Chapter 4

Valeri berjalan ke sana ke mari tanpa arah, seperti orang yang terombang-ambing di lautan tak berujung. Ia terlihat seperti seorang petualang yang tersesat dalam hutan belantara, mencari jalan pulang yang tak kunjung ditemukan. Semakin masuk ke dalam gang-gang kecil, Valeri semakin tersesat di antara labirin bangunan yang tak berujung.

Hingga akhirnya, dengan langkah yang penuh ketidakpastian, Valeri menemukan dirinya di tengah persawahan yang luas, diapit oleh hijauan yang menghentakkan keindahan alam. Pesawahan tersebut seolah-olah menjadi medan terakhir yang Valeri temui, sebelum merasa sepenuhnya tersesat.

Namun, di tengah kesendirian persawahan, terdengar suara teriakan tajam dari arah belakang Valeri. "Harris!!" Ia spontan menoleh, mendapati Profesor Gloory melangkah dengan langkah mantap menuju ke arahnya.

"Profesor Gloory?" Valeri sedikit terkejut. Ia mendekati profesor tersebut dan bertanya dengan rasa penasaran, "Sedang apa Anda di sini?"

"Seharusnya saya yang bertanya padamu," seru Profesor Gloory dengan senyuman yang memancar kehangatan di ujung bibirnya. "Ngomong-ngomong, minumlah. Mukamu terlihat kacau dan suaramu terdengar buruk."

Pria itu memberikan sebotol air mineral yang utuh, dengan cairan jernihnya yang menyelamatkan Valeri dari kehausan yang menyiksa. Tanpa basa-basi, Valeri meminumnya dengan rakus, seolah-olah menemukan oasis di padang pasir. Air mineral sebanyak satu liter itu lenyap dengan cepat.

"Eh, maaf Profesor, saya menghabiskannya." Valeri merasa menyesal setelah menyadari bahwa ia telah menghabiskan air mineral tersebut tanpa memberi tahu terlebih dahulu.

Profesor Gloory hanya tersenyum, menandakan bahwa tidak ada masalah dengan air yang habis. "Jadi, bagaimana? Kenapa kau bisa sampai ke sini?" tanya Profesor Gloory sambil menunjukkan ketertarikan yang tulus.

"Hmmm. Saya mengejar seseorang tadi." Jawab Valeri dengan singkat, matanya menyipit saat melihat ke sekeliling.

"Mengejar seseorang? Untuk apa?" Profesor Gloory terlihat kebingungan, ikut melihat ke sekeliling seakan-akan mencari petunjuk.

"Seseorang telah mencuri uang saya yang tersisa, pada saat saya akan membeli air minum karena saya haus tadi." Jelas Valeri dengan bahasa formal yang kembali ia gunakan.

"Ayo, lebih baik kau ikut ke rumah saya. Lagipula hari sudah malam," ajak Profesor Gloory, tanpa ragu Valeri mengiyakan ajakan itu.

Kejadian yang seperti petualangan ini membawa mereka berdua, dengan misteri yang belum terpecahkan, menuju ke rumah Profesor Gloory, tempat di mana segala pertanyaan mungkin akan mendapatkan jawaban.

Keduanya melangkah lembut melewati pesawahan yang hijau menuju pinggiran hutan. Angin sepoi-sepoi dan aroma tanah basah membawa keharuman segar dari alam sekitar.

Di kejauhan, sebuah rumah megah berwarna abu-abu gelap menampakkan diri, kontras dengan hijau pekat pepohonan yang melingkupinya. Di depan rumah itu, mobil berwarna hitam terparkir dengan anggun.

Sesampainya di rumah Profesor Gloory, Valeri merasa takjub saat menyaksikan kemewahan halaman rumahnya.

Halamannya yang lumayan luas dirancang dengan penuh keindahan. Tanaman hias yang berwarna-warni tersusun dengan rapi di berbagai sudut, menciptakan pemandangan yang memukau. Bangku taman yang terletak di bawah tiang ramping yang menjulang tinggi memberikan nuansa yang santai dan nyaman, diterangi oleh lampu cantik yang tergantung di ujungnya.

Di sebelah selatan rumah terlihat sebuah garasi mobil. Rumah Profesor Gloory tampak seperti perpaduan antara keanggunan dan kealaman, menciptakan aura yang sulit untuk dijelaskan.

"Masuklah, kau akan menginap di sini untuk sementara sampai besok tiba pengumuman hasil seleksi. Bukankah kau kebingungan bagaimana caranya besok bisa datang tepat waktu, kan?" jelas Profesor Gloory dengan penuh keramahan.

"Eh? Iya. Terima kasih Profesor." Valeri merasa malu atas ketidaknyamanan yang dibuatnya.

Tiba-tiba terdengar suara wanita dari dalam rumah Profesor Gloory.

"Sayang, kau sudah pulang? Kau tidak lupa apa saja yang harus kau beli, kan?" semakin dekat suara itu terdengar, semakin terlihat pula sosok wanita tersebut.

Akhirnya, muncul sesosok wanita cantik di balik pintu rumah, membetulkan ikat rambut panjangnya. "Hei! siapa anak manis ini?" tanya wanita itu.

"Ini Harris, siswa yang mendaftar tadi di sekolah." Profesor Gloory memperkenalkan Valeri pada istrinya. "Nah, Harris ini istriku, panggil saja Mrs Gloory." Wanita yang ternyata istrinya itu juga memperkenalkan diri pada Valeri yang terus memanggilnya Harris.

"Oh, hai Mrs Gloory. Senang bertemu dengan Anda," sapa Valeri dengan sangat sopan sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

"Hai sayangku, anggap saja ini rumah sendiri, ya?" Mrs Gloory begitu antusias terhadap Valeri dan langsung menjabat tangan Valeri, kemudian menariknya. "Mari-mari masuk."

Mereka semua akhirnya masuk ke rumah yang hangat dan penuh kebersamaan. Barang-barang yang dibeli Profesor Gloory ternyata adalah bahan masakan untuk makan malam keluarga Gloory.

Mrs Gloory dengan cepat menyiapkan hidangan hangat untuk disantap bersama malam itu, memasak dengan wajah yang penuh keceriaan. Sejak kedatangan Valeri ke rumah Profesor, keduanya nampak begitu senang, tanpa jelas alasan yang pasti.

Tidak lama, suara ketukan pintu terdengar dari ruang makan. Spontan, Mrs Gloory berdiri dan menghampiri pintu, membukanya seraya berbicara pada seseorang yang berada di balik pintu tersebut. Intrik dan misteri semakin tumbuh, menciptakan aura kehangatan yang diselimuti oleh rasa penasaran di ruang keluarga Gloory.

"Sayang ... dari mana saja kau?" tanya Mrs Gloory tegas dengan suara khasnya, orang-orang menyebutnya dengan sebutan serak-serak basah.

"Tak perlu khawatir, seperti biasa aku bermain di hutan," jawab suara tersebut yang ternyata wanita.

"Justru itu yang ibu takutkan! Di sana berbahaya! Kenapa kau selalu bermain ke sana?" Mrs Gloory mulai menasihati gadis itu yang diduga Valeri sebagai anaknya.

"Ibu ... aku lapar, kau tidak akan membiarkanku masuk untuk makan malam?" tanya gadis itu dengan manja.

"Oh, iya. Ayo masuk kita makan malam bersama. Ada tamu, jaga kesopananmu!" Mrs Gloory membiarkan gadis itu masuk dan langsung ke ruang makan lalu bergabung dengan Profesor Gloory dan Valeri yang sedang menunggu tenang sambil berbincang-bincang kecil.

Gadis itu duduk di sebelah Profesor Gloory, sebelum melihat Valeri, ia tersenyum terlebih dahulu pada ayahnya. Namun, saat ia menoleh ke arah Valeri, tiba-tiba ia tercengang dan pergi meninggalkan semua orang yang ada di ruang makan. Valeri merasa heran dengan reaksi gadis tersebut, dan suasana ruangan pun menjadi tegang.

"Aku tidak lapar! Jika aku lapar aku akan mengambilnya sendiri, jangan ganggu aku. Aku sedang sibuk." Teriak gadis itu pada siapapun yang mendengarnya dan berlari ke arah kamarnya di lantai dua.

Valeri melongo keheranan pandangannya yang diarahkan ke tangga, kini dipalingkan ke arah Profesor Gloory. Valeri mengeryitkan dahinya, dia berpikir apakah ada yang salah dengan dirinya? Atau dia terlalu bau? Sesekali Valeri mengendus lembut bajunya.

"Sibuk apa, hei! Gabby! Cepat kembali, tidak sopan!" teriak Mrs Gloory mengomel di tempat, dan anaknya tetap saja tidak kembali.

"Akan kuurus anak itu." Mrs Gloory pun bangun dari duduknya dan hendak menyusul sang anak, tetapi Profesor Gloory melarangnya dengan menahan tangannya dan mengisyaratkan untuk kembali duduk.

"Maklum dia suka begitu pada orang asing apalagi orang asing itu laki-laki seperti dirimu." goda Profesor Gloory pada Valeri, seraya tertawa kecil dan diikuti istrinya.

"Dia anak kami, Gabriella Gloory namanya. Kau bisa panggil dia Gabriel, tapi kami memanggilnya Gabby. Usianya sama sepertimu. Dia juga mendaftar di Perfiersthy Academy Boarding School tadi pagi, paling pertama. Besok kalian bisa berangkat bersama untuk melihat hasil seleksi kalian masing-masing di sekolah. Entah dia akan lulus atau tidak. Dia sedikit 'nakal' untuk seukuran perempuan." Profesor menjelaskan panjang lebar tentang anaknya, Gabriel.

Valeri mencoba tersenyum, "Ah, tidak masalah. Setiap orang punya caranya sendiri dalam menghadapi keadaan baru."

Sementara itu, dari lantai dua terdengar suara pintu kamar berderit ketika dibuka, dan Gabriel muncul dengan wajah masam.

"Kamu ini, sibuk apa? Segera kembali ke meja makan, malam ini kita makan bersama." ujar Mrs Gloory seraya menggertakkan jarinya ke arah Gabriel.

"Tidak mau! Aku ingin makan di kamarku sendiri." jawab Gabriel sambil bersikeras kepala.

Mrs Gloory mulai menggertakkan jarinya lebih cepat, "Gabby, kau tahu apa yang terjadi kalau kau tidak kembali?"

Gabriel menghela nafas berat, "Baiklah, baiklah... aku kembali." Ia pun melangkah mundur ke arah meja makan, masih dengan ekspresi kesal.

"Nak, ini Harris. Dia juga calon murid Perfiersthy. Jangan bertingkah kasar padanya, ya? Kalian bisa jadi teman sekelas nanti." pesan Profesor Gloory kepada Gabriel, yang hanya mendengus tanpa memberikan respon.

Valeri merasa tertantang untuk mendekati Gabriel, "Halo, Gabriel. Namaku Valeri Harrison, tapi panggil saja Valeri."

Gabriel menoleh singkat, memberikan senyum tipis, lalu melanjutkan untuk duduk di meja makan tanpa berkata apapun. Valeri merasa akan ada banyak hal menarik yang bisa ditemui di sekolah baru ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top