XIX : Jacob

Untuk Sepupuku yang glamor dan untukku yang tidak mungkin mengikuti caranya.

Butuh beberapa saat untuk menarik perhatian Vincent dari lantai dansa, sampai dia melihat Ilse yang melambaikan tangan padanya, memberinya isyarat untuk mendekat.

"Sudah merindukanku?" sapa Vincent dengan suara menggoda begitu dia berada cukup dekat untuk didengar Ilse.

Ilse tidak bisa menahan dorongan untuk memutar bola matanya. "Aku baru saja melihat Jack."

"Kamu ingin aku datang dan menemanimu saat kamu bicara dengannya?" tanya Vincent, terdengar sedikit khawatir terlepas dari persetujuannya untuk membantu.

"Tidak. Tidak. Aku hanya ingin kamu melihat dari jauh. Hanya datang jika terjadi sesuatu yang aneh. Kamu tahu? Seperti jika aku pingsan atau dia mencoba membawaku pergi," ucap Ilse, dia tidak berpikir Jack akan mencoba menjebaknya seperti Tam jika dia tahu Ilse bersama orang lain di sini.

"Kamu yakin? Bagaimana jika aku kehilangan kalian? Bukannya aku meremehkan kamu, tapi apakah kamu tahu beberapa cara untuk mempertahankan diri?"

"Aku membawa semprotan merica di saku, jika itu yang kamu tanyakan. Aku tidak akan membiarkan semuanya berjalan terlalu jauh. Aku hanya ingin mencari tahu, aku akan baik-baik saja. Lagi pula kamu percaya Jack mungkin sama sekali tidak terlibat. Kami mungkin hanya akan terlibat beberapa percakapan sebelum malam ini berakhir."

"Baiklah jika kamu berpikir begitu. Jangan ragu untuk berteriak, 'Kebakaran' jika sesuatu yang buruk terjadi. Orang tidak akan terlalu peduli ketika seorang gadis berteriak 'tolong' tapi 'Kebakaran' akan menarik setiap perhatian. Tidak ada yang mengabaikan api. Setidaknya itu yang dikatakan ibuku pada saudara-saudara perempuanku."

Ilse mengacungkan jempolnya setuju. "Aku akan ingat itu. Aku akan pergi padanya sekarang."

Mengambil dua gelas bir di tangannya, Ilse mulai berjalan melintasi aula untuk mencapai Jack yang untuk saat ini masih sendirian. Padahal biasanya gadis-gadis akan menarik perhatiannya setiap saat.

"Hai?" ucap Ilse begitu dia berada di dekat Jack untuk menarik perhatian pria itu.

Jack menoleh ke arahnya, senyum manis itu pernah membuat Ilse bermimpi di malam hari, sekarang itu hanya menyeramkan.

"Ilse, aku tidak tahu kamu akan datang ke pesta, apakah kamu sendirian?" ucap Jack, sebenarnya mengejutkan Ilse karena dia benar-benar tahu namanya. Itu seharusnya tidak aneh, semua orang tahu nama gadis yang bisa melihat monster.

"Aku datang dengan Paul, tapi dia pergi lebih awal. Keberatan jika kita bicara?" ucap Ilse, dia menawarkan salah satu gelas bir di tangannya pada Jack dan pria itu segera mengambilnya. Meneguknya dalam sekali teguk sebelum memiringkan kepalanya untuk memperhatikan Ilse, membuat kulitnya merinding di bawah pengawasan mata cokelat itu.

"Tentu, apa yang ingin kamu bicarakan?" balas Jack terdengar ramah tapi itu tidak menghilangkan merinding di kulit Ilse.

Ilse bisa melihat pria yang berdiri di depannya adalah Jack, dia benar-benar terlihat persis sama, tapi Ilse tahu itu bukan dia. Semacam pengetahuan yang tidak dapat dijelaskan telah muncul di kepalanya begitu dia melihat Jack cukup dekat.

"Ini tentang Tam," ucap Ilse langsung pada inti masalah, dia telah berencana untuk menggoda Jack agar dia bisa mendapatkan semacam bukti untuk membuat laporan, tapi mengetahui bahwa Jack adalah bukan Jack mengubah rencana Ilse sepenuhnya.

"Sanchez?" tanya Jack terdengar benar-benar bingung. "Apakah dia memberitahu kamu kalau kami putus? Dia mengirimmu untuk memintaku kembali setelah apa yang dia lakukan?"

"Tidak juga. Bukankah kamu yang terakhir terlihat bersamanya di pesta itu? Bagaimana kamu tidak tahu ketika mereka membawanya?" tanya Ilse, tidak menyembunyikan tuduhan di suaranya kali ini.

"Aku bukan babysitternya, aku tidak berkewajiban untuk mengawasinya sepanjang malam," balas Jack dengan lancar.

"Ya aku tahu, tapi tidakkah kamu melihat sesuatu yang aneh sebelumnya? Beberapa pria mencurigakan yang mendekatinya?" Ilse bertanya lebih jauh dan menggigil saat Jack membungkuk ke arahnya. Berbisik ke telinganya.

"Aku mungkin memang melihat beberapa pria yang bertingkah aneh," ucap Jack pelan, begitu dekat dengan telinga Ilse hingga gadis itu bisa merasakan napasnya yang panas di kulitnya.

"Kamu mengenal mereka?" tanya Ilse, tidak sepenuhnya mempercayai kata-kata darinya, padahal fair folk seharusnya tidak bisa berbohong, jadi dia mungkin memang mengatakan yang sebenarnya.

"Bisakah kita berbicara di tempat yang lebih sepi? Lebih pribadi?" tanya Jack terdengar sopan, tapi Ilse kembali merasakan sentuhan tidak nyaman yang merayapi kulitnya.

"Di mana?" balas Ilse, dia tahu itu mungkin keputusan yang sangat buruk dan pasti juga sangat bodoh. Terutama saat dia melihat senyum yang sekarang muncul di bibir Jack.

"Bagaimana jika kita keluar ke halaman belakang? Menjauh dari semua kebisingan ini jadi aku bisa menceritakan semuanya padamu?" jawab Jack sambil memberi petunjuk pada Ilse untuk mengikutinya.

Ilse setuju dengan mengangguk. Dia melihat melalui bahunya ke arah tempat terakhir dirinya meninggalkan Vincent. Ilse menatapnya diam-diam untuk memohon agar dia mengikuti mereka keluar. Vincent mengangguk mengerti dan Ilse berbalik untuk mengejar Jack yang sudah beberapa langkah di depannya.

Mereka keluar melalui dapur, itu memiliki pintu belakang yang terhubung langsung ke halaman belakang rumah. Jack memutar kunci dan menarik pintu terbuka, menahannya agar Ilse bisa keluar lebih dulu. Jack mengikuti setelahnya, membiarkan pintu tertutup di belakangnya.

Udara dingin dari awal musim dingin membuat jari-jari Ilse membeku dengan cepat, dia menggosoknya bersama dan sedikit menyesal karena menggunakan jaket yang terlalu kecil tapi dia seharusnya tampil cukup menarik untuk menggoda Jack malam ini. Dia tidak menduga bahwa Jack sama sekali bukan Jack. Pikiran itu mengganggunya, jika yang di sini bukan Jack maka di mana dia? Ilse tentu saja bisa menebak dengan mudah tapi dia berharap entah bagaimana itu salah.

"Jadi? Siapa mereka?" tanya Ilse, tidak ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan fair folk yang mengambil bentuk Jack, ditambah dia benar-benar kedinginan dan sangat ingin kembali ke dalam.

"Kenapa begitu terburu-buru? Tidakkah kamu ingin kita menghabiskan lebih banyak waktu bersama?" ucap Jack dan Ilse merasa dirinya sedikit ditenangkan oleh kata-katanya yang membujuk. Butuh satu detik juga untuk menyadari apa yang sedang dia lakukan. Glamor di suaranya sama dengan yang digunakan Raja Goblin untuk membujuknya keluar dari lingkaran pohon hari itu.

Meski sampai sekarang Ilse tidak tahu bagaimana dia bisa tidak tahu kalau itu adalah Raja Goblin? Apakah itu karena Raja Goblin kehilangan namanya? Dengan begitu kehilangan inti dari dirinya? Ilse menggeleng, mendorong teka-teki itu ke belakang untuk saat ini. Ada waktu lain untuk memikirkannya, saat ini dia perlu fokus pada Changeling yang berada di depannya.

"Ini dingin di sini," balas Ilse, dia memeluk tubuhnya sendiri saat angin bertiup ke arah mereka. Langit di atas terlihat suram karena awan menutupi bintang-bintang, menyisakan bulan dengan cahaya pucat sendirian.

"Aku bisa membuatmu lebih hangat," ucap Jack, sekali lagi menggunakan suara membujuk yang sama.

Ilse perlu waktu lebih lama untuk keluar dari daya pikatnya kali ini, bulu di belakang lehernya merinding saat Jack melangkah lebih dekat padanya, tangannya meraih pinggang ramping Ilse, menarinya ke pelukannya.

"Aku baik-baik saja," balas Ilse, kali ini sedikit berjuang untuk mendorong dirinya menjauh.

"Kamu ingin ini, kamu ingin aku memilikimu, bukan?" ucap Jack dengan nada lembut dan manis, lengannya mengencang di sekitar pinggang Ilse saat dia setengah menuntun dan menyeret Ilse lebih jauh melintasi halaman belakang, mengarah ke pintu pagar yang membawa mereka ke jalan gelap.

Ilse hampir percaya dan mengalah pada sihir di suaranya tapi kemudian dia kembali ke kesadaran dan menggeleng. "Aku tidak!"

Kali ini Jack memiringkan kepalanya begitu dekat dengan wajahnya, bibirnya hampir menyentuh daun telinga Ilse saat dia berbisik dengan suara serak yang manis dan menghipnotis. "Tentu saja kamu menginginkannya, tidak apa-apa Ilse, kami akan membuatmu merasa baik. Tidak perlu takut."

Jarinya membelai rambut Ilse dengan lembut, sebelum bergerak ke pipinya, memiringkan kepalanya ke belakang seolah dia akan menciumnya. Ilse hampir tidak dapat bergerak, dia ingin mempercayai kata-katanya sampai dia merasakan dingin yang menusuk menyentuh bahunya, melewati setiap lapisan pakaian yang dia kenakan.

Kamu tahu tipuannya, Sunshine, aku mengajarimu lebih baik dari ini.

"Nana?" ucap Ilse, mendengar suara lembut neneknya begitu dekat membuatnya tersentak. Seolah setiap benang sihir yang menahannya putus detik itu juga.

Ilse segera mundur, menjauh dari jangkauan Jack.

"Lepaskan aku!" ucap Ilse tegas, dia mendorong dengan kuat kali ini dan mundur lebih jauh lagi.

"Ilse?" ucap Jack masih mencoba mempengaruhinya tapi Ilse tidak lagi mendengarkan.

"Berhenti! Aku tahu apa kamu, aku tidak jatuh pada tipuanmu," ucap Ilse.  Matanya menatap tajam pada Jack yang untuk sedetik masih berpura-pura kebingungan.

"Apa maksudmu?" tanya Jack tenang tapi ketika jelas bahwa Ilse tidak berbohong detik itu, dia mulai tertawa. "Seorang Seer? Sudah begitu lama kami tidak melihat satu, aku yakin Ratu akan senang memilikimu."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top