VI : Ruang Singgasana
Untuk sahabatku yang gagal melihat keindahan dalam dirinya dan untukku yang melihatnya dengan jelas.
"Apa yang barusan terjadi di sana?" tanya Ilse begitu dia dan dua bayangan baru miliknya meninggalkan dapur.
"Jika kami memberitahumu, maka kami akan bernasib sama seperti Cook," jawab Tuskroot, ketajaman di suaranya masih terdengar meski Ilse merasa itu sedikit melunak.
"Itu juga akan membuat Raja tidak senang," tambah Twilight. Mereka jelas tahu lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi di sini, tapi karena alasan yang tidak dapat Ilse jelaskan mereka tidak dapat memberitahunya.
"Jika Tuan ingin pengantin terbarunya tidak tahu apa-apa dia akan menguncinya seperti mereka sebelum dia," balas Tuskroot kali ini entah bagaimana Ilse merasa dia memihaknya.
"Tuan tidak benar-benar bisa mengurungnya seperti mereka. Raja belum menikahinya oleh karena itu tidak bisa menggunakannya seperti yang seharusnya," ucap Twilight, kedua goblin itu membicarakan Ilse seolah dia tidak berada di sana. Itu benar-benar mengganggu Ilse, pasalnya dia sangat lelah menjadi tidak terlihat.
"Aku berada di sini jika kalian tidak memperhatikan, aku bisa mendengar setiap kata," bentak Ilse kesal, dia mengikuti kedua goblin itu dengan membabi buta. Tidak tahu ke mana mereka akan membawanya tapi juga tidak tahu untuk melacak arahnya sendiri di tengah-tengah labirin Hollow Hall yang menjadi penjaranya.
"Kita menyadarinya, hanya saja kami tidak terbiasa memiliki mempelai wanita Raja Goblin yang berkeliaran dengan bebas," jawab Twilight, terdengar meminta maaf, dia mungkin satu-satunya goblin yang sedikit memiliki perasaan yang mirip seperti manusia, atau setidaknya mencoba.
"Apakah pengantin sebelum diriku selalu dikurung? Apakah mereka semua benar-benar mati?" Keduanya saling bertukar pandang, Ilse punya firasat bahwa dia akan sering menyaksikan Twilight dan Tuskroot berkomunikasi tanpa kata di depannya. "Apakah diam berarti benar-benar tidak ada yang selamat?"
"Seseorang berhasil pergi," jawab Tuskroot mengejutkan Ilse.
"Sungguh?"
"Tuan tidak ingin membicarakannya. Kita tidak boleh membicarakannya." Twilight melihat sekeliling seolah dia takut Raja Goblin akan muncul begitu saja dari udara kosong dan menginterupsi percakapan mereka.
"Yah aku tidak ingin mati," jawab Ilse, mengangkat bahunya. Dia tidak peduli dengan apa yang diinginkan Raja Goblin.
Untuk sekali ini Ilse melihat semacam kelembutan di wajah Tuskroot, itu hanya berlangsung selama satu detik sebelum itu lenyap. "Apakah kamu benar-benar ingin pergi? Gairah dan hasratmu menarik perhatian Raja. Satu-satunya alasan dia membawamu, itu karena kamu tidak puas dengan hidupmu."
Ilse membuka mulutnya, dia siap untuk membantah kata-kata Tuskroot, tapi kemudian dia ingat bagaimana sahabatnya sendiri merendahkannya. Bagaimana dia tidak pernah menjadi sesuatu yang penting, hanya gadis aneh dari keluarga aneh. Itu bukan kehidupan yang hebat, Ilse tahu itu tapi, itu juga bukan berarti dia bersedia mati.
"Bisakah aku bertahan hidup di sini?" Pikiran itu tidak sepenuhnya mengerikan, dan jika kemungkinan pergi sangat kecil maka dia memilih hidup dari pada mati di sini.
Twilight dan Tuskroot bertukar pandang sekali lagi. Ilse tidak tahu apa yang mereka kerjakan di kepala tapi Tuskroot mengangguk dan akhirnya Twilight melihat ke arahnya dengan tatapan aneh. "Bayangan tidak menyentuhmu. Kamu tidak dihabiskan meskipun kamu sudah berada di sini lebih dari tiga hari."
"Tiga hari?" Ilse bertanya, cukup keras karena dia pikir itu baru dua hari, pertama adalah saat dia setuju untuk menjadi pengantinnya dan dua untuk pesta yang seharusnya menjadi pernikahannya.
"Kamu tidak sadar selama dua hari, terlalu banyak minum anggur peri."
Ilse harus ingat untuk tidak lagi minum anggur apa pun yang ditawarkan padanya. Dia tidak ingin pingsan selama dua hari setiap kali dia kehilangan akal. Itu mungkin juga alasan kenapa ingatannya tidak pernah benar setiap kali dia bangun.
"Apa maksudnya dengan bayangan tidak menyentuhku?" Ilse bertanya saat mereka kembali melanjutkan, dia tidak memprotes. Tidak ingin berdiri di tengah-tengah lorong saat mencoba menavigasi dunia baru ini.
"Manusia tidak dimaksudkan untuk tinggal di underground, mereka biasanya hanya bertahan satu tahun. Tidak pernah lebih."
"Karena itukah Raja Goblin mengambil pengantin setiap satu tahun sekali? Bukan karena dia membunuh mereka?"
Ilse bertanya dengan penuh harap, setidaknya dia bisa sedikit lebih tenang jika memang demikian. Sayangnya harapan itu segera hancur begitu Ilse mendengar jawaban Tuskroot.
"Raja memang membunuh mereka."
Lebih banyak alasan untuk segera pergi dari sini kalau begitu, pikir Ilse muram.
"Hanya karena Raja tidak punya pilihan," ucap Twilight dengan defensif seolah dia ingin membenarkan perbuatan Rajanya. "Kamu berbeda, kamu mungkin benar-benar punya kesempatan."
Ilse mendengus. Satu-satunya kesempatan yang dia miliki di sini adalah untuk mati. Jika Raja Goblin membunuh setiap pengantinnya sebelumnya, apa yang akan menghentikannya sekarang? Kecuali dia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Raja Goblin belum mengangkat tangannya sekalipun padanya. Dia belum melakukan kekerasan apa pun padahal dia benar-benar memiliki kekuatan untuk melakukan itu, dan tidak ada yang Ilse lakukan bisa menghentikan dia.
"Kesempatan untuk apa?" Ilse akhirnya mengalah dan bertanya. Mereka terus berjalan di antara lorong labirin Hollow Hall, Ilse bahkan tidak mencoba untuk mengingat jalan mana yang mereka lalui karena semuanya terlihat sama di matanya.
Dinding abu-abu kasar dengan hanya cahaya obor setiap beberapa meter untuk penerangan. Itu tidak terlihat seperti setting film horor tapi itu pasti juga bukan tempat yang paling nyaman. Ilse tidak bisa berhenti bertanya-tanya apakah goblin benar-benar tinggal di sini, apakah ini sesuai dengan selera aneh mereka atau mereka dipaksa ke dalamnya? Siapa yang tahu? Semua yang Ilse tahu tentang goblin hanya dari neneknya.
"Aku tidak bisa memberitahumu," ucap Twilight, Ilse tidak bisa membaca ekspresi yang muncul di wajahnya saat itu. Ilse pikir itu mungkin terlihat seperti teror dan kesedihan, dicampur dengan keputusasaan.
"Tidak bisa atau tidak mau?" tanya Ilse tepat di saat mereka tiba di pembukaan yang mengarah ke aula luas. Itu berbeda dari aula dari malam lalu tempatnya menari dan berpesta.
Ada berapa banyak aula sebenarnya? Pikir Ilse semakin kehilangan harapan untuk memetakan Hollow Hall di kepalanya. Rasanya mustahil untuk mengingat setiap lorong yang membangun tempat ini.
"Kenapa kamu tidak bergabung denganku, Manisku?"
Ilse ditarik dari pemikiran itu saat suara Raja Goblin mencapai telinganya. Suaranya yang serak dan dalam terdengar nyaring seolah seluruh tempat ini menggemkannya secara ajaib. Mungkin memang begitu, Ilse tidak benar-benar tahu bagaimana sihir bekerja. Dia mungkin telah melihat setiap monster yang neneknya ceritakan tapi itu tidak berarti dia memahami sihir mereka atau dunia mereka.
Mata Ilse segera ditarik untuk melihat ke arah Raja Goblin. Dia duduk di atas singgasana batu, itu tidak megah ataupun indah. Hanya batu besar yang sepertinya diukir dengan kasar untuk membentuk kursi dengan sandaran tinggi. Itu sangat sederhana tapi meski demikian itu tidak mengurangi kesan agung dari pria—bukan pria, seorang goblin, Ilse mengingatkan dirinya sendiri—yang duduk di atasnya. Seolah keberadaanya saja memerintahkan perhatian. Mungkin itu juga sihirnya, pikir Ilse saat dia tidak bisa melepaskan pandangan darinya.
Ilse tidak akan berbohong, faktanya dia selalu tertarik setiap kali dia berada di ruang yang sama dengan Raja Goblin. Dia tidak bisa menghilangkan ketertarikan bodoh untuk mendekat. Bahkan sekarang dia tidak bisa menjauhkan matanya, tidak bisa berhenti melacak otot yang membangun tubuh ramping dari Raja Goblin. Dia terlihat mengerikan tapi di saat yang sama juga sangat menarik, apakah setiap pengantinnya juga merasa seperti itu? Apakah mereka jatuh pada pesonanya sama seperti dia?
Jika Twilight tidak mendorong punggung bawahnya untuk mulai bergerak, Ilse mungkin akan membeku di sana untuk melongo menatap Raja Goblin sepanjang waktu.
Ilse menarik napas panjang sebelum melangkah ke dalam aula, sekali lagi berada di tengah-tengah goblin yang menatap setiap gerakannya. Dia masih merinding detik itu dan tanpa anggur yang mengaliri darahnya Ilse ingin berbalik. Ingin lari, satu-satunya hal yang memaksanya terus maju adalah mata hitam Raja Goblin yang sepertinya menembus ke dalam jiwanya. Seolah berbicara padanya untuk berani, memohon padanya untuk berdiri bersamanya. Itu konyol, perasaan yang dia rasakan sangat bodoh tapi dia mendapati dirinya terus maju.
Yuk semangati aku untuk up lagi malam ini :) biar ga kena hukuman T_T
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top