1. Jembatan

Waktu itu hari sabtu tepat tanggal 1 januari, aku masih ingat, saat itu gerimis setelah tadi malam dikomplek rumah ku diguyur hujan, jalan-jalan nampak dipenuhi genangan air setinggi mata kaki orang dewasa, dengan sepatu boot ayah ku sambil membawa tongkat pancingan dan sebuah ember bekas cat aku berjalan menyusuri jalan basah dipenuhi air menuju keaebuah jembatan yang dibawahnya terdapat sungai yang cukup besar.

Perkomplekan rumah ku agak jauh dari kota, jadi rumah-rumah disini masih sedikit, banyak pohon-pohon, sungai-sungai jernih dan capung.

Aku sampai kejembatan yang ingin ku tuju, aku melemparkan kail pancing ku kebawah, dengan umpan anak tawon yang ku beli hari jumat tadi, aku berharap dapat ikan gabus atau toman.

Hari ini jam 9, keadaan masih saja gerimis, angin sedikit bertiup kearah barat, cuaca dilangit masih mendung dan berawan, sementara itu muncul seorang anak perempuan berambut pendek, berkulit putih dan bermata cerah, iya memakai sebuah payung berwarna oranye, sebuah kantong plastik berisi bumbu-bumbu masakan iya tenteng, anak perempuan itu sepertinya seusia dengan ku, mungkin umurnya 14 tahun.

Iya meliah kearah mata ku, aku langsung memalingkan muka, aku begitu malu dan gugub, dia berjalan melewati ku dan terus berjalan, aku rasa dia sangat manis, aku sudah sering berpapasan denganya dijembaran ini, awalnya aku tidak tertarik, namun aku merasa dia begitu manis dan cantik, aku sangat suka matanya, aku ingin bertanya siapa namanya?, dan dimana rumahnya?, tapi dengan umur 14 tahun ini masih belum bisa membuat ku bernyali menayakan itu padanya.

Semua ini membuat ku tersenyum sendiri, bagai mana bisa ini terjadi, kami selalu berpapasan dijembaran ini dan selalu diam, apakah ada lagu yang cocik untuknya, biar aku nyanyikan, walau ini tidak akan sampai kepadanya.

Gadis yang manis,
Mau kemanakah diri mu?,
Apa kau ingin pulang kerumah mu?,
Boleh kah aku tau siapa nama mu?,
Supaya aku dapat dengan jelas mendoakan kebahagian untuk mu?.

Hidup ini indah,
Walau hanya memikirkan mu,
Akan ku buat banyak lagu untuk mu.

Aku melihat mu berjalan sendirian dijalan yang sepi,
Bolehkah aku mengantar mu,
Biar aku tahu dimana rumah mu,
Kalau boleh aku ingin berkunjung dengan membawa sekeranjang jeruk untuk mu,
Jika boleh aku ingin minum teh bersama mu,
Aku ingin mendengarkan cerita tentang mu,
Sampai kau bosan dan mengantuk,
Baru aku pulang untuk datang kembali pada mu,

Hidup ini indah,
Walau hanya memikirkan mu,

Aku masih berdiri dijembatan itu melihat dia berjalan sampai iya menghilang, aku ingin tahu siapa namanya, mungkin untuk anak perempuan secantik dia namanya adalah Putri, Maya atau Nisa.

Aku hanya teraenyum sambil terdiam, bagaimana bisa ini terjadi, kami saling berpapasan dan saling melihat kearah mata masing-masing, namun untuk dirinya memang tidak ada kata yang bisa aku ucapkan, bahkan kata untuk menanyakan siapa namanya.

Kebodohan anak laki-laki.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: