V : Dapur Cook

Untuk anak laki-laki yang mengambil ciuman pertamaku dan untukku yang membiarkannya mengambilnya.

Lorong Hollow Hall terlihat sama persis seperti saat Raja Goblin membawa Ilse ke perjamuan malam sebelumnya. Setidaknya Ilse pikir saat itu adalah malam, dia masih tidak bisa menilai berapa banyak waktu berlalu selama dia berada di bawah sini. Tidak ada matahari untuk memberitahunya. Tidak ada apa-apa untuk menandai berlalunya hari.

Ilse mengikuti langkah cepat Twilight dan Tuskroot, tidak ingin tersesat ke salah satu belokan. Setidaknya setiap lorong sepertinya sepi kali ini, dia tidak melihat satu pun goblin di sekitar. Mungkin semua orang masih di kamar mereka? Mungkin ini sebenarnya tengah malam untuk mereka dan Ilse salah mengira itu sebagai pagi? Mungkin karena itu juga Twilight dan Tuskroot tidak berpikir untuk membuatnya berganti pakaian terlebih dahulu?

"Apakah kita masih jauh? Di mana semua orang?" ucap Ilse, mengarahkan pertanyaan pada Twilight yang telinga kelelawarnya sesekali berkedut saat dia berjalan dengan cepat.

"Tidak jauh, Cook harus punya sesuatu untuk kamu makan, dan semua orang—" Twilight ragu-ragu untuk sesaat dan Ilse tidak bisa menghentikan rasa penasaran. Dia mungkin ditahan di luar keinginannya, tapi itu tidak memadamkan rasa ingin tahunya.

"Semua orang?" ucap Ilse, menekan Twilight untuk mendapatkan lebih banyak informasi.

"Itu sama sekali bukan urusanmu. Aku bahkan tidak mengerti kenapa Tuan repot-repot denganmu," potong Tuskroot sebelum Twilight dapat mengatakan apa pun. Kemarahannya begitu gamblang bersama dengan kebenciannya hingga membuat Ilse tersentak. "Dan beraninya kamu meminta nama! Meminta nama Raja Goblin sebagai ganti tanganmu di pernikahan, kamu pikir siapa kamu?"

Ilse menghentikan langkahnya, dia praktis harus menunduk untuk memelototi Tuskroot. Apa yang dia lakukan untuk pantas menerima perlakuan seperti itu? Dia bukan penjahat dalam cerita ini dan Ilse menolak diperlakukan seperti itu.

"Aku tidak pernah meminta untuk diculik! Atau untuk menjadi pengantinnya!" balas Ilse dengan pedas, Twilight meremas tangannya dengan gugup saat Ilse dan Tuskroot saling beradu tatap. Mereka melihat satu sama lain seolah ingin menguliti dan mengukir daging lawannya.

"Tuan hanya membawa mereka yang menginginkannya!" ucap Tuskroot keras kepala menyulut emosi Ilse.

Ilse mungkin adalah gadis yang pendiam, dia sering berada di sudut setiap kali berada di keramaian. Bukan karena Ilse tidak ingin mendapatkan sorotan, dia selalu ingin menjadi pusat perhatian tapi, juga takut akan hal itu. Dia juga jarang mengekspresikan kemarahannya tapi Tuskroot telah menekan tombolnya dengan benar. Dia tidak ingin diberitahu apa yang sebenarnya dia inginkan.

"Bukan aku! Dia menipuku untuk memakan buah terkutuk kalian dan kemudian menjebaku ke dalam tawar menawar! Kurasa semua fair folk sama saja."

Kali ini sepertinya Ilse berhasil mengenai saraf karena Tuskroot hampir melompat dan mencakar Ilse jika Twilight tidak menarik dan menahan lengannya.

"Kami tidak pernah seperti itu! Jangan berani-berani menyamakan Raja Goblin dengan Seelie Fae dan rakyatnya! Jangan berani-berani!" umpat Tuskroot, kulit abu-abunya berubah menjadi warna yang lebih gelap saat dia marah. Lubang hidung di moncong babinya mengembang setiap kali dia menghembuskan napas dengan murka.

"Sudah cukup, Tuan tidak akan senang dengan ini," ucap Twilight lebih pada Tuskroot meski tatapannya hampir melihat memohon pada Ilse. Jadi Ilse menutup mulut kembali sebelum membalas kata-kata itu dengan jawaban ketus lainnya.

"Aku tidak ingin membuat masalah," ucap Ilse, masih dengan nada tajam tapi posturnya lebih tenang.

"Baik, dapur lewat sini," ucap Twilight, memberi isyarat pada Ilse untuk berjalan lebih dulu sehingga Twilight bisa berada di antara dirinya dan Tuskroot. Jelas tidak ingin ada insiden adu mulut antara rekan dan tahanannya terulang lagi.

Ilse menurut dan pergi ke lorong yang ditunjuk oleh Twilight tanpa komentar lebih lanjut. Membiarkan kedua goblin itu berjalan di belakangnya.

Dapur Hollow Hall bagaimanapun terlihat mirip dengan kebanyakan dapur di dunia. Setidaknya jika kamu berada di abad pertengahan. Dengan tungku oven besar yang membuat Ilse penasaran dengan cara kerja pembuangan asapnya, mengingat mereka berada di bawah tanah. Meja besar diletakkan di tengah-tengah ruangan yang saat ini dipenuhi banyak daging. Beberapa hewan dapat diidentifikasi Ilse dengan mudah seperti bangkai rusa dan beberapa unggas. Sementara yang lain, Ilse tidak ingin mencari tahu. Dia tidak akan terkejut jika ular dan tikus juga akan berada di menu.

"Sarapan masih satu jam dari sekarang, tidak ada yang mendapat makanan lebih awal. Kalian tahu aturannya," ucap seorang goblin dengan tubuh gempal dan suara serak menggerutu saat mereka memasuki dapur. Goblin itu tengah mengangkat loyang dari dalam oven, mengeluarkan gumpalan roti berwarna hitam yang mengingatkan Ilse pada adonan semen yang mengeras.

"Yah aturan itu pasti bisa diubah untuk Pengantin Raja Goblin tentunya," ucap Twilight yang anehnya bicara dengan takut, bahkan lebih takut dari pada saat dia bicara dengan Raja Goblin sendiri.

Pria Goblin itu mendengus, membanting loyang besar ke atas meja setelah memelototi Twilight sebelum mengalihkan tatapan tajamnya pada Ilse. Mata manik hitamnya terlihat mengancam, sementara tinggi badan Twilight dan Tuskroot hanya mencapai pinggang Ilse, goblin ini menjulang di atasnya. Dengan tinggi seperti itu, dan tubuh tebal itu. Dia praktis menjadi goblin paling menyeramkan yang ditemui Ilse sejauh ini.

"Apa yang dia lakukan untuk mendapatkan hak istimewa seperti itu?" tanya goblin itu, dia meninggalkan loyang berisi roti hitam di atas meja. Membiarkannya menjadi lebih dingin sebelum dia mengambil pisau pemotong daging dan mulai memutilasi kumpulan daging acak di atas meja.

Dapur ini jelas sama sekali tidak higienis pikir Ilse, tapi setelah hidup belasan tahun dengan keluarganya itu tidak akan terlalu mengganggunya. Paman dan bibinya cukup rutin mengonsumsi darah ayam tanpa alasan selain takhayul. Bahkan nenek tidak melakukan hal seperti itu.

"Cook ... dia berharap untuk sarapan," ucap Twilight seolah kata itu saja seharusnya sudah cukup alasan.

Goblin yang dipanggil Cook—Ilse yakin itu bukan nama aslinya tapi dia tidak akan cukup bodoh untuk menanyakannya. Cook, dia mendengus dengan kesal sebelum merobek sebongkah roti hitam meletakkannya di atas piring bersama beberapa potongan buah dan mendorongnya ke arah Ilse.

"Itu dia. Makan dan pergi dari dapurku!" bentak Cook. Jika kebencian Tuskroot terasa seperti duri es, kemarahan Cook seperti kobaran api.

Ilse seharusnya tidak merasakan sakit hati, dia seharusnya tidak peduli dengan apa yang mereka pikirkan tentang dirinya atau bagaimana mereka memperlakukannya. Sayangnya dia tidak bisa mengunci begitu saja perasaannya. Dia telah diremehkan dan dianggap sebagai orang aneh di atas, dan sekarang bahkan saat dia berada di sekitar goblin, dia masih orang buangan yang sama.

"Lupakan saja. Aku tidak lapar, aku hanya akan pergi."

Ilse baru saja akan berbalik saat Cook membanting pisau dagingnya hingga menancap di atas meja. Mata manik hitam miliknya kini tidak hanya terbakar oleh amarah, itu menjadi badai api saat dia mengucapkan setiap kata pada Ilse.

"Kamu akan memakannya! Harapanmu dikabulkan dan kamu tidak akan menyia-nyiakan makanan yang berharga!"

Ada kemarahan yang mendasari suaranya tapi Ilse juga mendengar keputusasaan di sana. Tuskroot melihat adegan itu dimainkan dengan wajah datar sementara Twilight meremas jarinya dengan khawatir. Semua menatap Ilse seolah menunggunya untuk melakukan sesuatu.

"Baiklah," ucap Ilse dan kemudian Twilight menarik kursi untuknya ke meja tempat Cook mendorong piring yang berisi roti dan beberapa potong buah.

Ilse merobek rotinya terlebih dahulu, itu memiliki kerak yang terlalu kering di kulitnya dan di dalamnya tidak lebih baik. Rotinya hambar dan memiliki tekstur yang terlalu keras tapi Ilse mengunyahnya dengan brutal. Menelan dengan susah payah sebelum memasukkan potongan lain ke mulutnya.

"Kenapa begitu banyak daging?" ucap Ilse setelah keheningan diiringi suara pisau besar Cook yang memotong lebih banyak daging. "Apakah goblin hanya makan daging?"

Tentu saja Ilse tahu itu tidak benar, dia telah melihat goblin memakan buah dengan lahap tapi dia memang belum melihat mereka memakan sayuran.

"Daging lebih mudah didapat."

Jawaban itu datang dari Cook, mengejutkan Ilse karena dia pikir goblin raksasa itu membencinya setengah mati dan tidak akan menjawab satu pun pertanyaannya. Bahkan dia enggan untuk menatapnya sampai detik ini.

"Bagaimana lebih mudah?" tanya Ilse, rasa ingin tahunya kembali menang. Terlalu penasaran untuk tutup mulut.

"Berburu di hutan Seelie lebih mudah dari pada menumbuhkan sesuatu di tanah ini. Terutama semenjak Ratu Seelie—"

Cook tersedak, kata-katanya terputus seolah tangan tak terlihat mencekik tenggorokannya. Genggamannya pada pisau terlepas menyebabkan bilah besar itu jatuh berkelontang ke lantai. Twilight segera bergegas untuk menangkap Cook sebelum dia jatuh tapi tubuh besarnya segera melorot, tubuh Twilight yang lebih kecil tidak mampu menopangnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Ilse panik dan terkejut. Dia bangkit dari kursi, mengitari meja untuk mencapai Cook. Dia tidak yakin dengan apa yang baru saja terjadi atau bagaimana cara untuk memperbaikinya.

"Buat harapan!" ucap Twilight, wajahnya diliputi rasa takut saat melihat ke Ilse. Takut dan permohonan meskipun begitu dia tetap tidak mengerti.

"Apa?" tanya Ilse benar-benar tidak mengerti. "Kita harus membantunya, apakah goblin bisa terkena serangan jantung? Apakah kalian punya rumah sakit? Dokter? Sesuatu semacam itu? Kita harus membawa Cook ke sana."

"Dia tidak akan mau melakukannya," ucap Tuskroot, ada kebencian gelap di sana saat menatap Ilse. Meski begitu dia tetap berdiri di tempatnya, seolah dia sudah tahu nasib Cook dan tidak ada yang bisa dilakukan.

Mengabaikan Tuskroot yang bermuka masam Ilse mencoba untuk membantu Cook, untuk mengangkat tubuhnya yang jauh lebih tinggi dan besar untuk berdiri. "Kita harus membawanya ke penyembuh, sesuatu? Kalian harus punya penyembuh bukan?"

"Itu tidak akan membantu Cook," ucap Twilight, kesedihan begitu jelas di wajahnya, seakan kematian tidak mungkin dihindari. Wajah Cook mulai memutih seolah dia mulai kehabisan napas detik itu juga.

Ilse mengabaikan Twilight dan kata-kata pesimis darinya. Dia mengalungkan lengan Cook di lehernya dan berjuang keras untuk mengungkit tubuh besar Cook.

"Ayo Cook, bantu aku. Aku tidak bisa melakukannya sendiri. Angkat dirimu, bantu aku. Kamu akan baik-baik saja. Aku harap kamu baik-baik saja."

Cook mengambil napas panjang saat itu juga, Ilse baru saja berhasil mengangkat Cook setengah berdiri saat pria itu menjauh darinya dan menatapnya dengan ekspresi tidak percaya dan marah.

"Aku tidak akan berutang padamu!" ucap Cook murka sementara Ilse hanya berdiri di sana dalam kebingungan.

"Apa kesalahanku sekarang?" balas Ilse ikut berteriak. Satu detik Cook sekarat dan sekarang dia marah pada Ilse karena mencoba menolongnya?

"Katakan saja yang kamu inginkan untuk pembayaran! Aku tidak akan berutang pada manusia, terutama tidak berutang nyawa!" ucap Cook yang semakin marah, Ilse menggelengkan kepalanya. Menjauh dari goblin itu.

"Aku tidak menginginkan apa pun darimu," ucap Ilse, membuat ketiga goblin itu terdiam.

Cook sepertinya kehilangan sebagian api kemarahannya, itu digantikan dengan ekspresi terluka saat dia mengangguk. "Lalu aku akan berutang nyawa padamu."

Ilse akan mengatakan pada Cook bahwa dia tidak berutang apa pun pada Ilse, tepat di saat Ilse melihat Twilight menggeleng padanya. Permintaan diam-diam untuk membiarkan itu.

Yuk spill tebakan kalian mengenai apa yang sebenarnya terjadi di sini :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top