13

"ngapain kalian datang kesini Bangsatul?! Gue lagi gak terima tamuuu" omel Lian kesal saat melihat para Curut datang ke rumahnya.

Dia gak terima mereka datang ke rumah, apalagi ada Arfan, Lian takut nanti si Aqilla jadi Cinlok sama Arfan!

"Heh Jaenudin! Emang ngapa sih gak boleh?!" Cibir Dimas

"Tau! Sombong banget sih Lu"Arsya ikut mencibir .

"Lian?? Ada siapa sih kok ribut banget? Kalo ada tamu di suruh masuk kalii" teriak Aqilla dari kamar mandi karena dia sedang mencuci saat ini.

"Iyaaaa" teriak Lian.

"Tuh kan? Istri Lo sendiri ngasih kita masuk!" Ketus Dimas.

"Ha'ah! Apa perlu gua bayar tiket untuk masuk ke rumah Lu?!" Tanya Arsya nyolot.

Cringgg.

Seketika ide berlian muncul di pikiran Lian.

Oke, Lian akan menagih tiket masuk ke rumahnya, tiketnya jelas saja uang, kan mayan dianya dapat uang secara cuma-cuma.

Hahahaha

"Oke! Ide bagus! Masuk ke rumah gua bayar tiket, tapi pake uang" kata Lian songong.

"Mau berapa sih Lo? 1 juta cukup?" Ucap Arsya sombong dia mengibas-ngibaskan tangannya.

"Nahh..cocok tuh, masing-masing 1 juta, tapi kalo untuk Lo Arfan? 2 juta" ucap Lian kemudian dia nyengir kuda menatap Arfan.

Arfan hanya berdecak malas tapi mengangguk.

"Ya" katanya.

Setelahnya Lian membiarkan pada curut itu untuk masuk ke dalam rumah.

"Ehh ada kakak-kakak? Tumben kesini?" Tanya Aqilla yang tiba-tiba datang dari dapur.

Aqilla hanya mengenakan daster lengan panjang dan kerudung instan, dia kan habis mencuci pakaian.

"Uwihhh..kek gini aja dah cakep, apalagi kalo dandan" ucap Arsya menatap Aqilla tanpa berkedip.

PLETAK!!

Dimas memukul Arsya dengan botol bekas Aqua yang ada di sebelahnya.

Gak tau dapat dari mana itu botol.

"Shh duhh"ringis Arsya, dia menatap Dimas kesal.

"Ngapa Lo pukul sih? Ini kepala bukan pentungan asal Jaenudin tau!" Gerutu Arsya kesal sambil mengelus bagian kepalanya yang di lempar botol oleh Dimas.

"Ada laki nya Lo ngomong kek gitu, bangun ntar Endang nya" kata Dimas membuat Lian melotot tak terima.

"Enak aja! Gue kaga ada endang, Lo pikir gue pemain jarang kepang?!" Ucap Lian sangar.

Dimas nyengir.

Aqilla tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah absurd suami dan sahabat-sahabat suaminya itu.

"Mau di buatin apa Kak?" Tanya Aqilla berusaha sopan.

"Air--

"Jus ada jus? Kalo bisa air zamzam " celetuk Dimas menyerobot perkataan Arfan yang belum selesai.

"Lo kira ini restoran apa?!" Dengkus Lian.

"Mau aer zam-zam pegi sono Lo ke Mekah" omel Lian.

"Ihh Lian.. ngomel aja taunya, temennya datang malah ngomel" ucap Aqilla.

"Haa dengar tuh Liaann" ucap Arsya yang mendapat pelototan dari Lian.

Kesal dia!

"Tau nih La, laki Lo" Dimas meminta pembelaan.

"Udah, apa yang ada aja La" kata Arfan yang paling bijak diantara cunguk-cunguk itu.

Aqilla tersenyum.
"Oke kak..yaudah aku ke dapur dulu" Aqilla berlenggang pergi ke dapur.

"Masya Allah... senyum nya melemah kan dakuu" ucap Arsya dramatis menatap Aqilla yang mulai menjauh.

"Bini gue SETAN!" Umpat Lian kemudian menoyor kepala Arsya dari belakang.

"Anjay lah ah! Sakit Bege!" Balas umpat Arsya.

Ahh Lian jadi menyesal mengijinkan mereka masuk.

Mana Aqilla kelihatan tambah cantik lagi.

Mungkin karena aura kehamilan nya terpancar ya?

Ahh ntahlah.

Tapi intinya Lian mulai mencintai Aqilla, istirnya dan ibu dari anak-anaknya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top