak ingin Mario rugi.
Setelah mendapatkanya lalu ku bungkus jam itu untuk hadiah pernikah Eri dan Rahman. Dan kata Rahman jam keroro yang ku ceritakan tidak pernah dipasang Eri, kata Eri jam keroro itu terlalu kekanak-kanakan.
Sudah jam 2 siang, Rahman berterimakasih pada ku dan berpamitan, katanya sekarang iya tahu hubungan ku dan Eri sangat buruk, iya apa lagi kami berjodoh pasti nasif Eri akan lebih buruk, kami berdua berjabat tangan dan berpisah.
Rahman kini menjadi teman difb ku, aku sempat terkejut iya meminta konfirmasi pertemanan, dari akun fb Rahman aku menemukan akun fb Eri, aku pernah meminta pertemanan difb Eri, tapi segera iya belokir.
Walau begitu aku sangat senang Eri mendapat seorang suami yang paling baik seperti Rahman.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top