Kata-20: Cinta.02 [Kencan Pertama]
Kayuhan sepeda Rinto berhenti di tempat parkiran sepeda. (Y/N) turut turun setelahnya, Rinto lalu memasukkan dan mengunci sepedanya.
"Kau bawa uang?"
Rinto melihat ke arah (y/n) sambil bertanya. Dibalas dengan anggukkan ragu dari gadisnya. "Tidak ada, atau pas-pasan?"
"Pas..pasan?"
Jawab anak itu pelan. Rinti menggaruk pipinya dengan jari telunjuk kanannya, tersenyum sedikit. "Aku bawa uang kok. Kita pergi nonton ya."
(Y/N) cuma ngangguk memperhatikan Rinto yang maju selangkah di depannya. Rinto lalu berbalik pandangan, menyerahkan tangannya. "Ayo."
"Oh! Iya..."
Tangan itu disambut hangat. Mereka berjalan ke dalam mall. Disambut dengan dinginnya angin mall dan banyak orang berlalu-lalang.
"Rinto-"
"Kau suka film kartun kan? Ada anime movie baru keluar loh. Cepetan yuk."
Rasanya genggaman tangan Rinto itu hangat. Sikapnya berbeda jauh saat mereka hanya berteman. Menjaga jarak dan pandangan, bersikap malu-malu.
Rinto yang gadis itu kenal adalah seorang Rinto yang jahil, yang tak berpikir dua kali sebelum bertindak, keras kepala seperti Len, candaan yang garing, dan Rinto yang tak cerdas.
Rinto yang sedang menggenggam tangan (y/n) saat berjalan menuju bioskop adalah Rinto yang sopan, hangat, gentleman, dan tak berbuat semena-mena.
"Rinto.. kau gak bipolar kan?"
"Hah?" Rinto tertawa pelan mendengar gumaman (y/n). "Kamu mikir apaan sampe begitunya? Memang aku yang sekarang beda ya?"
(Y/N) cuma terdiam menatapi wajah Rinto. Dia cuma berpikir keras atas apa yang terjadi sebenarnya. Bagaimana sifat Rinto sebenarnya? Ia tak tahu siapa Rinto yang sekarang.
"(Y/n) mending kamu pakai kupon diskon sama duit ini buat beli makanan sama minuman. Aku bakal pesan tiket."
"Uh.. ah, oke." (Y/N) menuruti Rinto dan langsung pergi. Rinto langsung mengambil antrian.
♡
Namaku Rinto. Kagamine Rinto yang kalian pernah lihat aku di chapter kata ke 8. Tunggu ini merusak 4th wall.
Hari ini aku pergi dengan kekasihku. Dengan gadis yang kudambakan sejak kecil. Walaupun kutahu dia tidak suka kepadaku. Walaupun kutahu dia hanya menyukai Len.
Dibalik antrian ini, aku hanya mengucapkan pada diriku.
Ah ini akan berlangsung cepat. Len juga akan mengambil dirinya secepat jam pasir akan berakhir.
Dibalik diamku, bukan berarti aku tak tahu perasaan gadisku. Gadisku? Mungkin dia hanya seorang perempuan yang hanya berjanji menjadi pacarku kelak.
"Untuk berapa kursi?"
"Dua kursi."
Aku membeli tiket dan memilih tempat duduk di tengah. Kira-kira lumayan jelas lah melihat film dari situ.
Setelah memberikan uang lalu dua tiket diberikan kepadaku. Langkahku menuju keluar dari barisan. Dari sudut mata terlihat lelaki berambut merah ceri.
"Pr bahasa inggris banyak banget, sumpah."
Rinto mengalihkan pandangannya sebentar, "oh?"
Lelaki itu juga sadar akan pandangan Rinto, mata mereka saling berjumpa hingga laki-laki itu tersenyum dan menyapa, "Hai tok."
"Yah.. hai."
"Bangku nomor berapa?"
"C8 sama C7"
Permisa sekalian, silahkan liat nomor bangku di Cinemaxx medan ok. Karna saia dari medan.
Aku pergi ke tempat (y/n) menunggu, ia cuma berdiri aja nunggu sambil main ponselnya.
"Loh?"
"Apaan?" tegurnya. "Nanti bisa kita ambil, aku ada nyimpan nomor antrian."
"Rinto... aku laper."
"Uhm.."
Aku menunjukkan tiketnya, "nih."
"Jam berapa?"
"Setengah jam lagi, pergi cari makan dulu gak?" tanyaku.
♡
"Pizza? Gak mahal?"
"Beli paketan aja, lumayan."
"Duh Rinto, jangan buang-buang uang begini." Keluhmu, "kan sayang duitmu!"
"It's daijoubu dayo!" Rinto terkikik pelan. "Karna-" Rinto berhenti sebentar. Kau menatap Rinto yang menutup mulutnya dengan tangan kanannya dan mengalihkan pandangan.
"Karena?"
"Bukan.. gak apa-apa." Kau masih menatap Rinto. "Karna apa ya? Karna aku sayang kamu kali~☆"
"Aish gombal, udah kebal."
"Yakin? Udah ayuk kita pergi makan," ujar Rinto secara spontan memegang tanganmu, "gak apa kan?"
Kau cuma ngangguk sambil tersenyum. "Yaelah, boleh kali."
Rinto memesan paketan pizza dan makan disitu. Roti buat orang cepat kenyang loh. Cuma yang namanya (y/n) dia kan food lovers. Jadi diicipnya semua.
"Eh, (y/n)-cchi."
"Hah?"
Dengan jempol kanannya ia mengelap bekas keju di pipimu. "Keju, sampai pipimu ikutan lapar."
"Rinto... aku mau bicara sama-"
"Kau udah coba ini? Ini enak loh."
Rinto menyuapimu roti garlic dengan mayonice☆ yang lezat. Ingat ini bukan mukbang. "Eh iya deh! Enak."
Rinto tersenyum lebar, "makan yang banyak yak. Btw, kamu pesan apa di bioskop?"
Kau mengeluarkan uang balik dari tasmu. "Ini. Aku cuma beli minuman teh manis sama kentang satu porsi."
"Kok bisa baca pikiran aku sih?"
Kau mengedip dan menunjuk ke arah Rinto pakai suara efek sendiri "kleng" gitu. Penulis susah bilanginnya, bayangin sendiri ya.
"Aku gitu loh."
Ada jeda hingga seseorang memanggil nama Rinto di tengah nikmatnya makan berdua bersama kekasih.
"Rinto!" Rinto mengalihkan pandangannya ke asal suara. Fukase dan Flower yang sedang melambaikan tangannya.
Alhasil, mereka duduk di meja berdekatan.
"Kalian kencan juga?" tanya Flower kepadamu. Kau cuma mengangguk. Kau tahu Flower itu anggota Osis juga. Yang kau tak tahu mereka itu pacaran.
"Kalian pacaran?" tanyamu. "Sshh... gak semua orang tahu. Jadi jangan bilang-bilang ya."
Disisi lain, Rinto merasa terganggu ada Fukase dan lainnya.
"Rinto, lu marah ya?" tanya Fukase dengan senyum tipisnya.
"Ganggu aja."
"Sorry sorry, lagian lu sadar gak?"
"Apaan?"
"Di meja dekat kaca pas depan kita tapi agak jauh."
Rinto berpikir dan menatap cepat. "Oh.. tau kok."
"Dan lu fine fine aja?"
"Mau bilang apa? Lagian kan gak mungkin gua datangin dia dan usir."
Ya siapa lagi yang kecewa liat Rinto naik sepeda berduaan sama (y/n) selain Len. Len sedang duduk, memakan pizza ukuran kecil untuk 1 porsi.
"Ingat, flower bilang ke gua dia suka sama pacarmu loh. Dan ya-"
Rinto menatap Fukase dengan tatapan badassnya, "dia juga suka sama Len dan bukan sama aku kan?"
Fukase cuma diam. Makna 'tuh tahu. Jadi kenapa masih dipacarin' terpancar dari wajahnya.
"Karena.. gua tahu dia itu cuma sebentar sama gua. Dan gua gak mau sia siain itu. Hebat kalau kami masih bisa baik-baik aja di depan keluarga besar."
Fukase memajukan bibir bawahnya dan mengangkat kedua alisnya, "yah.. sabar ya. Cintamu macem di sinetron."
"Diam lu."
Rinto meminta bill dan membayarnya. Ia membayar lalu berdiri. "Ayo, (y/n)."
"Mhm.. bye Flower, Fukase-senpai."
Kau secara spontan memegang lengan Rinto karena Rinto tidak memegang tanganmu. "Ah-"
"Tangan sini," ucapmu mengganggunya. "Kau buat aku jadi malu."
"Apaan? Ayuk dah."
Akhirnya Rinto dan kamu sekali lagi berpegangan tangan. Menuju bioskop, kau cuma melihat sosok Rinto yang diam dengan telinganya yang memerah.
Dia berarti malu, pikirmu.
"To, kamu kok jadi lembek begini?"
"Ha? ...maksudmu aku gak lasak?..."
Kau mengangguk sambil melihatnya, "Aku tahu... kamu jadi ngerasa aneh ya?"
"Aku suka kok. Aku suka Rinto yang bagaimana aja, karena itu diri Rinto."
Rinto ngerasa ingin ngelihatin kamu aja dan ingin sekali memelukmu pada saat itu. Tetapi, ia mengepal tangannya selagi mereka berjalan.
"Aah... uhm.. ehem, pilemnya ntar lagi mulai, bergegas yuk."
Saat kau dan Rinto sampai, langsung mengambil makanan.
"Pintu bioskop x telah dibuka"
Suaranya terdengar jelas. Rinto dan kamu pergi ke dalam ruang bioskop. Lumayan ramai, mungkin karena mau akhir pekan.
Setelah mencari bangku, kalian duduk manis, sedikit bercerita.
"Rinto, aku-"
"Kalau mau bicara berat... nanti aja boleh (y/n)? Karena aku gak mau ganggu momen ini."
Rinto menatapmu dengan sungguh-sungguh. Dengan mata yang berbeda. Mata itu penuh harapan. Kau bahkan tak tega melihatnya.
"Bolehkan?" tanya Rinto sekali lagi dengan suaranya yang rendah.
"Ah.. tentu."
Cuma pegangan tangan, padahal udah resmi jadi pacar. Padahal kata kak Meiko, saat dia dan Kaito pertama kali kencan mereka udah ciuman.
"Rinto!" tegurmu sekali lagi.
"Ye?"
"Kita kok belum ciuman?"
"A-apa? Pertanyaan macam apa itu." Rinto jadi gugup, telinga dan wajahnya merona mawar. "Kau cuma pegang tangan.. aku pastinya gak tau sih apa yang orang lakuin di kencan pertama."
"Kamu mau kucium?"
"Ehem!" Fukase datang karena tinggal beberapa menit lagi udah mau mulai.
"Loh kalian?"
"Maaf ngeganggu! Hehe..." ucap Flower, "kami duduk disebelah kalian... soalnya gitu.. hehe"
Flower dengan muka bersalahnya jalan ke samping kananmu dan duduk. Karena Rinto duduk di paling kiri dan disebelahnya ada kamu.
Film itu berlangsung tanpa kau dan Rinto bergeming. Hanya pegangan tangan dan memakan makanan kalian, satu porsi kentang goreng.
Layaknya percepatan waktu, hanya Flower dan Fukase yang dari tadi bercerita kecil.
"Liat mereka, nampak kali baru pertama kali pacaran," gumam Flower sambil mengambil photo secara diam-diam.
"Mau kamu post?" tanya Fukase. Flower cuma ngangguk dan membuka instagramnya. Ia menulis di instastorynya, 'pasangan baru ♡'
"Done."
"Gapapa tuh?" Fukase merasa ragu dengan tindakan kekasihnya itu, "maksudku... seriusan gak ada yang ngambek?"
"Maksud lo?"
"Keliatan banget kalo lu lagi kencan juga."
"Ah..." Flower baru sadar juga. "Gapapa kan.. kalau ketauan?"
"Yah.. itu terserah kamu. Dari awalkan juga kamu yang gak mau ngungkapin."
"Iya juga sih..." Fukase mencubit pipi Flower. "Apasih!"
"Kalo lagi ngapa-ngapain kenapa unyu banget sih. Bisa gagal jantung gua."
"Fak yu! Aku kaka ganteng kelas sebelas," celoteh Flower.
"Aku babang tampan kelas 12. Mau apa lo."
"Tch. Sini selfie dulu."
Setelah selfie, Flower memasukkan photo itu ke instastorynya. Dengan tulisan 'Bareng cowo gua tentunya :> '
Dan dalam sekejap, instagram Fukase dan Flower dibanjiri DM dan pesan. Tak lupa pula dengan sosmed lainnya.
"Anjer, pemes gua." Fukase mengecek ponselnya yang dibanjiri notif dalam sekejap.
"Wah, liat nih." Fukase menunjukkan layar ponselnya kepada Flower.
'Kak Fukase pacaran?'
Ada juga yang,
'Kak, itu yang di sg flowey gak bener kan?'
'Masa lu mau sama cewe tomboy begitu, fuk'
'Jangan lupa bayar uang kas udah nunggak 1 bulan woiiiiiiiiiii fuuuuukkk'
'Kita ini apa kak?'
"Astaga, lu belum bayar uang kas?" tanya Flower.
"Jangan liat itu, pinter."
"Menurut lo... gua ini tomboy?" tanya Flower. "Gak, lu itu ya elu. Mau lu tomboy mau feminim, itu style lo. Mau pakai rok, pakai celana. Itu memang suka suka kamu, dedek flower."
Mereka memang dasarnya gak pernah mau manggil sayang atau beb. Katanya geli dengarnya.
Sementara itu, kau dan Rinto yang sedang berpegangan tangan sedang fokus ke arah film.
"Hei... kamu nonton season satunya?"
"Iya aku nonton.." bales Rinto.
"Aish... dia keluar lagi--dia di season dua udah mati, yakan?"
"Gak. Mungkin kamu belum nonton sampai credit scene kali. Tangan dia keluar dari tumpukan bangunan itu."
"Oh? Ada bonus scene?"
"Studio animasi yang ini memang penuh bonus scene, kamu gak tau?"
"Nggak.."
Yak begitulah, Rinto sebenarnya otaku juga. Tetapi gak kelihatan karena penampilannya yang begitu.
Di saat scene sedih, kau sudah berlinang air mata. Saat melihat ke arah Rinto, pipinya sedikit basah karena bekas nangis.
"Lah, kamu nangis tok?"
"Kamu juga?"
Diantara tangisan itu kalian malah tertawa kecil karena ini bioskop gak bisa bicara kencang-kencang.
"Mukamu jelek amat tok kalo nangis."
"Mukamu tambah lucu kalo nangis."
Aish, kata-kata itu terucap Rinto tanpa memikirkan kondisi hatimu.
"Apasih.. hehe" ucapmu.
"Ssh... tuh si rambut hijau lagi dipeluk sama jagoannya..."
Bisa dibandingkan sama Fukase dan Flower yang cuma duduk sambil cakap-cakap dan main ponsel tak lupa menonton. Rinto dan kamu lebih fokus nonton pilem daripada mengutamakan kencan.
Filmnya berakhir, lalu kalian berempat bangkit dari kursi. "Ahh~! Itu seru banget!"
"Hooh. Kaget-kaget." Rinto tersenyum sambil merangkul bahumu sambil turun tangga.
"Kapan-kapan nonton bareng lagi yuk!" ajakmu untuk Rinto.
"Ada film animasi bagus sih di hari kamis. Mau nonton?"
"Liat kondisi dompet dulu." Kau tertawa renyah disamping Rinto.
Sampai keluar dari pintu bioskop, kalian terpisah dari pasangan dobel F itu.
"Biarin aja to, lagian kita berdua juga datang kemari kan juga bedua."
"Balik?"
"Hayuk lah."
"Eh tunggu, aku mau beli sesuatu dulu."
Akhirnya kalian sampai ke toko makanan. Rinto memesan kue kecil dan diberikan sepasang gelang sebagai sovernir.
"Loh?"
"Ini gelang untuk pasangan. Setiap pembeli yang bersama pasangannya akan mendapat gelang ini, kak." ucap mbak mbak yang jaga kasir.
"Hah-kami.. ah makasih, ini uangnya."
"Terima kasih, semoga menikmati!"
Rinto bersamamu keluar dari toko itu. "Wah.. dikasih gelang..." gumammu.
"Nih, untukmu. Ini untukku."
Gelang dengan simbol satu sayap di masing-masing gelangnya.
"Okey! Bagus kok."
Rinto dan kamu akhirnya sampai di parkiran setelah jalan kaki. Ya, namanya Jepang, sepeda gak bakal hilang.
"Rinto.." panggilmu sambil memegang lengan bajunya.
"Apaan? Oh- tadi kamu minta aku cium kamu kan?"
"Aish! Kenapa terang-terangan sih.."
"Lah kamu memang minta kan? Aku juga gak keberatan loh."
Kamu menutup mata, mengepal kedua tangan dan menunggu Rinto menciummu di bibir.
Ciuman Rinto malah melayang di dahimu.
"Eh?"
Kau membuka mata melihat wajah Rinto yang udah merah padam dengan wajah yang masih keren miliknya.
"Kenapa gak di bibir?!"
"Nih di bibir."
"Ye-"
Jari tengah dan telunjuk yang tidak di kepal, mencium bibir Rinto, lalu kedua jari itu ditempelkan ke bibirmu.
"Indirect kiss why."
"Bibir kamu itu cuma boleh dicium sama suami kamu di masa depan. Bukan sama aku yang belum jelas buat kamu."
"Kalo gitu peluk-"
"Manja amat sih.."
"Tapi kamu suka kan?"
Rinto memelukmu dengan kuat, seperti kau ingin meninggalkannya dalam sekejap.
"Rinto..."
Kau membalas pelukan itu. Baru kali ini pelukan kalian berdua terasa berbeda. Bukan rasa persahabatan, namun ada rasa lain.
Rinto melepaskan pelukan dengan wajah cemberut. "Kuantar pulang-"
"Boleh-boleh!"
Rinto menaiki sepedanya, lalu kau ikut naik dibelakang. Dudukmu seperti anak laki-laki, mengangkang gitu.
"Nggak duduk miring?"
"Males."
Kau memegang baju Rinto sedikit, ada pembatas tasmu diantara kau dan dia. "Yok."
Saat Rinto mulai mengayuh sepedanya, semakin jelas pandanganmu ada yang menguntit.
"Ah?"
Lelaki dengan kacamata bulat, rambut kuning menyala. Satu persatu perempuan mulai menyadari keberadaannya.
"KAGAMINE LEN!" seru para perempuan itu.
"Len?" gumammu.
Tbc♡
2169 kata
Rekor author nih :>
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top