Kata ke-015: Stalker

Kau seketika terkejut. "Mengapa dia datang?" Tubuhmu tetap diam. Menutup jendela, tak mau membuka pintu, hening. Hanya jarum jam yang berdenting berbunyi menemani dirimu yang meringkuk.

Line Call berbunyi.

"(Y/N) ...Ayolah. Kau marah?" Suara Len terdengar jelas. Kau terduduk diam hanya mendengar suaranya melalui telepon. "Jangan begitu. Jangan marah padaku," ucapnya. Kau mulai angkat bicara karena tidak tahan lagi. "Maaf, tapi sepertinya anda tak berhak menganggu urusan pribadiku. Kau termasuk stalker"

.

.

.

.

.

Kagamine's mansion,
Kagamine Rinto.

"Kakak, ayolah makan." Rin terus menggoyang tubuhku. Aku tak mau makan. Rasanya pahit. "Kau tak biasanya begini, Kak." Keluh Adikku itu. Ia duduk disamping diriku yang melihat ke jendela. "Kau tak tahu kan rasanya?" Ucapku. "Apa?" Rin meraih sedikit bajuku. Melihat apakah aku akan bereaksi. "Aku sudah menahannya bertahun - tahun. Berdoa agar kami bisa bersama, tapi-" suaraku parau terisak. "Sepupu kita itu menggangguku." Aku tertunduk. Menggigit bibir bawahku, mencoba menghilangkan pikiranku ini.

"Kakak ....pr mu udah selesai?"

"Sudah, biarkan aku sendiri. Aku akan mengambil makanan di kulkas jika aku lapar." Kendati, aku tak bisa tidak melihat wajahnya. Aku menepuk pelan kepala Rin dan tersenyum. "Jangan khawatir, Kakak akan baik - baik saja kok." Rin hanya mengangguk tidak yakin.

~"~

"Aah ...Uhm ...Kapan ya terakhir kali aku mendapatkan pikiran yang sangat berat?" Keluhku. Aku tak peduli seberapa malam ini. Bahkan jarum panjang sudah menunjuk angka satu. "Piko sudah tidur kurasa," ujarku. Aku berada di atas tempat tidur, meringkuk sambil memainkan handphoneku. Bahkan kedua mataku masih sanggup untuk terbuka.

*Dering Line Call*

"Eh?" Jelas dimataku. Itu (Y/N). "Halo?," sapaku dan terdiam sejenak. Ia mengatakan dengan suara yang terisak, "R-rinto-kun..." Batinku terkejut. Apakah sesuatu terjadi padanya? Aku sudah berpikiran buruk terus. "Kau kenapa?"

"Aku-"

"Diamlah, tutup telponnya. Aku segera ke sana."

.

.

.

.

.

.

.

.

- Dirimu.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 malam. Kau bahkan belum tidur. Menunggu kedatangan Rinto, pangeran kecilmu. "Rinto?," gumammu saat melihat chat darinya.

'Aku sudah berada didepan rumah.'

Kau membuka jendela dan mengkode Rinto yang lompat dari pagar rumahmu. Rinto mendekati pintu, namun kau memberi kode jangan dan menyuruhnya kedekat dinding yang diatasnya kamarmu. Kau melempar tali untuknya naik ke kamarmu.

Ia jatuh di atas tempat tidurmu, tepat di depanmu. "Jadi ada apa?," ucapnya. Kau menatapnya dengan datar lalu menarik tali tadi dan menutup kembali jendelamu. "Ah, maaf. Aku lupa tentang tali itu. Jadi, apa yang terjadi?"

"Dia menginap disini. Cuma ...dia tidur di ruang tv. Kau tau enggak? Dia nyebelin banget." Kau menghela napas, meletakan dagumu diatas telapak tanganmu. Dudukmu bahkan tak beraturan di depan Rinto. Namun, Rinto sudah biasa akan hal itu. "Aku tahu...-" wajahnya menunduk dan mengepal tangannya semakin kuat. "Seandainya, sudah ku nyatakan cintaku dari dulu ...kau tak akan terikat janji padanya."

Kau memegang kedua pipi Rinto dan mengangkat kepalanya agar kau bisa melihat jelas di matanya. "Rinto, jika suatu hari aku tidak jatuh cinta lagi padamu ...aku minta maaf. Jika suatu saat kau hanya akan jadi temanku, aku juga minta maaf. Jika suatu saat kau dendam padaku karena jatuh cinta pada orang lain, aku sungguh minta maaf," ucapmu selagi menghapus air matanya yang sedikit keluar. "Aah~ Aku minta maaf terlalu cengeng dihadapanmu." Kau menggeleng sambil tersenyum dan mengecup dahinya. "Kau itu gentleman sekaligus crybaby. Karena itu, aku tak pernah khawatir kau tak mencariku lagi. Karena, Rintoku selalu peduli terhadapku. Ya kan?" Dia memelukmu erat. Sedikit terisak, hanya dapat didengar olehmu dan dirinya. "Aku ingin menginap sebentar. Sungguh, kita berdua sangat stress bukan?"

Tbc~

562 words.

A/N:

Aki minta maaf bila jarang ngapdet fanfict ya. Soalnya sibuk dan kena writers block. Terima kasih banyak sudah setia dengan cerita ini '^')/

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top