KEMBALI


Semua kepastian hanyalah semu sebelum dicoba dan semua langkah yang ditunjukkan oleh rencana adalah pertaruhan. Raih kesempatan secepat yang diri bisa menyanggupinya. Egege, gue percaya, lo bisa.

Kata-kata itu mulai bertandang kembali seperti putaran rekaman lagu masa lalu, kata-kata dari sahabatnya itu benar-benar membiusnya.

Pusaran berkelebat itu seperti beliung angin yang terus melilit kelima orang yang membentuk lingkaran.

Terus menerus melilit hingga rongga dada masing-masing dari mereka serasa terhimpit dinding yang mematikan, membuat sesak. Sayangnya, pusaran ini semakin menjadi, sengaja mengoyak jiwa.

"Apaan ini?" teriak Feby, hanya dia yang berhasil mengeluarkan kata-kata di antara yang lain.

Rega mencoba melindung Lilia dan Gabriel dengan mnegggunkana tubuhnya sebagai tameng. Sementara, Tomy yang ingin mencoba hal yang sama dengan Feby, malah ditepiskan dan Feby memilih untuk berdiri bersisian bersamanya. Feby mengisyaratkan dengan membuat tanda 'X' dari kedua tangan yang saling bersilang di depan wajahnya. Tomy yang melihat respons Feby pun terdiam.

***

Pusaran itu kembali mengetatkan mereka, hingga pandangan mereka terhalang, mata mereka kontan terpejam dan sepersekian menit setelahnya tubuh mereka seakan terguncang. Rega merasakan bahwa ia seperti berada di dalam tabung yang terus naik dan turun. Akan tetapi, tabung itu meluncur dengan kasar, hingga organ dalamnya ikut terkoyak. Rasa mual dan pusing bercampur menjadi satu di dalam diri mereka. Semuanya berteriak sekencang-kencangnya untuk meredam rasa sakit yang terus membuat mereka merasakan sakit yang luar biasa.

Rega melihat cahaya yang usil menusuk-nusuk matanya. ia memaksa katup matanya membuka. Benar saja, setelah jelas melihat, meski pusaran kelebat itu terus menghalanginya. Ia terus berushaa mencoba, kakinya melangkah panjang, tangannya terulur kedepan, Ia sempat melirik ke belakang dengan kedua gadis yang masih memejamkan matanya di belakang.

Rega melihat seberkas cahaya dan ia berusaha meraih, seperti anak kecil yang melihat kupu-kupu benar. Ya, cahaya itu kemudian berubah menjadi kupu-kupu emas, ia tidak mengerti mengapa ia ingin sekali meraih kupu-kupu itu.

Kupu-kupu itu hanya satu, kecil, tetapi ... aneh ... kupu-kupu itu, ia seakan kebal dengan kelebat beliung ini.

Rega melihat kupu-kupu itu terbang perlahan, mata Rega tak beralih. Ia menunggu kesempatan untuk lekas menggapai dan menangkap kupu-kupu tersebut.

Sepersekian menit yang lebih menyesakkan berkali lipat karena ia harus menghadapi pusaran itu dan berusaha menahan napas demi meraih kupu-kupu itu. Rega ingat bagaimana dirinya berkosenrasi ketika membentuk lingkaran bersama keempat kawannya.

Beberapa menit kembali ditunggu dan ia terus memandang ke arah kupu-kupu yang semakin pelan gerakannya. Dengan tangkas tangan Rega terulur dan meraih kupu-kupu itu.

Sepersekian detik, kupu-kupu yang berada di genggamannya itu memacarkan cahaya yang amat terang. Cahaya itu kemudia berubah menjadi jajaran orang-rang yang pernah ia kenal. Alangkah terkejutnya ketika ia melihat wajah yang tak asing baginya: kedua kakek dan nenek Tomy, mereka sama tersenyum memandang ke arahnya. Kemudian, sesosok yang membelah antara kumpulan orang yang lain, sosok itu dia memang baru kenal dan Rega pun baru saja sadar ketika sosok itu berjalan dengan terburu-buru untuk mendekatinya. Topi yang ia putar ke belakang menjadi ciri khasnya: Aka, ya Rega menebaknya kala sosok itu telah berdiri di hadapannya.

Gue, pamit duluan, ya, kelihatannya emang lo ditakdirkan untuk menjadi penyaksi antara kita yang telah menjadi tumbal dari bangunan ini. Lo sepertinya mampu menjaga semua yang tersisa. Pesan gue, kalian harus terus bersama dan jangan mau kalah. Dah.

Rega langsung merekam semua yang diucapkan seoarang kawan yang baru saja dikenalnya itu. Awalnya, memang dia yang paling tidak meyakinkan untuk membantu kasusnya mencari hilangnya Vino, tetapi kepergiannya meyakinkan sesuatu bahwa tempat ini memang seperti apa yang dikatakan oleh Gabriel sebelumnya.

Setelahnya sosok-sosok itu perlahan menjadi butitan-butiran yang berterbangan dan menghilang dalam beberapa detik. Selanjutnya Rega melihat sosok yang pertama kali dilihatnya. Seperti mahkluk dengan jubah serba hitam, wajahnya tak terlihat. Sosok itu terbang dan mulai mendekatinya. Rega tak memejamkan matanya, gejolak dalam dirinya telah ia tekan hingga ia siap mati saat itu juga dan makhluk itu terus mendekatinya dan sebuah sabit angin membuat siulan kencang dan memekakan telinga Rega, sama seperti yang ia rasakan kala pertama kali datang ke rumah kecil reot itu.

Beruntungnya, ia terselamatkan dengan makhluk aneh dengan sayap burung yang berkelir hitam legam, ia bertubuh lebih besar dan lebar serupa burung, Rega ingin menengadah, tetapi ia telah hilang membawa makhluk mengerikan yang ingin menyerangnya tadi.

***

Sisa-sisa serbuk emas itu masih ada, ia membentuk lingkaran, Rega menengok bagian dalam lingkaran itu dan betapa terkejutnya ketika ia tahu bahwa di dalamnya adalah tempat yang tak asing bagi Rega—apartemen milik keluarga Tomy. Rega menarik tangan Tomy, menggerakkan beberapa kali sampai Tomy membuka mata, Feby dan kedua gadis di belakangnya pun ikut melakukan hal yang sama.

Kelima orang itu sama terpana melihat tempat yang tampak di bagian tengah lingkaran, Rega mengisyaratkan teman-temannya untuk mengikutinya: masuk ke dalam lingkaran yang berbentuk seperti lingkaran api itu. Tomy mencoba untuk melangkahkan kakinya terlebih dahulu, ia menjulurkan kepalanya ke dalam lingkaran itu dan ternyata benar, seperti yang dibayangkan bahwa ia kembali ke apartemennya, tempat di mana ia, Rega, dan Vino pernah berkunjung dulu. Tempat itu sedikit berbeda dari segi penataan furnitur, tetapi Tomy tidak merasakan asing sedikit pun. Ia membawa Feby yang kebetulan paling dekat dengannnya untuk ikut bersamanya.

Setelah sepersekian menit, ia kembali, Rega terus mengawasi lingkaran api yang bentuknya terus menyusut itu. Rega memberi isyarat pada Tomy untuk segera membawa Gabriel dan Lilia terlebih dahulu dan Tomy pun mengangguk, lekas-lekas Tomy membantu kedua gadis itu untuk measuk ke dalam lingkaran yang ukurannya kini hanya sebesah bidang bahu Tomy. Gabriel dan Lilia sangat kesulitan, tetapi dalam bebarapa detik mereka berhasil masuk.

Rega mencoba melakukan hal yang sama, ia mulai melangkahkan kakinya, masuk ke adalam lubang itu. Namun, ternyata ia tertahan, kelebat pusaran itu berubah menjadi makhluk yang pernah dilihatnya, dan yang pernah dilihat Lilia. Rega ditarik paksa, makhluk dengan kulit dan bentuk tubuh seperti kayu itu mencekik tubuh Rega. Lilia dengan sigap mengulurkan tangan, menarik tangan Rega dan membenamkan kepala Rega ke dalam dekapannya dan Lilia mengeluarkan cahaya seperti semburat api biru yang selama sepersekian detik menghanguskan makhluk-makhluk itu. laungan makhluk-makhluk itu membuat telinga terusik menjalar ke rahang yang membuat gigi ngilu.

Setelah kumpulan makhluk itu binasa, Lilia dan Tomy menarik lebih kuat tubuh Rega yang sudah lemas, Tomy mengira bahwa kawannya itu memang sudah tidak sadarkan diri. Dengan sekuat tenaga Tomy mengangkat tubuh Rega untuk masuk ke dalam lingkaran dan Rega langsung jatuh menimpa tubuh Tomy ke karpet yang melapisi lantai apartemen itu.

"Kawan, kau berat sekali."



Detik-detik Proklamasi nih, eh, tamat

Terima kasih yang telah berkenan mengikuti dan memberi kritik dan masukan

See ya ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top