Prolog

2020.10.01 [00.04]

GOODBYE
by Inas Sya

"Apa makna daisy bila telah bercampur darah? Cinta dalam diam yang akhirnya berubah menjadi dendam. Begitu?"

Now playing | Let Me Down Slowly — Alec Benjamin

***

Tap! Tap! Tap!

Gesekan antara alas kaki dengan lantai koridor itu terdengar jelas. Setangkai bunga daisy terpegang sempurna di tangan berjemari lentik, kelopaknya bergerak seiring angin malam menerpanya. Sepasang mata tajam menatap ke depan, menghampiri seorang pria yang berdiri kebingungan.

"Kau sudah datang rupanya." Pemuda di hadapannya membalikkan badan, menatap dengan kerutan kening yang kentara.

"Lo yang kirim gue pesan ini?" Dia menunjukkan ponselnya, menampilkan sebuah pesan singkat yang membuat dirinya datang ke sekolah ketika tengah malam hampir tiba. "Lo juga ngancem gue. Apa maksud lo kirim beginian?"

Bukannya mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang ia ajukan, justru secarik amplop hitamlah yang ia dapat. Tatapannya berpadu dengan bola mata berwarna cokelat yang seakan menyuruhnya untuk segera membuka amplop itu.

Welcome to this game. Take her heart and you will not die. You can't? Then say goodbye to this world. If you can do it, I will spare you.

"Apa ini?" Dia bertanya dengan nada keras, menatap tulisan dalam kertas yang dipegangnya dengan tatapan tak percaya. "Apa maksudnya?"

"Namanya Karenina Daisy. Selamat datang di permainan ini, Nizar."

Pemuda bernama Nizar itu melangkah mundur, ia tertawa. Seharusnya Nizar tak datang ke sekolah hanya untuk menerima undangan konyol seperti ini. Dia menatap orang di hadapannya. Dengan jaket hitam tebal bertudung juga topi berwarna serupa, ia tak bisa mengenali siapa wanita gila itu.

Angin berhembus kencang, suasana malam terasa mencekam meski Nizar tidaklah sendirian. Ia justru merasa merinding melihat senyum miring terpasang di bibir dengan lipstik merah menyala itu. Tangannya meremas kuat amplop berisi undangan lalu membuangnya.

"Waktumu sudah habis, Nizar. Jadi, apa yang kamu putuskan? Ikut dalam permainan ini?"

Nizar menggeleng spontan. "Lo kira gue gila ikut permainan konyol yang lo buat?"

Terdengar tawa renyah yang mengisi kesunyian di koridor kelas dua itu. Suara langkah kaki yang mendekatinya tak membuat Nizar mundur. Ia memejamkan mata saat setangkai bunga daisy diayunkan menyentuh wajahnya.

"Kau ..." Bisikan bernada datar tersebut terdengar menggelitik telinga Nizar. "Membuat keputusan yang salah."

Nizar mengerang keras merasakan tajamnya belati menusuk dada kirinya. Matanya membulat lebar, ia menatap darah berlomba-lomba keluar mengotori kemeja merah yang ia kenakan. Tatapannya beralih pada wanita yang telah melukainya, namun ia hanya melihat raut tanpa ekspresi di wajah itu.

"L—lo ...." Nizar tak sanggup meneruskan kalimatnya. Ia mengerang lagi, jantungnya berdetak sangat kencang merasakan sensasi sakit yang amat kentara. Tangannya terangkat hendak menyingkirkan, namun pertahanan tubuhnya runtuh. Nizar limbung, terjatuh tak berdaya seakan tengah meregang nyawa. Mungkin memang benar, Nizar berada di ambang mautnya.

Wanita tadi meletakkan setangkai bunga daisy yang selalu ia pegang di tangan Nizar. Kelopak putihnya terkotori oleh warna merah pekat, darah dari Nizar. Ia berbalik, mendapati dua pemuda yang menatapnya dengan ekspresi terkejut. Bukannya merasa takut karena ketahuan telah berusaha membunuh orang, ia justru tersenyum.

Kakinya melangkah mendekati dua pemuda itu. Ia menyerahkan dua amplop hitam kepada mereka, amplop yang sama dengan pemberiannya pada Nizar.

"Buatlah keputusan yang tepat. Jangan sampai bernasib sama seperti apa yang kalian lihat tadi. Jangan berani untuk mengadu, atau kalian akan mendapat hadiah istimewa dariku." Dia membalikkan badan, mendekati tubuh Nizar dan mengambil remasan kertas yang tadi dibuang Nizar.

"Ah, ya. Namanya Karenina Daisy. Waktu kalian dimulai dari sekarang. Selamat bermain."

***

To be continued ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top