Kata-021: Ceroboh
Hari ini, tepat di jam pulang sekolah aku melihat Rinto dan dia naik sepeda.
"Mereka mau ke mall lokal."
Aku menghadap ke belakang, dimana ucapan itu berasal. Utatane Piko, dengan seragamnya yang berantakan dan melanggar aturan sekolah, lelaki itu dengan santainya sedang mengunyah permen karet.
"Piko.. baju loe perbaiki."
"Bodo amat, udah pulang sekolah aja kok ngatur."
Piko berjalan kedepanku dengan santai, malah aku yang heran mengapa ia memberitahuku soal ini.
"Kau kok ngasih tau aku sih? Kau itukan sahabatnya Rinto."
Piko menatap mataku. Siapa sangka cowok yang disangka lucu dan manis itu begitu. Gak, gua gak homo. Tapi dia didedikasikan sebagai shota of the week. Ingat gak?
"Kita dulunya sahabat..."
Piko berdiri terpancar sinar mentari sore, wajahnya terlihat serius.
"Karna itu aku masih ngehargai keberadaan lo. Lagian, masih ingatkan kenapa kita udah gak sahabatan lagi?"
Ah, masa lalu. Gara-gara aku masuk agensi dan dia gak lulus, dia cuma jadi penyanyi cover di sosial media.
"Gara-gara audisi?"
"Bukan.. tch, kau dah lupa ya? Hebat banget."
Piko pergi begitu saja sebelum aku sempat mengucapkan sesuatu. Sebelum aku mengatakan satu hal.
"Minta maaf..."
Sosok Piko bahkan sudah meninggalkan gerbang sekolah. Sehariannya dia memang sering jalan kaki ketimbang naik sepeda.
Piko dan aku dulunya bersahabat. Sejak aku jadi trainee, aku sibuk dan sering mengabaikannya. Mungkin ada satu hal yang membuatnya menjauh. Ntahlah. Dia rumit bagaikan wanita. Meskipun dia seorang Pria, dia menutup perasaannya.
"Ke mall..."
Aku menaiki sepedaku. Mengayuhnya cepat sebelum ketinggalan pasangan itu.
Jalanan sedang sedikit macet. Di hatiku terus bertanya. Bagusnya aku terang-terangan atau jadi stalker. Dengan cara ini, bisa saja aku diserbu sama penggemar.
Cinta memang membingungkan.
☆
"Len?" Flower menepuk pundak Len yang sedang berada di bioskop. "Lah? Flower?"
"Gua ngedate sama fukase. Lu sendiri?"
"..ah.. pengen nonton aja."
Memang omong kosong Len dapat saja diketahui sama Flower. Apalagi mereka sering bersama di ruang OSIS.
"Bullshidh. Lu stalking (y/n) kan?"
"Anjer. Apaan dah?"
Len terlihat gugup. Flower dengan muka mengintimidasi menatap Len.
"Jangan bohong lu. Gua tahu persis kalo lu udah bohong. Walaupun gua cuma temenmu sejak sma."
"Iya dah..."
"STALKE-"
"Jangan ngomong gede-gede ntar pacarmu liat."
"Biarin.. gua mau ngasih tau fukase dulu."
Flower balik ke arah Fukase. Ia jalan cepat tanpa sempat Len menghalanginya. Len sekarang sendiri, dengan masker hitam yang menutupi setengah wajahnya dan jaket merah yang menutupi kepalanya.
"Woi... itu kagamine Len kan? Rin mana?"
Mereka berdiam diri, Rin gak ada. Dia harus ngurus majalah sekolah. Bisik-bisik penggemar udah ada. Len merasa risih tentunya, cepat-cepat ia mengantri ke barisan film yang akan ditonton pasangan dobel F, Rinto dan kekasih Rinto.
Len berpapasan dengan Rinto, jantung Len udah berdetak kencang. Merasa rencananya gagal.
Ya memang udah gagal sih, dari awal Rinto udah tau dia stalking sih.
Rinto gak mau lihat wajah Len, karena dia gak mau ngerusak momennya. Walaupun dari sudut mata Rinto, dia tahu jaket itu jaket yang pernah dia berikan kepada Len pas dia ulang tahun ke-15.
"Hush... syukur gak ketauan.." gumam Len dengan linglungnya.
Pokoknya, Len mengikuti gerak-gerik Rinto dan (y/n) kemanapun mereka pergi. Mulai dari ke bioskop, ke pizza, dan balik ke bioskop lagi.
Len buru-buru masuk ke ruangan bioskopnya, dia cuma beli teh manis. Len mengambil tempat duduk di atas (y/n). Ya tentu Len menutup wajahnya ketika mereka berempat naik tangga.
Berharap supaya mereka gak sadar keberadaan Len. Flower aja gak sadar Len ada di atas.
Film itu dimulai. Tentu aja Len ngeliat Rinto nangis untuk sekian lamanya, cemburu? Iya. Karena (y/n) dan Rinto nangis bareng sambil pegangan tangan. Iri? Iya, karena Len nggak ngerti soal animasi, gak otaku. Dia cuma idol yang fanboy kpop.
Film itu selesai. Len cuma bisa liat dari jauh. Baru aja (y/n) bilang cinta sama dia, sekarang (y/n) udah jalan sama Rinto.
Len membuang pikiran negatif tentang (y/n) jauh-jauh. Ia berharap ia bisa diposisi Rinto saat ini.
Menurutnya, (y/n) sungguh curang. Mempermainkan hati seorang pria. Padahal dia udah jalan sama cowok lain. Len tahu kalau itu janji (y/n) sama Rinto dari kecil. Janji tetap harus ditepati.
Sekarang Len udah ada di parkiran sepeda. Len dengar sendiri (y/n) bilang masalah cium. Kok jadi malu? Entah Len memang gitu orangnya kalau dengar masalah begituan.
Memang pada dasarnya, Kagamine sekeluarga pada malu kalau dibilang masalah begituan.
"Dia gak bakalan melucuti (y/n) kan?"
Len udah berpikiran jauh. Padahal Rinto bukan niat macam-macam.
"Rinto kan orangnya mesum... anjer gimana nih," guman Len terhadap diri sendiri.
Len melihat sendiri, Rinto mencium (y/n) dan memeluknya. Meski itu cuma di dahi, tapi melihat (y/n) balik peluk jadi membuat hati Len membara. Membara akan cinta, ea.
"Ano.. permisi, boleh minta tanda tangan?" seorang perempuan membawa buku photoalbum Kagamine dan pulpen.
"Ah? Maaf.."
Len kehilangan fokus.
"Anda kagamine Len kan?"
"Iya-"
Len bingung mengapa dia bisa ketauan. Fokus Len terbelah. Hingga segerombolan penggemar datang, "KAGAMINE LEN!"
teriakan semua perempuan semakin bertambah. Rinto yang membonceng (y/n) juga agak semakin jauh.
"Maaf.. aku harus pergi."
"Tapi, Len!"
(Y/n) melihat sosok Len disana. Pandangan mereka bertemu. Len menutupi kepalanya dengan hoodienya. Len menaiki sepedanya dan mengayuhnya pergi. Meski penggemar masih mengejar, Len lari ke gedung agensinya. Padahal hari ini ia masih mengambil cuti setelah konser terakhir.
Len terasa kok ada yang memphoto dia. Apalagi, paparazzi sedia photo dimana mana.
Setelah perjalan mencekam, Len sampai di depan gedung agensinya. Lalu, ia memarkirkan sepedanya dan buru-buru masuk setelah mengucapkan "selamat sore!" kepada penjaga disitu.
"Selamat sore, Luka-san. Huft..." Len dengan napas ngos-ngosan duduk di ruang lobby. Disana ada Megurine Luka, staff di meja lobby sedang meminum teh hangat.
"Lah, selamat... sore... kamu bukannya lagi cuti?"
"Aku... aku dikejar sama fans.."
Luka cuma tertawa, udah gak heran lagi. Luka udah sering melihat Len sama Rin datang dengan napas tak teratur.
"Kukira kamu mau jemput Rin."
"Rin bukannya masih di sekolah?"
"Rin kemari mau rekording buat cover."
"Kok aku gak di ajak?" Len jadi ingin merajuk gara-garpa itu.
"Kau seriusan mau gabung sama Rin? Itu grup kollab perempuan loh."
Len gelengin kepala. Rin keluar dari lift, dengan pakaian sekolahnya dan jaket merah yang menutupi kepalanya.
"Lah? Lu pakai warna merah?" ujar Len kesal karena samaan dengan Rin. "Nyesel gua kenapa bisa kembaran mulu sama lu."
Len bangkit setelah melihat udah gak ada lagi tanda-tanda fans yang mengejar. "Pulang kemana?" tanya Rin.
"Gua pulang ke rumah pribadi. Bukan ke mansion."
"Oh oke. Boleh nginap situ gak?"
"Untuk apa? Lagian Lenka gimana ntar?"
"Lenka pergi nginap disekolah, masa lu abangnya gak tau?"
"Dia gak ada ngechat gua semenjak gua pindah. Ngambek kali."
"Lo seriusan ngejar cinta sampai begituan. Nyewa rumah sebelah untuk bisa selalu dekat sama (y/n)."
"Ehem.." Luka berdehem. Mereka berdua terdiam. "Maaf... urusan pribadi... biasa.."
"Bisa gak ngomongnya pribadi aja, soalnya pacarku mau nelpon."
"Gakupo-san?" tanya Rin. Luka cuma ngangguk. "Dia sama Gakupo aktor itu?" balas Len.
"Lah lu gak tau? Kamui Gakupo itukan guru kita juga, dia juga aktor."
"Lah sensei itu aktor, kok gak mirip."
"Lu anak osis kok ga pernah jumpa sih. Jelas jelas dia guru geo."
"Gua anak ipa, jadi jarang jumpa sama guru yang cuma masuk ke ips. Tampilan dia juga beda banget pas di sekolah."
"Kudet lu... btw gua mau pulang--"
"Len! Udah lama banget aku ga jumpa sama kamuu." Suara yang paling menggelikan buat Len tiba-tiba muncul. Len dengan muka kesalnya gak mau jawab. "Oh- ehem.. ada Rin. Kok kamu belum pulang?"
"Lah, urusan gua lah mau pulang atau gak."
Yak tanpa disadari Luka lagi menghadap ke dinding sambil nelpon. Len langsung mulai jalan ke arah pintu keluar. "Len!! Kita belum bicara-"
"Gak ada hal yang bisa kita bicarain. Mending kamu jauh jauh gih, urusan kerja kita udah selesai."
Miku jalan cepat dengan high heelsnya, ia sempat memegang lengan atas Len.
"Len!"
"Lepasin aku."
Miku melepaskan genggamannya. Lalu berbicara dengan wajah sedihnya.
"Aku salah apaan sama kamu? Apasih hebatnya (y/n)! Dia itu cewek biasa."
(Sorry for my crap art)
Len terus berjalan hingga keparkiran, dramanya Miku memang gak karuan. Gimana enggak, dia memang dasarnya aktris kelas atas yang muda dan berbakat.
Singkatnya, Len pulang ke rumahnya dengan segala pikiran yang masih tersimpan. Rasanya berat, banyak sekali kejadian di hari ini.
Len sampai di rumah pribadinya, dilihatnya (y/n) sedang melambaikan tangannya ke arah Rinto yang pergi. (Y/n) gak sadar ada Len jadi dia langsung masuk ke rumah. Lagian matahari udah tenggelam, langit juga udah berwarna ungu terong.
Len dengan helaan napasnya berjalan masuk ke rumahnya juga. Ia melepas sepatu sambil mengucapkan, "aku pulang.."
Rumah ini terasa sepi untuk satu orang. Meski Len sudah pindah, orang tuanya jarang main kemari.
"Piko.... Miku... Rinto... terus (y/n) ada masalah apa sih di kehidupan ku.."
Len mengeluh sambil menaiki tangga, ia mengganti bajunya saat sampai di kamar. Kamarnya berpapasan langsung dengan jendela kamar (y/n). Tentu ia sangat ingin berbicara dengan (y/n) sekarang ini.
Dengan kaos putih dan celana pendek hitam, ia membuka jendela. Disaat itu juga (y/n) sedang menyirami bunga yang ada di depan jendelanya.
"Oh hai?..." sapa Len.
(Y/N) menatapnya, lalu pandangannya balik ke arah bunga. "Hai.." ucapnya dengan membalikkan pandangan ke arah Len lagi "stalker."
"Eh?"
"Jadi stalker ngapa ceroboh banget sih. Emang kamu jadi orang dari dulu ceroboh banget. kau sampe masuk koran tau gak?"
"Masih jaman pakai koran?"
"Tabloid. Liat aja tuh berita. Ada update kamu jalan jalan ke mall..."
Len cuma terdiam sambil menggaruk lehernya. Ia tahu sepertinya ia ketahuan. "Mall tempat guek kencan sama Rinto. Mall tempat guek makan pizza bareng Rinto. Dan lu juga makan pizza ditempat yang sama... kebetulan?"
"I-iya..?"
"Nggaklah bodoh. Kau itu kalo mau stalking bilang! Lagian... pesan itu gak bakalan berubah. Tenang aja."
"Hah?"
Pikiran Len berputar cepat. Rasanya ada kupu-kupu diperutnya.
"Heh... kata Cinta itu benerankan?"
"Iya loh Stalker..."
Tbc◇
1620 kata
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top