Lembar 14
Dong Il memasuki salah satu ruangan di Rising Moon bersama beberapa pria berjas yang berjalan di belakangnya. Di dalam ruangan yang cukup gelap itu, Dong Il kemudian duduk di sebuah sofa dengan sebuah meja kaca yang berada di hadapannya.
"Bawa dia kemari," ucap Dong Il.
Pria di samping Dong Il memberikan isyarat pada rekannya yang kemudian meninggalkan ruangan itu. Hanya berselang detik, pintu ruangan kembali terbuka dari luar. Dua orang masuk dengan membawa In Sung yang tampaknya baru saja dipukuli, dilihat dari banyaknya luka yang berada di wajah pria itu.
Kedua pria itu membawa In Sung ke tengah ruangan tepat di hadapan Dong Il. Tubuh In Sung limbung begitu kedua pria itu melepaskan tangannya, membuatnya berlutut dengan kepala yang menunduk.
Dong Il kemudian beranjak dan menghampiri In Sung. Berjongkok di hadapan In Sung, tatapan yang menunjukkan kemarahan itu menghakimi In Sung yang tampak sudah tidak berdaya.
Sudut bibir Dong Il tersungging, mengawali pembicaraan di antara keduanya. "Kau tahu dosa apa yang sudah kau perbuat sehingga kau mendapatkan semua ini?"
In Sung tak menjawab, tak juga mengangkat wajahnya. Meski ia tidak tahu kesalahan yang mana yang dimaksud oleh Dong Il. Sebelumnya dia datang ke sana untuk memenuhi panggilan dari Dong Il, namun setibanya di sana para anak buah Dong Il justru memukulinya tanpa sebab yang jelas.
"Kau kemanakan putraku ... Kim Taehwa?"
Netra In Sung melebar. Perlahan ia mengangkat wajahnya, memandang Dong Il dengan tatapan terkejut.
Dong Il tersenyum lebar sebelum tawa ringan yang terdengar begitu licik keluar dari mulutnya. Dengan tawa itu, Dong Il membiarkan tangannya memberikan beberapa kali tepukan pada wajah In Sung yang terluka.
"Kau pikir berapa lama kau bisa menyembunyikan ini dariku?" Tangan Dong Il beralih memegang bahu In Sung. Menghentikan tawanya, tatapan marah itu kembali tertuju pada In Sung.
"Katakan padaku, kenapa kau membawa putraku malam itu? Aku akan mempertimbangkan apakah kau layak untuk mendapatkan maaf dariku atau tidak."
In Sung memalingkan wajahnya. Dong Il kemudian menarik tangannya dari bahu In Sung, mencoba untuk lebih bersabar saat menghadapi salah satu orang yang telah mendapatkan kepercayaan darinya.
"Tidak mau menjawab?"
"Tuan Muda Kim Soohyun," ucap In Sung.
Sebelah alis Dong Il terangkat. "Ada apa dengan anak itu?"
In Sung memberanikan diri untuk menatap Dong Il. "Waktu itu, Tuan Muda Kim Soohyun berniat untuk membunuh Tuan Muda Kim Taehwa ... dan saat itu aku menawarkan diri untuk membunuh Tuan Muda Kim Taehwa."
"Lalu kau membunuh anak itu?"
In Sung terdiam, merasa sangat ragu untuk menjawab. Akan menjadi masalah jika dia mengaku bahwa dia telah membunuh Taehwa ketika Dong Il mengetahui bahwa putranya masih hidup hingga saat ini. Namun In Sung juga tidak bisa membiarkan Dong Il mengetahui keberadaan Taehwa saat ini.
"Jawab pertanyaanku, apa kau membunuh anak itu?"
In Sung memalingkan wajahnya dan menjawab, "aku membuangnya di sungai Han."
Dong Il tertawa, seakan apa yang dikatakan oleh In Sung merupakan sebuah lelucon. "Membuang seorang bayi di sungai Han? Apa kau menghanyutkan anak itu? Bukankah akan sangat menakjubkan jika pada akhirnya anak itu selamat setelah kau menghanyutkannya di sungai? Kau pikir ini dongeng?"
Dong Il kembali menepuk wajah In Sung, yang kemudian diakhiri dengan dorongan pada kepala. "Temukan anak itu dan akan kuampuni dosamu."
In Sung kembali memandang Dong Il, namun saat itu Dong Il beranjak berdiri. Memandang para anak buahnya, Dong Il kemudian memberikan perintah, "secepatnya, temukan pemilik dari tanda Death Bringer itu."
"Baik, Bos," jawab orang kepercayaan Dong Il.
Dong Il memandang In Sung sebelum menggunakan kakinya untuk mendorong bahu In Sung dan membuat pria itu hampir limbung.
"Tidak berguna," ucap Dong Il yang kemudian meninggalkan ruangan itu bersama para anak buahnya. Menyisakan In Sung seorang diri.
Semua berawal dari sebuah sketsa Death Bringer yang beredar di internet. Di mana seorang pemuda mengatakan bahwa dia memiliki tato tersebut di punggungnya. Dan tentu saja itu bukanlah Hansung. Sebelumnya tanpa meminta izin dari Hansung, Jooheon memperjualkan sketsa Death Bringer. Menawarkannya pada para pengunjung studionya dan rupanya tato itu cukup menarik banyak pihak, tanpa Jooheon sadari bahwa tindakannya itu telah menghancurkan kehidupan damai orang lain.
In Sung menghela napasnya yang terdengar begitu berat. Sekilas mengusap wajahnya, In Sung mengeluarkan ponselnya. Mencoba untuk menghubungi Jisub, bagaimanapun juga dia tidak akan membiarkan Hansung kembali menjadi Kim Taehwa. Meski hingga saat ini In Sung belum mengetahui identitas yang digunakan oleh bayi Kim Taehwa, karena setelah memberikan bayi Kim Taehwa pada Jisub, In Sung benar-benar menepati janjinya untuk tidak mengusik keluarga Jisub.
Setelah menunggu beberapa saat, telepon tersambung. In Sung segera berbicara, "Hyeong, kita harus bertemu."
"Ada apa?" sahut Jisub di seberang, terdengar penuh selidik karena In Sung memang sudah lama tidak menghubunginya.
"Kita bicarakan saat kita bertemu nanti."
"Aku berada di luar kota untuk beberapa hari ke depan."
"Di mana?"
"Busan."
"Aku akan segera menemuimu di sana."
In Sung memutuskan sambungan. Beranjak dari tempatnya, In Sung sempat limbung dan menabrak sofa ketika hendak berjalan keluar.
°°°°
Hansung berdiri menghadap sungai Han, sedikit menjauh dari jalanan. Pikirannya berkelana, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan yang tidak mampu tersampaikan. Mana yang harus ia percaya?
Jooheon yang saat itu masih berada di dalam mobil lantas menegur Changkyun yang masih duduk di sampingnya, "Ya! Kim Changkyun, baiknya kita apakan orang itu?"
"Tinggalkan saja," acuh Changkyun yang sibuk dengan ponsel di tangannya.
"Eih ... kau ini. Dia anak orang, jika ada yang menculiknya kita juga akan berurusan dengan polisi."
"Hanya orang gila yang bersedia menculik orang setua itu."
Jooheon tersenyum lebar mendengar penuturan Changkyun. Namun saat itu netra Changkyun memicing ketika menemukan salah satu postingan di sosial media, di mana terdapat sketsa Death Bringer.
Changkyun kemudian menegur, "Hyeong, kau benar-benar serius ingin menjualnya?"
"Apa?" Jooheon mencondongkan tubuhnya ke arah Changkyun.
Changkyun menunjukkan layar ponselnya dan Jooheon kemudian mengambil alih ponsel Changkyun.
Changkyun kemudian menyatakan keberatannya, "bukankah sudah kukatakan untuk tidak melakukannya? Kita tidak tahu siapa orang itu. Jika ini ada hubungannya dengan Kim Dong Il, sudah jelas ini bukanlah masalah yang sepele."
Jooheon tersenyum remeh sembari mengembalikan ponsel Changkyun. "Memangnya siapa orang itu? Dia hanya orang kaya raya yang akan maju dalam pemilihan Presiden."
"Dia seorang kriminal. Bahkan polisi pun akan membutakan mata mereka ketika kau berurusan dengan mereka."
Jooheon mengernyit. "Dari mana kau tahu?"
"Perlukah aku jelaskan?"
"Eih ... kenapa kau selalu begitu? Sudahlah, mau dia kriminal atau bukan, itu bukan urusanku ... sebaiknya kau hampiri orang itu. Aku akan kehilangan banyak uang jika menemaninya melamun di sini."
Tak ingin berdebat dengan Jooheon, Changkyun lantas keluar dan menghampiri Hansung. Hansung yang menyadari kehadiran Changkyun lantas menoleh.
Changkyun menegur dengan pandangan yang mengarah pada sungai Han, "Jooheon Hyeong menyuruhku bertanya, kau ingin ditinggal atau pergi sekarang?"
Hansung menyahut, "kau tahu banyak tentang keluarga Kim Dong Il. Sekarang katakan padaku apa yang kau ketahui tentang Kim Taehwa."
Changkyun balik memandang. "Aku hanya mengetahui apa yang tertulis di internet. Jika kau mencari hubungan Kim Taehwa dengan keluarga Kim Dong Il di internet, kau tidak akan menemukan hasil apapun."
Hansung menjatuhkan pandangannya. Sekarang dia harus mulai memikirkan tentang asal mula dari tato di punggungnya.
Changkyun kembali berbicara, "dibandingkan dengan menemui langsung Kim Dong Il di Rising Moon, aku sarankan sebaiknya kau bertanya langsung pada orang tuamu ... akan lebih baik jika kau tidak berhubungan dengan keluarga Kim Dong Il."
Hansung kembali memandang Changkyun. "Kenapa?"
"Mereka adalah keluarga terburuk yang pernah kulihat. Untuk antisipasi, jika kau ingin tetap hidup dengan tenang, berusahalah untuk tidak terlibat masalah dengan Kim Soohyun."
Sudut bibir Hansung tersungging. "Kau mengatakan tidak tahu, tapi justru memberiku nasehat."
"Aku memiliki hak untuk diam ataupun berbicara. Ini hanyalah sebuah saran ... sebaiknya kau berhenti mengunjungi Rising Moon."
"Jika hanya di tempat itu aku bisa menemukan kebenaran tentang Kim Taehwa, maka aku akan terus datang ke tempat itu."
"Itu pilihanmu, aku tidak peduli pada apapun yang terjadi padamu nantinya."
Hansung kembali tersenyum, namun terlihat lebih misterius dari sebelumnya. "Mari kita lihat, siapa yang sebenarnya telah berbohong ... pembawa kematian Kim Taehwa. Suatu saat, aku pasti akan menemukan orang itu."
"Bagaimana jika ternyata itu adalah dirimu sendiri?" celetuk Changkyun, kembali mempertemukan pandangan keduanya.
Changkyun kembali berucap, "bagaimana jika ternyata si pembawa kematian Kim Taehwa adalah Choi Hansung? Apa yang akan kau lakukan?"
Selesai ditulis : 23.09.2020
Dipublikasikan : 26.09.2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top