XVII : Persiapan
Untuk J. K. Rowling yang menulis novel pertama yang aku baca dan untukku yang akhirnya menulis novelku sendiri.
Ada banyak hal yang bisa salah, Ilse tahu itu, tapi itu tidak menghentikan dirinya kali ini.
"Bagaimana kamu akan bertanya padanya? Kamu tidak bisa mendatanginya begitu saja dan kemudian bertanya 'apa yang kamu lakukan pada Tam, Berengsek?' aku yakin itu tidak akan berjalan baik."
Ilse mendengus pada komentar sinis Paul, lagi pula bukan itu rencana Ilse malam ini. "Aku orang aneh, bukan orang bodoh. Aku tidak akan bertanya pada Jack seperti itu."
"Lalu?" tanya Paul, dia tengah duduk di tepi ranjang Ilse melihat sepupunya yang masih mengobrak-abrik lemari pakaiannya.
"Dari satu sampai sepuluh, menurutmu berapa banyak kemungkinan dia akan mencari gadis lain untuk dijadikan korban?" tanya Ilse, dia mengambil salah satu kemeja hitam dari lemarinya. Memiringkan kepalanya sebelum akhirnya menggeleng dan kembali menggantungnya.
Paul berdiri detik itu dan meraih bahu Ilse. Memutar sepupunya dengan paksa untuk melihatnya. "Kamu tidak mungkin serius! Itu gila! Kamu tidak berpikir untuk menempatkan dirimu di posisi Tam, 'kan? Karena itu sangat bodoh Ilse!"
"Karena itulah kamu harus membantuku, Paul. Tam tidak ingin terlibat tapi bukan berarti mereka harus dibiarkan begitu saja." Ilse menemui mata sepupunya, memasang wajah paling membujuk yang dia bisa. Padahal biasanya itu juga tidak akan bekerja.
"Kamu bilang aku hanya harus membantumu mencari tahu! Aku tidak ingin terlibat dengan masalah ini lebih jauh. Ini bodoh dan mempertaruhkan dirimu untuk apa? Untuk semacam pengakuan? Untuk membuktikan diri? Kamu harus melihat bahwa ini tidak benar."
Ilse menekan bibirnya bersama. Tidak ada yang mengerti dengan apa yang dia rasakan. Bahwa dia memerlukan ini.
"Pernahkah kamu bertanya-tanya kenapa kamu di sini? Bertanya kenapa kamu tidak berada di tempat lain di mana kamu lebih dibutuhkan? Pernahkah kamu merasa tidak berada pada tempatnya? Paul, aku ingin kembali padanya! Aku ... aku tidak bisa menghentikan perasaan ini! Aku pikir jika aku melakukan sesuatu yang berguna di sini untuk orang lain, aku akhirnya akan bisa menyingkirkan perasaan itu! Aku tidak bisa berhenti sekarang."
"Itu masih tidak cukup alasan Ilse. Kamu tahu seberapa banyak semua ini bisa menjadi bencana?" ucap Paul, dan sejujurnya Ilse mengerti kenapa sepupunya tidak setuju. Ilse sendiri juga takut tapi bukankah kita harus melawan rasa takut itu?
"Jika kamu tidak mau membantuku, aku akan melakukan ini sendiri."
Hanya itu yang dikatakan Ilse. Dia mundur dari lengan Paul dan kembali ke lemarinya. Mengambil kaus ketat hitam dan jaket kulit yang sekarang sudah dua ukuran di bawahnya sehingga itu berakhir di tengah perutnya dan tidak dapat dikancingkan. Ilse juga mengambil skinny jeans hitam dari gantungan bersama itu. Mereka ingin gadis aneh, yah dia akan memberi mereka gadis goth yang aneh di pesta itu.
"Ilse ... kamu tidak serius bukan?"
Ilse mengabaikannya seolah tidak mendengar pertanyaan Paul, dia balas bertanya, "Kamu masih akan mendapatkan undangan untukku setidaknya, 'kan? Aku tidak kenal seseorang yang mungkin bisa mendapatkan undangan untukku."
Paul menghela napas, dia tahu sepupunya bisa jadi keras kepala. Nenek mereka sudah memperhatikan itu sejak mereka kecil, tapi Ilse bisanya selalu masuk akal. Ini bukan Ilse yang dia tahu, setidaknya bukan Ilse yang tumbuh dewasa. Ini lebih seperti Ilse kecil. Gadis pucat dengan rambut hitam yang berbicara sendiri dengan Pixie dan Brownie. Yang mengikuti Kelpie di danau atau tertawa bersama nymp. Paul pikir gadis itu akhirnya tidak ada lagi, terutama sejak nenek bercerita begitu banyak hal mengerikan tentang mereka. Namun, melihat Ilse sekarang, Paul tidak bisa tidak bertanya-tanya apakah gadis itu hanya bersembunyi selama ini? Bahwa Ilse berusaha untuk menguburnya dan sekarang setelah dia kembali dari pengalaman bersama fair folk dia tidak bisa menekannya lagi? Apakah usaha putus asa ini akhirnya akan berhasil?
"Kamu tahu kami mencintaimu."
Ilse berhenti mengeriting rambutnya, dan menoleh melalui bahu untuk melihat Paul. Ada kesedihan di matanya yang membuat Paul mengumpat.
"Aku tahu Paul, tapi itu tidak cukup. Maafkan aku."
"Kenapa? Aku tidak mengerti Ilse," ucap Paul.
Ilse pasti mendengar kesedihan di suaranya karena saat itu Ilse berusaha untuk tersenyum. Meski itu terlihat menyedihkan.
"Aku tidak tahu Paul, dan aku tidak ingin merasa seperti itu. Karena itulah aku harus mencoba ini, aku berharap merasa berguna akan meredakan dorongan bodoh untuk kembali ke Underground. Bahwa aku ... aku akhirnya merasa memiliki tempat di sini? Percayalah aku juga tidak sepenuhnya mengerti."
"Oke. Aku hanya setuju untuk mendapatkan undangan, tapi kamu sendirian setelah itu. Aku tidak akan mendorong sepupuku sendiri ke dalam masalah."
Ilse mengangguk, itu sebanyak yang bisa dia harapkan dari Paul. Dia juga tidak ingin memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan.
"Aku akan baik-baik saja. Terima kasih, Paul. Aku juga mencintaimu."
"Tapi itu masih tidak cukup, 'kan? Karena kamu lebih mencintai dia," balas Paul membuat mata Ilse melebar.
"Aku tidak! Kenapa kamu mengatakan itu?" tanya Ilse benar-benar terkejut pada kesimpulan yang diambil sepupunya.
"Kenapa lagi kamu begitu ingin kembali? Lagi pula Nenek selalu mengatakan tentang ini, bahwa Raja Goblin hanya mengambil gadis-gadis yang memanggilnya."
Ilse memejamkan mata, mungkinkah sepupunya benar? Bahwa dia mencintai Raja Goblin dalam waktu yang begitu singkat? Sesederhana itu? Meskipun Ilse tidak berpikir itu alasan kenapa dia ingin kembali padanya. Bukan. Itu adalah perasaan milik. Perasaan dibutuhkan dan kepuasan karena menjadi bagian yang penting dari sesuatu.
"Alasannya tidak masalah, tapi aku tidak bisa hidup dengan perasaan seolah aku tidak berguna. Aku sudah melakukan itu sepanjang hidupku dan aku tidak bisa lagi. Aku selesai dengan itu."
Paul mengangguk pada pernyataannya. "Dan jika kamu masih ingin kembali setelah melakukan semua ini? Jadi apa? Apakah kamu akan melakukan sesuatu yang lebih ekstrem? Kamu tahu ini tidak menyelesaikan masalah, kamu hanya ingin lari dari kepalamu."
"Jika aku masih ingin kembali setelah aku melakukan sesuatu yang berguna untuk orang lain di sini, maka mungkin aku harus mendengarkan hatiku dan kembali. Mungkin tempatku memang bukan di sini tapi bersama mereka."
Paul membuka mulutnya tapi kemudian menutupnya kembali seolah dia tidak yakin. "Nana benar tentang kamu."
"Bahwa Raja Goblin akan menculikku?" tanya Ilse bingung, Nana sudah memperingatkan hal itu berulang kali padanya.
"Bahwa kamu akan menyukainya di sana. Bahwa petualangan dan tantangan membuatmu merasa hidup dan kami tidak cukup untuk menahanmu tinggal. Nana selalu bilang kamu punya hati yang jauh lebih liar. Hati yang lebih sulit untuk dijinakkan. Tidakkah kamu bertanya-tanya bagaimana Nana bisa tahu tentang hal-hal ini? Padahal Nana tidak seperti kamu, dia tidak bisa melihat fair folk sepertimu."
"Paul? Kamu tidak—"
"Aku pernah bertanya sekali."
"Tidak mungkin!" Ilse menggeleng dengan tidak percaya. Itu sangat tidak masuk akal.
"Tanya sendiri kalau begitu. Lagi pula nanti malam adalah Samhain."
Judul bab nya ga tahu lagi, abaikan saja 🥴
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top