11 - PAWN

Senyuman Irra tidak menghilang. Dan paginya yang terganggu kali ini membuat mood wanita itu tidak sebagus tadi. Namun dia masih bisa memasang ekspresi seperti itu. Bahkan ditengah kekacauan warga Wonderland yang sekarang berlarian meninggalkan kafe itu karena tersadar sesuatu yang berbahaya akan terjadi di tempat ini.

Hanya saja, Ella tersadar kemudian kalau di tengah kekacauan itu,  ada beberapa orang yang tidak berlari dan justru terlihat santai dengan keadaan yang ada. Seolah mereka terbiasa dengan itu. 

Apa ini tidak terlihat berbahaya bagi mereka? Jelas itu membuat sang gadis abu merasa bingung.

"Senyumanmu menjijikkan seperti biasa. Belajar dari mana kau itu? Chesire?" singgung Griffin dengan padangan jijik. " Oh, dia binatang rendahan yang sama rendahnya dengan White King majikannya."

Suara pria yang dipanggil Griffin itu terdengar. Dan rasanya Irra ingin tertawa mendengar suara Griffin yang kaku bagaikan robot itu, namun masih saja berniat melontarkan ucapan kasar untuk menghina orang lain.

"Sesama binatang tidak boleh saling menghina loh! Bagaimana bisa Anda berkata seperti itu, Tuan Griffin? Anda akan membuat sedih Kerajaan Binatang, ck ck."

Irra nampak menggeleng-gelengkan kepalanya seolah mengasihani Griffin yang menghina 'sesama'-nya itu. Tidak termakan ucapan kasar yang dilontarkan sang pria karena suara sang pria hanya akan membuat Irra tertawa keras. Bahkan jikalau mau, wanita itu bisa berguling-guling di lantai karena tertawa mengulang ucapan Griffin yang bagaikan robot itu.

Tangannya pun melepas apapun yang dia pegang, membuat kursi itu jatuh menghantam lantai yang tidak jauh dibawahnya, sedangkan di satu sisi, sendok kecil yang sudah tidak karuan lekukannya itu pun menghantam lantai dengan malang.

"Ngomong-ngomong, Anda belum menjawab pertanyaanku," sahut Irra kemudian. Meregangkan jari jemarinya sebelum kembali terkepal kuat. Seolah berniat meninju pria di depannya kapan saja. Namun pandangannya pun sesekali bergerak ke ujung mata, memastikan Ella masih berada dalam jangkauannya.

Untungnya sang gadis abu itu tidak bergerak kemana-mana. Hanya terdiam meringkuk di bawah meja tempat mereka tadi, dibelakang Irra. Dengan begini, setidaknya dia bisa menghalangi serangan Griffin mengenai Ella.

"Aku datang bukan ingin berbicara padamu," sahut Griffin kemudian. Sesaat membuat Irra bingung. Wanita itu pun memiringkan kepalanya sedikit dan berniat bertanya. Tapi pertanyaan itu terhenti sebelum sempat dikeluarkan. Jelas menyadari ada yang aneh disini. Semuanya berasal dari serangan pertama Griffin yang jelas tidak dilontarkan padanya.

"Apa Anda datang untuk tujuan lain yang lebih penting?"

Griffin terdiam mendengar pertanyaan Irra. Dia tidak menjawab, namun pandangannya seolah mencoba melihat gadis yang bersembunyi di balik tubuh Irra, di bawah meja. Sebelum pandangannya kembali tertuju pada sang wanita berambut merah muda di depannya.

"Ada rumor yang menyatakan kalau ada orang asing yang menyamar sebagai anak buah Black King. Aku datang untuk melenyapkannya."

Ucapan itu bagaikan sebuah belati yang menancap jantung Ella. Karena sesaat tubuh sang gadis abu menegang dan kesulitan bernafas. Rasa panik yang memenuhi pikirannya berusaha dia tepis. Karena mendengar ucapan itu, dia sendiri sudah tahu siapa yang dimaksudkan.

Dirinya. 

Dialah yang dianggap sebagai sosok anak buah Black King itu.

Kalau begitu artinya pria ini, pria yang menyerangnya bersama Irra ini adalah suruhan asli dari Black King? Apa hanya karena kesalahpahaman yang ada, dia berniat melenyapkan Ella. Padahal sang gadis abu itu pun belum mengatakan apapun untuk pembelaannya.

Apa di Wonderland tidak ada hukum yang berlaku? Menyedihkan sekali.

"Oh, sayang sekali kesalahpahaman itu sudah diselesaikan pihak White King. Lebih baik Anda duduk manis saja sana di samping tahta kebanggaan majikanmu itu dan menunggu laporan resmi yang akan keluar nantinya dari para petinggi Wonderland."

Irra nampak mengayun-ayunkan tangannya seolah mengusir Griffin agar segera pergi dari tempat itu. Menepis segala pemikirian buruk akan hal itu. Namun bukan Griffin namanya jikalau tidak mendapatkan penjelasan. Padahal seharusnya pria itu bermalas-malasan saja di kandang mewahnya itu daripada harus turun ke sini secara langsung.

"Kau menyembunyikan sesuatu, Caterpillar."

Sungguh keras kepala sekali pria di depannya ini. Mungkin Irra bisa memukul kepalanya satu dua kali untuk membuatnya menyerah dan pergi saja dari sini. Mumpung moodnya sudah buruk sekarang, jadi sekalian saja.

"Kubilang kan berhenti memanggilku dengan nama itu! Sama sekali tidak manis! Panggil aku Irra. I-R-R-A! Apa rasa cinta Anda pada majikan Anda itu membuat Anda sendiri lupa nama orang?"

Bukannya menjawab pertanyaan Griffin, Irra justru memprotes cara Griffin memanggil namanya yang asli itu. Membuat sang wanita memasang wajah cemberut yang bisa saja melontarkan rasa kesal karena nama yang sama sekali tidak manis itu. Padahal kata Irra itu lebih terdengar manis daripada kata Caterpillar.

"Justru karena aku setia dan cinta pada beliau, apapun itu harus kulenyapkan dari hadapannya."

Oke, kali ini Irra rasa dia perlu ke toilet untuk membuang makanan yang masuk ke dalam mulutnya tadi. Karena meskipun ucapan-ucapan yang dia lontarkan hanya berniat untuk memprovokasi Griffin, sang pria benar-benar terlalu terpaku dan setia pada majikannya tersayang itu.

Mati saja Black King itu. Pria menjijikkan yang mengirimkan orang lain untuk menyelesaikan masalahnya.

Tapi bukan itu masalahnya sekarang. Karena nampaknya Griffin menolak untuk pergi dari sini. Jikalau itu memang benar, tidak ada cara lain lagi untuk menghindarinya. Irra mungkin harus memberikan sedikit pelajaran pada sosok di depannya ini.

"Bahkan jikalau rasa cinta Anda pun sebesar cakrawala Wonderland, aku pun tidak akan membiarkanmu melangkah mendekat," ujar Irra kemudian. Mengangkat kedua bahunya dengan santai. Seolah menyampaikan bahwa dia tidak takut kalaupun dirinya diancam oleh Griffin.

Toh ini juga salahnya karena membawa Ella keluar diam - diam tanpa meminta izin dulu pada Alice.

"Kalau begitu, memang tidak ada pilihan lain."

Griffin segera menyimpan belati di tangannya, dan bergerak cepat ke arah Irra kemudian, membuat wanita itu segera bersiaga di tempatnya untuk memperhatikan kemana Griffin akan pergi. Pria itu berlari ke samping Ella meskipun masih menjaga jarak.

Apa pria itu langsung bergerak kebelakangnya untuk...

Irra berputar, dan satu kakinya segera terangkat untuk menendang sosok pria yang benar tiba di belakangnya, berniat menahan tubuhnya untuk menjauhi Ella dan mungkin saja berniat membawa Ella pergi dari situ secepat mungkin. Serangan yang terlalu terang -terangan, namun Irra pun bukan orang bodoh yang akan tertipu dengan tindakan yang mudah dibaca itu.

"Kau meremehkanku, Griffin!!"

Irra bahkan sudah tidak peduli dengan tata krama seorang Lady dan nada sopannya, karena kakinya yang terangkat tepat mendarat di bahu kanan Griffin dan membuat pria itu terlempar ke samping karena terlambat menghindar.

Tubuh tinggi pria itu nampak menghantam kumpulan kursi kafe yang telah ditinggalkan pengunjungnya, dan dengan segera Griffin merintih kesakitan dengan suara datarnya atas apa yang terjadi padanya.

"Kau barbar seperti biasa, Caterpillar."

Hanya itu komentar yang keluar dari mulut Griffin saat pria itu bangkit berdiri dari posisinya. Meskipun ekspresi datarnya kembali bersamaan dengan nada suara robotnya yang akan membuat orang lain mengira pria itu tidak kesakitan.

"Moodku buruk karena melihat muka datarmu itu. Kalau mau main-main dan mengajakku berkelahi, jangan di tengah keramaian kota seperti ini, brengsek."

Seolah berubah 160 derajat, Ella merinding mendengar panggilan Irra pada Griffin serta ucapan wanita berambut merah muda itu. Bahkan dia cukup terkejut karena tubuh Irra yang ramping itu bisa memberikan tendangan kuat pada Griffin dan membuat pria itu melayang ke arah lain setelah menerima serangan.

"Bisa berdiri, Ella? Maaf membuatmu kaget ya," ujar Irra kemudian seraya tersenyum ramah kemudian, seolah sikap kasarnya tadi sesaat menghilang. Wanita itu sekarang melihat ke arah sang gadis abu dan mengulurkan tangannya untuk membantu Ella berdiri. Sehingga pada akhirnya Ella pun menerima uluran tangan itu dan berdiri.

"Sa-saya tidak apa-apa. Tapi kaki Anda?" Ella spontan bertanya balik. Membuat Irra mengerjapkan matanya beberapa kali sesaat sebelum tertawa pelan. Bahkan dia mengabaikan Griffin yang masih berusaha untuk berdiri.

"Ini bukan apa-apa. Karena...!"

Irra kembali berbalik saat menyadari sesuatu, menarik Ella untuk bersembunyi di belakang tubuhnya. Dia lalu kembali memberikan tendangan kuat di perut Griffin menggunakan sepatu boot ber-hak 10 sentinya itu saat sang pria menerjang ke arah mereka lagi, berniat menarik Ella. 

Ah, Irra tahu dia harus fokus. Kalau tidak, hal buruk bisa terjadi. Ditambah dengan moodnya yang buruk, buruk sekali saat ini.

Griffin melompat mundur merasakan sakit di perutnya. Tangan kirinya bergerak naik untuk memegang perutnya yang mendapatkan tendangan tadi, dan tangan satunya mengambil sesuatu kembali dari balik jas yang digunakannya. Irra tahu apa itu, cara curang seperti biasa.

"Menyedihkan, Griffin!"

Dengan segera, Irra melepaskan tangannya dari Ella, lalu menerjang maju sebelum Griffin sempat menarik satu dari belatinya yang disimpan tadi menggunakan tangan kanan sang pria. Wanita itu telah tiba beberapa langkah di hadapan Griffin dan memberikan tendangan kuat ke arah atas pada tangan kanan Griffin dengan kaki kanannya.  Sedangkan kaki lainnya masih menopang keseimbangan tubuh Irra di tanah.

Tidak menunggu lama, Griffin yang terhuyung ke belakang karena keseimbangannya hilang, kembali mendapatkan pukulan kuat di perutnya oleh Irra sehingga tinju itu mengenai tulang tangan kirinya yang menutupi perutnya. Bunyi memilukan pun tidak lama terdengar.

Irra sendiri tidak membuang waktu untuk memberikan serangan lanjutannya. Karena dia tahu jikalau Griffin memegang senjatanya itu, Irra tidak akan punya kesempatan lain lagi untuk menyerang bebas. Kaki yang bertumpu itu berputar, dan meskipun Ella dapat melihat seolah Irra menari disana, wanita berambut merah muda itu kembali melancarkan tendangan di bahu kiri Griffin membuat...

Krak!!

Ella terkejut mendengar suara memilukan itu. Sesaat berpikir apakah kaki Irra yang patah atau justru bahu Griffin yang mengalami keretakan. Hanya saja Ella bisa melihat sebuah dinding tipis nampak muncul melindungi sisi kiri Griffin, membuat tendangan Irra justru meretakkan dinding yang muncul bagaikan kaca tipis itu.

Sadar apa yang terjadi, Irra melompat mundur menjauhi Griffin, menjaga jarak dari sang pria. Namun saat dia ingin mendekati Ella lagi, sebuah suara membekukan tubuhnya.

"Diam di tempat, bidak White King, Caterpillar!"

Suara lantang itu membuat Irra membeku, sebelum pandangannya pun sadar melihat bahwa dia telah dikelilingi oleh para prajurit yang mengenakan pakaian dengan lambang 4 kartu agung Wonderland.

"Tch!!"

Irra mendecakkan lidahnya kesal saat sadar suara milik siapa itu. Dan meskipun sudah mendapatkan peringatan untuk tidak bergerak, dia justru berbalik melihat kembali ke arah Griffin. Matanya menangkap sosok lain yang berdiri di samping Griffin. 

Pemuda yang lebih pendek dari Griffin berdiri di sana, dengan rambutnya yang berwarna merah dan pandangannya yang tajam seolah menusuk Irra. Sesaat pandangan itu tertuju pada Ella yang berdiri tidak jauh di belakang Irra, namun masih masuk di dalam lingkaran prajuritnya. 

"Oh, datang juga kau, pendek. Tinggimu tidak bertambah ya dari yang terakhir aku ingat," ujar Irra kembali mengeluarkan kata-kata menghinanya. Kali ini ucapannya lebih menyakitkan bahkan bagi Ella dengan tinggi yang tidak bisa dibilang patut dibanggakan. Kata-kata itu menyakitkan.

Hanya saja pemuda berambut merah yang menjadi sasaran hinaan itu hanya mendengus sebal, dan menyiagakan pedang yang tersamping di pinggangnya itu. Langkahnya bergerak maju melewati Griffin untuk mendekati Irra, namun sesaat dia terdiam kembali di tempat.

"Berikan gadis itu," perintah sosok berambut merah itu kemudian, mengangkat tangan kirinya dan menunjuk ke arah Ella yang berada di belakang Irra. Membuat sang gadis abu cukup terkejut. Keadaan ini jelas tidak baik, dan Ella juga tidak ingin pergi dengan orang asing di depannya ini.

"Jikalau aku tidak mau?"

Ternyata Irra pun keras kepala sama seperti Griffin. Wanita itu bahkan terlihat santai saja seraya mengetukkan ujung sepatunya ke tegel kafe di bawahnya. Tempat itu sudah cukup kacau karena perkelahiannya dengan Griffin, namun tidak ada warga yang berani menegur, bahkan sang pemilik kafe.

"Perempuan itu mencurigakan!! Dia harus dibawa ke hadapan para petinggi Wonderland untuk penghakiman!!"

Seruan sang pemuda berambut merah justru membuat Irra mendengus dan mengangkat kedua tangannya ke atas untuk meregangkannya. Sesaat saat wanita itu bergerak, para prajurit yang mengelilinginya nampak mundur selangkah, seolah takut akan mendapatkan serangan dadakan dari Irra.

"Oh, hukum siapa lagi itu, Knave of Heart? Kau tahu sosok asing yang muncul di wilayah masing-masing Sang Raja menjadi urusan Raja pemilik wilayah itu. Kecuali dia muncul di wilayah netral seperti tempat ini."

Ella mengerjap, mendengarkan dengan baik meskipun dia tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Irra dan sosok asing itu. Mata Ella bisa menangkap sebuah pita hitam emas nampak terikat di tangan kanan sang pemuda Knave of Heart itu. 

Bawahan Black King.

"Ella muncul di wilayah Alice, jadi kau tahu hukumnya kalau gadis asing ini harusnya dihakimi oleh Alice selaku White King. Meskipun memang aku rasa kalian sudah mendengar kemunculannya membawa sesuatu yang mencurigakan dari pihak kalian."

Kali ini Irra tidak menutup-nutupi kemungkinannya. Karena meskipun Ella tidak pernah menceritakannya, Ella yakin Irra pasti sudah tahu itu semua dari Alice. Hanya saja sang gadis abu masih bingung dengan ungkapan yang diberikan oleh Irra tersebut.

Wilayah, katanya? Alice selaku White King?

Jadi pita ini...merupakan sebuah perlambang dari masing-masing Raja?

"Tetap saja kemunculannya itu membawa ketidakseimbanga--!"

"Kau terlalu naif, Knavy!"

Bersama seruan berat yang asing itu, kepala Knave of Heart nampak diinjak sesuatu sehingga pemuda itu nampak menunduk secara paksa dan terjungkal ke depan karena beban berat yang tiba-tiba itu. Sosok yang berdiri di atas Knve of Heart, menjadikan kepala sang pemuda berambut merah sebagai batu loncatan untuk berpindah ke samping Irra ynag mendengus sebal.

"Kau datang, Chesire," gumam Irra kesal saat melihat pria berambut perak itu menampilkan cengiran polosnya, mendarat di sampingnya dengan aman. Pria itu pun nampak meregangkan tangannya yang terasa pegal seolah habis melakukan perjalanan jauh.

"Hmm! Alice mencarimu dan marah besar! Katanya kau menculik tamu tidak diundang itu dan pergi entah kemana," ujarnya santai pada Irra, menunjuk Ella sekilas. Netra biru sang pria berambut perak sesaat melihat ke arah lain, sadar dengan para prajurit yang mengelilingi--mengepung-- mereka. Hanya saja, Chesire nampak tidak peduli dengan itu.

Hanya saja, belum sempat Irra membalas ucapan Chesire, geraman murka terdengar dari belakang sang pria berambut perak, tepat dari arah Knave of Heart yang nampak bangkit dari posisinya yang terjatuh tadi. Pandangannya terlihat siap menggigit siapa saja yang berada di hadapannya, karena amarah nampak memenuhi pemuda itu.

"Binatang brengsek, beraninya kau--!!"

"Oh, Knavy. Aku tidak melihatmu disitu. Kau masih pendek seperti biasa ya," ujar Chesire langsung, tanpa perasaan bersalah, segera memotong seruan murka dari sang Knave of Heart. Gelak tawa pun keluar dari mulut sang kucing ketika melihat wajah Knave of Heart yang merah karena menghantam tanah.

Ucapan itu sudah cukup untuk memutuskan urat kesabaran Knave of Heart, dan dengan penuh amarah menunjuk-nunjuk ke arah Irra dan Chesire yang nampak santai. Bahkan tidak mempedulikan Griffin yang nampak mengeluarkan sapu tangannya, membantu membersihkan wajah Knave of Heart yang kotor seperti seorang pelayan yang sopan.

"Prajurit, tangkap mereka!!"

Mendengar seruan itu, para prajurit kartu nampak ragu untuk maju pada awalnya. Namun amarah dari sang atasan sudah cukup mereka sehingga dengan formasi yang masih tertata rapi melingkar itu, mereka maju mendekati Irra, Ella dan Chesire yang mereka kepung.

"Oke, saatnya mundur!"

Chesire nampak berseru santai, lalu dengan cepat bergerak ke arah Ella yang memandangnya bingung. Sang gadis abu bahkan tidak tahu apa yang terjadi sekarang hingga dia mendengar seruan murka dari Knave of Heart. Beberapa detik kemudian, dia sudah diangkat oleh Chesire Cat seperti sebuah karung di bahu kiri sang pemuda.

"Ehh??"

Ella nampak mengerjap. Pandangannya yang mengarah tepat ke arah Knave of Heart dan Griffin, bisa melihat ekspresi murka di wajah sang Knave of Heart. Bahkan dia bisa melihat Griffin nampak berlari ke arah mereka untuk mencegah apa yang akan terjadi.

"Kita pergi dari sini, Ella. Tahan sebentar ya!" Irra nampak bersuara dan berjalan mendekati Chesire, kali ini benar-benar mengabaikan Griffin yang berniat mengejar mereka lagi. Chesire pun melingkarkan lengannya yang satu pada pinggang Irra dan segera melompat tinggi melewati formasi pada prajurit yang mengepung mereka.

"Sampai jumpa lagi, budak Black King!!"

Irra nampak melambaikan tangannya singkat seraya tertawa riang. Melihat ekspresi kesal dari Knave of Heart dan keterlambatan Griffin untuk mengejar mereka, wanita itu tersenyum puas. Oh, ya, dia lupa. Saat mereka pulang, Alice pasti tidak akan senang dengan ini.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top