LILIA
POV Lilia
Aku merasakan makhluk ini meremas wajahku dan dadaku, seperti bayi yang gemas dengan mainan bola karet, begitu keras hingga detak jantungku yang berdebur ini bisa ia tahan. Aku amat tak nyaman, semakin pasrah, aku merasakan aliran darahku seakan terhenti. Begitu dan begitu menyakitkan, sampai-sampai tanganku membeku, dingin sekali rasanya. Setelahnya aku terhempas beberapa meter, seakan ruangan yang tadi aku lihat hanya satu kamar tidur anak ini seakan lrong tanpa ujung.
Aku terkulai, tubuhku lemas, tak bedaya. Aku hanya bisa berteriak dalam hati sekarang, sejadinya hingga aku menemu kata puas sebelum aku mati nanti. Aku tahu ini takkan berarti apa-apa bahkan untuk rang-orang yang menungguku di luar sana. Ini seperti kegagalan yang aku tanggung sendiri.
Tuhan, tolong, Tuhan ... ini amat menyakitkan.
Aku sudah amat lemas, aku memejamkan mataku saking tak kuatnya menahan rasa sakit, napas yang hanya satu-satu keluar dari rongga dadaku, semakin dalam ruang ini kususuri, bersama mahkluk yang aku tak mengerti apa dan bagaimana bentuknya. Di pikiranku makhluk in lebih besar satu setengha kali atau mungkin dua kali dari tubuhku. Ya Tuhan, aku benar-benar ingin meminta-Mu untuk mencabut nyawaku saja sekarang. Aku seakan tertimpa reruntuhan gedung tinggi. Bisa kau bayangkan betapa ini amat menyiksa ketika kau hampir mati, tetapi tidak kunjung juga.
Jeratan di dadaku mulai mengendur, aku merasakan rusukku yang tadinya hampir dan hampir, mungkin sedikit lagi akan patah, kini sedikit mengembang. Aku—aku sungguh bisa merasakan udara yang turun mengisi rongga paru-paruku seakan-akan itu tegukan dari oase yang kutemukan di bentangan gurun pasir yang menyayat kerongkongan yang terlalu kering hingga terobek bagian kulit-kulitnya.
Makhluk itu melepasku, padahal ini waktu yang tepat untuknya melumat tubuhku yang hampir terkulai membeku selamanya. Aku masih mencium aroma-aroma yang menyelisik masuk bak helaian benang yang memaksa aku untuk mengetahui rasa dari aroma itu. Sebuah kepulan asap dengan aroma wangi yang menyengat, amat pekat hingga aku tersedak. Setelahnya, ada aroma yang amat khas, aroma yang tak asing lagi buatku. Ini menjadi makananku semenjak aku ikut dalam pencarian ini, paru-paruku terasa tersayat ketika menciumnya. Sayangnya, untuk melakukan hal semacam itu pun aku tak sanggup. Sungguh aku rasa ini adalah detik-detik kematianku. Sebuah sel-sel rekaman yang lalu berputar berkeliling saling berpegangan membentuk rangkaian memori yang saling terikat: ingatan kejadian saat di mobil kala itu.
Meskipun aku telah diperingati, tetap saja aku ingin melakukannya lagi. Benar saja, aku tak tega jika orang di sampingku merasakan derita hingga berlarut, sementara aku menari-nari di atas kesalahan yang sampai sekarang tak pernah dapat kutebus. Apakah ini waktunya aku bisa menebus kesalahanku, Tuhan? Tuhan, ambillah nyawaku sekarang. Aku sudah siap bahkan ketika kau menciptakan kemampuan ini dalam tubuhku. Ini menjadi tantangan dan tujuanku untuk hidup. Aku melakukan semuanya untuk menebus dosa-dosaku dan aku yang tak bisa apa-apa ini hanya bisa berdoa dan berharap Engkau mengampuni semua kesalahanku.
***
Makhluk mengerikan itu masih ada didekatku, ia tak benapas, pun tak mengenduskan napas kepadaku seperti makhluk di mobil waktu itu, tetapi yang aku ingat lendir hitam yang amat anyir dan tubuhnya mirip dengan yang waktu itu. aku masih dan masih saja sulit bernapas, sebelumnya aku terpelanting dan tubuhnku jatuh ke lantai kasar dan keras ini. Aku merasakan tulang-tulangku berbenturan hingga menusuk bagian lain dari dalam tubuhku, aku mencoba membuka mata, tetapi sesuatu yang halus danmenusuk ini membuatku mengurungkan untuk melakukannya.
Makhluk itu masih abersamaku, ya, masih dan ini semakin dekat terasa, seakan dia berada tepat di atasku, menatapku tajam dan aku siap untuk dilumatnya. Mataku masih saja sulit terbuka, apakah sesuatu yang menusuk ini adalah jarum, aku tak tahu, aku sudah siap untuk mati, sungguh, aku sudah siap bahkan sebelum aku digiring ke tempat yang aku belum tahu ini.
Ya, kurasa ini akhirnya, aku meraskan kembali sakit yang menjalar di paru-paruku, paru-paru ini seakan terisi ribuah duri ikan yang dengan liar dan ganas merobek setiap sel-sel dari ruang-ruang di paru-paruku, aku ingin terbatuk, tetapi malah kontan menyemburkan cairan kental dari mulutku, aku ternganga cairan ini memaksaku untuk mengeluarkannya lebih banyak, lebih, dan lebih banyak lagi. Air mataku kontan menganak sungai, sungguh ini luar biasa menyakitkan dari yang kau bayangkan dari penjelasanku, sungguh aku ingin lebih cepat mengakhiri ini daripada terus menjalani setiap proses yang mengoyak tubuhku perlahan seperti ini.
Aku merasakan hangat, cairan hangat yang keluar dari telingaku, sama hangat dan perihnya seperti air mataku, aku tersedak berkali-kali, paru-paruku serasa ditarik, aku kembali menganga, aku tersedak dan terus-terusan mengeluaran cairan pekat ini. Namun, mataku masih terpejam, sesuatu seperti ranting pohon yang kuyakini ini adalah jari dari makhluk itu masuk secara perlahan ke mulutku yang masih menganga, aku tercekat, suara yang keluar dari mulutku amat tersendat seperti letupan saluran air yang tersumbat.
Semakin dalam, tidak ini terlalu dalam, Tuhan jari ini terlalu dalam, tubuhku reflek meronta, aku tak tahu kenapa melakukan itu, aku sendiri sesungguhnya sudah tak kuat untuk bahkan sekadar mengerutkan wajahku pun tak sanggup.
***
Sesuatu keajaiban terjadi, kontan mataku terbuka dan mataku menyorot, seperti sinar yang entah dari bagian mana bisa menyeruak secara gesit menusuk ke salah satu bagian dari makhluk itu. Sinar ini seperti api biru, mata ini tak merasa kesakitan dari sebelumnya. Aku melihatnya, amat melihat detail makhluk itu. Sayangnya, aku tak bisa menafsirkan dia makhluk apa? Sungguh, tangannya benar-benar panjang, mungkin dua kali lipat dari ukuran tubuhnya. Tubuhnya berpose seperti tikus raksasa yang sedang berdiri, mukanya gepeng, tanpa bola mata, benar-benar seperti lubang yang tak berisi. Sedangkan seluruh tubuhnya hitam legam, menyatu dengan ruangan ini.
Ketika aku telah melihat semuanya, mataku pun menutup kembali dan aku benar-benar tak melihat atau merasakan apa pun lagi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top