PENJELASAN
Henda jadi menarik minat pada Rega. Ia melirik ke arah Rega dan mulai menanyakan hal yang selama ini membuatnya penasaran. "Re, gue mau nanya sesuatu sama lo."
"Apa?" Rega menoleh ke arah Henda.
"Lo kenal temen lo yang hilang, nggak tau kabarnya sejak kecil, kan?"
"Iya, terus?"
"Gue mau nanya gimana si Vino ini, tentang kebiasaannya, sama siapa aja dia main." Ada rasa ingin menanyakan lebih, tetapi perkataan itu tertahan di tenggorokan dan lantas ditelannya.
Baik Tomy, Aka, Gabriel, dan Lilia memusatkan atensi ke arah kedua orang, Rega dan Henda.
***
"Lo mau tahu? Gue nggak lebih dulu kenal dengan Vino daripada Tomy—" Rega mengedarkan pandangan ke arah Tomy yang masih memperhatikan dirinya.
"Gue kenal Vino saat dia dan Tomy datang pada gue, kira-kira pas gue kecil dan terjebak di kamar mandi, deh." Rega menengadah, mencoba memutar memori kepada kejadian empat belas tahun yang lalu.
"Gue ... gue nggak suka kegelapan waktu kecil, terus gue yang lagi di kamar mandi sekolah waktu itu karena ingin buang air. Gue nggak tahu kalau tiba-tiba mati listrik dan entah kenapa pintu kamar mandi itu susah dibuka, gue berusaha mendobraknya, tapi, ya, namanya juga anak SD, seberapa sih kekuatannya? Gue mendengar ada suara yang sedang mendengus dari belakang, seperti dengusan sapi, di situ, tuh, gue langsung panik dalam hati. Di situ gue langsung nangis, gedor pintu, teriak, pokoknya apa pun gue lakuin yang anehnya tuh kamar mandi siswa depan kantor guru dan Kepala sekolah, masa nggak ada satu pun yang dengar gue heboh segitunya—" Rega menampakkan wajah herannya, semuanya masih fokus ke arahnya.
"Pas banget gue udah ngerasa lelah banget, nggak sanggup mau pingsan rasanya, mana suara dengusan itu makin kencang, lirih, kencang lagi, terus lirih sampai tuh seperti ada yang dekati gue, gue nggak tahu apa, gue ingatnya dia macam bayangan gitu dan gue masih nangis sambil nutup mata, sampai beberapa detik kemudian Tomy dan Vino entah dengan apa membuka pintu itu." Rega mengakhiri penjelasannya, kembali memandang ke arah Tomy dan pemuda yang meiliki tinggi yang hampir sama dengan dirinya pun bersiap untuk mengutarakan sesuatu yang baru saja ia ingat.
"Bukan gue, Re, itu Vino. Awalnya Vino yang menuju kamar mandi, alasannya sih, kebelet, gue masih asyik main bola kasti. Gue sadar Vino belum kembali pas permainan membutuhkan dia, gue baru ingat kalau dia sebelumnya bilang sama gue tapi gue rasa lama bangat sampai akhirnya gue nemuin dia lagi berusaha mendobrak pintu kamar mandi, pas gue sampai di dekatnya, gue lihat ke arah dia yang kaget melihat lo," terang Tomy panjang lebar.
"Jadi Vino—"
"Ya, Re, Vino yang berusaha nyelamatin lo, entah dari kapan, tapi gue ngerasanya itu cukup lama, mungkin dari awal lo teriak."
"Terus ingat nggak, kejadian kita tersesat pas orang tua kita berkunjung ke rumah kakek gue. Kita main terlalu jauh dan hujan tiba-tiba deras banget, terus kita berteduh di rumah, ya, kayaknya, ya, rumah itu." Tomy menunjuk ke arah rumah yang bersembunyi di balik ilalang. "ya, rumah itu dan kita berteduh di terasnya, gue lihat, lo juga lihat sesuatu yang ganjil di rumah itu, lo ingat, kan kejadiannya pas hari sudah hampir malam. Vino bilang 'jangan memikirkan apa pun dan jangan melihat sesuatu apa pun' seakan dia memperingati bahwa, tuh rumah emang aneh. Iya, sih, Vino yang bikin kita tersesat, tapi lagi-lagi dia yang menyelamatkan kita."
Keadaan berbalik, semua mata yang mengalihkan pandangan ke arah Henda dan Rega menjadi mengarah kepada Tomy yang menceritakan hal itu secara gamblang.
"Lo, tahu Re, kenapa dia suka hal-hal mistis, kenapa dia suka mengolekasi video, patung atau apa pun yang berbau mistis?" Tomy bertanya, pertanyaan yang seakan mengajak untuk mengklarifikasi perihal sahabantnya.
"Gue nggak pernah suka kebiasaannya yang seperti itu, tapi saat ini gue mikir, ternyata dia melindungi kita dari sesuatu," terang Rega, pandangannya sekarang tak mengarah pada teman-temannya.
"Bisa dibilang seperti itu, dia melindungi kita ... tidak, tepatnya dia melindungi semua anak yang telah menjadi incaran makhluk yang kita belum tahu apa itu."
***
"Emmm, gue paham dengan penjelasan lo berdua sekarang," celetuk Henda yang mengusap dagunya.
Henda memandang kepada kedua orang yang sekarang mengerling ke arahnya.
"El, sepertinya penjelasan kartu-kartu lo waktu itu memang mengarah kepada kematian kita, kartu-kartu lo emang maut," ujar Henda sedikit terkekeh. "Maksud gue, kita memang dalam bahaya yang serius kali ini. Kita harus berhasil menang dari mereka plus melindungi kalian." Henda menatap Rega dan Tomy dengan intens seperti memperingati keduanya untuk selalu waspada.
"Jadi emang benar ya, rumah itu emang aneh, secara berarti rumah itu hilang saat siang dan kembali di saat matahari mulai terbenam?" Aka menggerakkan kepala, topinya ia angkat sedikit dan ia kembalikan ke posisi semula, direkatkan di kepalanya.
"Benar," jawab Gabriel singkat.
"Kita berkemah sejenak di sini, malam ini kita terpaksa menyiapkan segalanya di sini." Henda memandang ke arah rumah, malam telah menjadi raut yang amat kelam hari ini, bulan tengah bersembunyi, pun bintang tak hadir menyertai. Kabut datang menyikap udara menjadikan dingin yang amat menembus tulang.
"Kita mulai dari sini?" Henda bertanya untuk sebuah kesepakan dan semua orang yang melihat ke arahnya mengangguk.
***
Ketujuh orang itu membangun tenda, menyalakan api unggun dan menurunkan barang-barang yang dibutuhkan dalam penelusuran mereka.
Malam yang panjang dalam diskusi panjang. Pukul sepuluh malam mereka baru mempersiapkan diri untuk menuju rumah itu, melangkah maju tanpa ragu.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Mereka memulai misi
Yeah, terima kasih yang sudah mampir dan memberi masukan, dan kritik
See ya
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top