XX : Kesepakatan
Untuk Iparku yang bertahan demi keponakanku dan untukku yang bertahan demi ibu dan adikku.
Semuanya baru saja terjadi begitu cepat, Ilse bahkan tidak terlalu yakin bagaimana semua itu terjadi. Satu detik dia menyaksikan Jack yang sebenarnya adalah Changeling tertawa dan detik berikutnya muncul dua satyr bersama dengan seorang Elf. Mereka mencoba menangkapnya saat sebuah lengan meraih pergelangan tangan Ilse mendorongnya ke belakang dan berdiri di antara Ilse dan fair folk.
"Vincent?" ucap Ilse terkejut, dia hampir lupa kalau dia telah memintanya untuk mengikuti mereka ke halaman belakang. Sekarang Ilse tidak tahu apakah dia harus bersyukur atau merasa bersalah karena melibatkan dia ke dalam seluruh masalah ini.
"Sial! Apakah kamu melihat itu?" pekik Vincent cukup keras, suaranya hampir terdengar histeris saat dia menunjuk ke arah dua satyr dengan tubuh setengah kambing mereka. "Atau aku sudah gila?"
"Aku melihat mereka, itu nyata dan kita harus lari!" Giliran Ilse meraih Vincent sekarang, dia mengambil pergelangan tangan anak laki-laki itu dan mulai menyeretnya untuk kembali. Ilse tidak berpikir telah pergi cukup jauh, mereka seharusnya bisa mencapai rumah dengan mudah.
"Kalian tidak ingin pergi," ucap Elf dengan nada melodis yang menghipnotis. Ilse tersandung, hampir jatuh ke wajahnya sendiri saat Vincent berhenti begitu tiba-tiba membuatnya kehilangan keseimbangan.
"Jangan dengarkan dia," Ilse meremas lengan Vincent, berharap bisa mencapai ke dalam kepalanya untuk membebaskannya dari glamor yang memikat.
"Sayangku, kami tidak ingin menyakitimu," ucap Elf kali ini mengalihkan perhatiannya pada Ilse, seolah dia tahu siapa yang harus dikatakan lebih dulu.
Jelas dia adalah pemimpin di kelompok aneh ini, meskipun Ilse tidak bisa mulai menebak kenapa mereka berada di antara manusia, dan mengapa mereka sepertinya sedang mengumpulkan orang-orang.
"Lepaskan temanku dari sihirmu kalau begitu!" ucap Ilse berusaha untuk terdengar berani dan tegas meskipun satu-satunya yang dia rasakan adalah takut dan kedinginan. Bahwa dirinya sangat ingin lari dan menjerit.
Dia telah melihat fair folk sesekali di sepanjang hidupnya, mereka jarang berada begitu dekat dengan kota-kota manusia. Lebih menyiapkan hutan dan pepohonan. Mereka biasanya juga mengabaikan manusia kebanyakan. Jadi apa yang dilakukan Changeling, Elf, dan Satyr di sekitar sini? Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
"Ayo kita buat kesepakatan," ucap Elf ketika sadar bahwa Ilse tidak akan jatuh ke dalam mantranya dengan mudah.
Ilse menggeleng, dia tidak bodoh. Dia tidak akan dengan sukarela membuat kesepakatan dengan fair folk. Orang yang tahu kisah-kisah lama tidak akan pernah membuat kesepakatan apa pun dengan mereka, tahu itu akan dipenuhi tiupan dan permainan kata-kata.
"Sayangku, jangan paksa aku menggunakan cara yang tidak menyenangkan," ancamnya membuat Ilse merinding.
"Apa yang kamu inginkan?"
Elf itu maju satu langkah, tangannya terulur seolah dia mengharapkan Ilse untuk mengambilnya dengan sukarela. "Kami membutuhkanmu."
Kami membutuhkanmu. Sama seperti yang dikatakan para goblin. Mereka membutuhkannya. Itu tidak membuat dia tinggal.
"Biarkan Vincent pergi dengan selamat dan aku akan mendengarkan kalian, itu satu-satunya kesepakatan yang aku terima malam ini," ucap Ilse, memilih setiap kata dengan hati-hati. Dia tidak ingin meninggalkan celah bagi mereka untuk mencuranginya. "Ambil, atau tinggalkan terserah kalian."
"Kamu tidak dalam posisi menawar," sahut Changeling Jack, Ilse mengalihkan perhatian padanya. Merinding pada kenyataan bahwa Jack yang asli mungkin terjebak di dunia mereka.
"Kalian membutuhkan aku, kecuali jika kalian berbohong tentang itu. Aku yakin aku bisa memilih penawaranku." Ilse mengucapkan setiap kata dengan tegas, dia menolak untuk mengalihkan tatapannya. Tidak ingin mereka melihat rasa takut dan kelemahan yang sebenarnya dia rasakan.
Changeling baru saja akan membuka mulutnya saat Elf mengangkat tangan padanya, mencegahnya bicara lebih jauh. "Kesepakatan. Kami akan memberikan Vincent pergi dan kamu akan tinggal bersama kami."
Elf itu masih mengulurkan tangannya, menunggu Ilse untuk menyegel kesepakatan itu.
"Biarkan Vincent pergi dengan selamat dan aku akan mendengarkan kalian. Apakah kita sepakat?" balas Ilse menolak kata-kata yang diucapkan Elf. "Persis setiap kata, aku tidak mengambil kesepakatan yang lain, Elf."
Itu membuat Elf merengut dengan tidak senang tapi dia akhirnya mengangguk.
"Kami akan membiarkan Vincent pergi dengan selamat dan kamu akan mendengarkan kami," ucapnya dengan suara halus yang sama seolah dia tidak ingin mencekik Ilse detik itu.
"Sepakat." Ilse mengambil uluran tangannya, berjabat tangan untuk menyegel kesepakatan mereka bersama.
Arus sihir menyapunya saat kesepakatan itu disegel. Ilse sangat ingin lari saat itu juga tapi dia harus memenuhi syarat dari kesepakatan atau dia akan menjadi budak mereka karena menjadi pemecah sumpah.
Ilse melihat dengan jatung yang mengetuk tulang rusuknya saat melihat mata Vincent berubah menjadi jernih kembali. Saat mata itu bersitatap dengannya, ketakutan yang dia lihat di dalamnya. Ilse menggigit lidahnya untuk tidak meminta maaf pada Vincent detik itu juga.
"Pergi!" ucap Ilse, tidak menyisakan ruang untuk perdebatan.
"Tapi bagaimana denganmu?" Vincent melihat bolak balik antara Ilse dan keempat fair folk yang sekarang berdiri cukup dekat dengan Ilse. Karena Ilse masih menjabat tangan Elf setelah kesepakatan itu disegel. J
Vincent jelas terpecah antara ingin lari atau tinggal dan membantu Ilse. Jujur itu benar-benar membuat Ilse tersentuh. Dia tidak berharap Vincent akan memiliki kesetiaan yang begitu besar bahkan ketika mereka tidak pernah berteman baik sebelum malam ini.
"Aku akan baik-baik saja. Pergi dan coba lupakan semua ini pernah terjadi."
Vincent masih terlihat bermasalah untuk sedetik lebih lama sebelum akhirnya berbalik dan lari. Ilse menyaksikan dia menghilang melalui pagar kebun belakang dan kemudian mengembalikan seluruh perhatiannya pada Elf.
"Kami telah memenuhi bagian kami dari kesepakatan, giliranmu. Ayo kita pergi." Elf itu menarik Ilse untuk mengikutinya tapi Ilse tetap teguh di kakinya. Menjejakkannya dengan kuat dan menolak untuk bergerak.
"Aku setuju untuk mendengarkan kalian, bukan mengikuti kalian. Jadi katakan apa yang kalian ingin aku dengar sekarang karena aku tidak akan pergi ke mana pun bersama kalian."
Itu membuat salah satu satyr menatap tajam Ilse, dan yang lain membuat suara geraman yang mengancam.
"Sayangku kami tidak ingin memaksamu." Elf berkata dengan lembut tapi terlepas dari kata-katanya yang menenangkan Ilse bisa melihat kilatan kekerasan yang muncul di matanya. Ketidaksabaran yang sekarang membayangi di baliknya.
"Aku takut kalian tidak akan punya pilihan. Karena aku tidak akan ikut dengan sukarela." Ilse menatap setiap dari mereka, dan detik itu dia merasakan jantung yang berdebar begitu keras, darah yang dipompa begitu cepat, mendorong aliran adrenalin di setiap nadinya. Menyuntikkan keberanian cair ke sarafnya. "Jika hanya itu yang ingin kalian katakan maka aku juga sudah memenuhi bagian dari kesepakatanku."
Ilse menarik lengannya tapi cengkeraman Elf di pergelangan tangannya mengerat detik itu juga. "Kamu yang memaksa kami."
"Kalian tidak bisa memaksaku!" Ilse tahu kata-katanya tidak berguna, bukan berarti dia akan jatuh begitu saja. Mereka mulai menariknya dengan paksa, setidaknya dia harus bersyukur karena mereka tidak membuatnya pingsan. Padahal itu akan jauh lebih mudah untuk mereka.
Saat itu Ilse tahu dia tidak punya pilihan lain. Dia memejamkan mata dengan erat dan berbisik di bawah napasnya. Berharap itu akan bekerja. "Aku berharap kamu datang menemukanku."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top