Part 13 Kau Gila!
Aku tahu aku telah melakukan kesalahan besar ketika Pepper dan Melanie datang padaku secara bergantian hanya untuk mengatakan: "KAU GILA!"
Pepper bilang dengan mempermalukan seorang Profesor di kelasnya, aku takkan mungkin lulus di bidangnya semester ini, dan mungkin akan berpengaruh pada nilai pelajaran lain setelah para dosen mendengar kasusnya. Tapi aku tak bermaksud dan menganggap kejadian tadi sebagai mempermalukan Profesor, aku hanya mengutarakan maksudku. Pepper menggeleng, menyarankan agar mempersiapkan mental untuk menerima resikonya.
"Aku tahu Profesor salah dengan pemikiran kuno yang kaku, tapi kau tak bisa membantah seorang Profesor!"
Jadi ia setuju dengan pendapatku di kelas, dan bahkan berpendapat kalau Profesor berpikiran kuno. Tapi ia tak mengacungkan tangannya dan menyanggah Profesor, karena ia seorang Profesor.
Setelah kelas bubar dan tiba di kantin, Melanie datang dengan melotot seolah sesuatu telah merasukiku. "Apa yang membuatmu berpikir untuk menyangkal seorang Profesor!"
Aku tak punya selera makan setelahnya, dan Melanie setuju untuk memberiku waktu seorang diri. Jadi aku berjalan ke taman-- yang tak pernah kukunjungi karena tak pernah tertarik, menjauh dari keramaian.
Tanaman tumbuh dengan sehat dan bahagia dengan siraman sinar matahari, dan rumputnya cukup lembut untuk duduk di atasnya. Jadi aku duduk, menengadah dan pikiranku kosong. Kemudian aku memejamkan mata, merasakan keheningan yang merasuki tubuhku.
"Lihat siapa yang ada disini."
Suara yang familier datang dari belakang.
"Mengapa kau ada disini?" Aku bertanya bahkan sebelum menoleh, karena aku tahu siapa.
"Aku hanya berjalan santai melihat-lihat suasana fakultas tetangga."
"Kalau begitu fakultas IT pasti terlalu membosankan hingga kau kabur kesini."
Jaden terkekeh, kemudian duduk di sampingku.
"Ternyata orang dengan selera polkadot akan punya selera bagus ketika kelas," ia mengomentari pakaianku. Aku mengenakan merah maroon selutut dan bando serta anting yang kusamakan warnanya. Biasanya aku akan membalas gurauan, tapi sekarangaku tak punya mood untuk itu.
"Kau tahu, aku baru saja membuat bencana di kelas".
"Nah, ini dia..." ia menyeringai.
"Apa?"
"Aku mengira-ngira kapan kau akan bercerita," ia menyeringai.
"Kenapa?"
"Di wajahmu tertulis 'Aku-punya-masalah' dan aku bisa melihatnya. Tapi itu tak penting-- jadi, ada apa?"
Dan aku menceritakan semuanya. Mulai dari siapa itu Profesor Zhong dan bagaimana aku menghancurkan seisi kelas dan semua orang mengira aku gila, kemungkinan aku takkan lulus dari sekolah ini.
"Kau 'menembak' Profesor di kelas. Kedengarannya memang seperti Hanna Choo," dan ia tertawa. Tertawa!
"Ini masalah serius, Jaden!" bentakku kesal.
"Sorry, sorry," ia berusaha mengontrol suaranya, "Tapi kau tak salah, Hanna".
Kali ini giliranku menatapnya dan bertindak seolah ia gila.
"Itu benar. Kau hanya berkata jujur, mengatakan sesuatu yang dipikirkan namun tak berani dikatakan orang-orang."
"Dan menjadi terlalu jujur tak selalu baik untuk dirimu sendiri," jawabku.
Dan itu benar. Berapa banyak pelajaran yang telah kupetik untuk tidak melakukan kesalahan. Lebih baik menutup mulutmu daripada membuat masalah. Mama selalu menekankan untuk menjadi berhati-hati dalam setiap mengambil langkah, dan itu maksudnya. Agar aku tak melakukan kesalahan yang akan menghancurkan hidupku.
"Kalau Profesor itu benar-benar guru yang baik-- Hana, ia akan menerima idemu, bukannya menjatuhkanmu," hibur Jaden.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top