Bab 7 Melanie! (II)
Pagi ini Melanie tiba lebih dulu dariku di kelas, dan ia mendapat barisan ketiga dari belakang-- bukan tempat VIP, tapi setidaknya lebih baik dari barisan ujung. Kelas sudah hampir penuh ketika aku sampai.
"Rok yang lumayan," komentarnya ketika aku mencapai tempat duduk. Aku mengenakan jas coklat kotak-kotak dengan dasar kaos hitam, yang kupadu dengan rok hijau tua. Aku mengenakan martin boots coklat kulit hari ini.
"Mukamu kelihatan kusut," komentarku.
"Yang benar?" Ia mengeluarkan handphone dan berkaca di layar hitam yang memantulkan dengan jelas, "Kukira cukup ditutupi dengan foundation," keluhnya. Dan maksudnya adalah kantong matanya yang sedikit timbul.
Tak perlu ia katakan, bisa kutebak kalau lagi-lagi ia pasti beragrumen lagi dengan ibunya. Setiap Melanie bad mood, kebanyakan berkaitan dengan Ibunya-- yang kalau aku di posisinya mungkin akan sama. Setahuku, ia punya ibu yang paling bikin sakit kepala. Mungkin minggu lalu ibunya akan merasa kalau Melanie kurang feminim, dan akan mendaftarkannya di kursus menjahit. Atau mungkin tiga hari lalu ibunya melarangnya makan malam, karena menurutnya Melanie mulai menyimpan lemak di perutnya.
"Kau tahu apa yang baru dilakukan ibuku semalam," Melanie akan memulai ceritanya. Dan aku mulai membayangkan hal ajaib apa lagi kira-kira yang akan dilakukan ibunya, apa menyuruhnya belajar memasak? Atau larangan memakan daging dan makanan ringan?
"Ia membongkar isi lemariku. Dan lebih parahnya, ia membuang HAMPIR SEMUA jeansku. Ia bilang jeans dengan sobekan di lutut kelihatan jadul dan tak cukup feminim, jadi ia MEMBUANG semuanya."
Bisa kukatakan Melanie berapi-api, dan bola matanya hampir meloncat keluar ketika bercerita. Melanie tipe orang yang asyik dan tak terlalu mempermasalahkan hal-hal kecil, dan kebanyakan ia menutup mata lalu membiarkannya lewat begitu saja. Tapi aku tahu betapa Melanie terobsesi pada jeans dengan sobekan di lutut. Kalau ia punya sepuluh celana, delapan diantaranya pasti jeans, dan enam diantaranya punya sobekan di sudut berbeda. Dua celana lainnya mungkin berupa legging yang hanya akan pernah jadi cadangan kalau sewaktu-waktu ia membutuhkannya, dan satu lagi pastinya celana olahraga.
Aku tahu betapa Melanie menyukai jeans, karena ia tipe yang suka segalanya yang santai dan mudah, namun menarik. Dan jeans memang menyatu dengan dirinya, ia terlihat cantik menganakan celana apapun.
Mungkin terkadang aku akan tertawa mendengar ceritanya. Tapi kali ini, aku turut prihatin. Melanie emosi hampir setiap kali ibunya 'mendapat ilham baru' untuknya, namun takut kalau ia pernah menyakiti ibunya, jadi disinilah ia: mengumbar cerita sambil menahan emosi, dan bisa kulihat beberapa helai rambut putih diantara rambut hitamnya yang panjang dan lembut.
"Ia telah melihatku memakai jeans seumur hidup dan tak pernah berkomentar apapun sebelumnya! Tapi mendadak ia membuangnya, dan setelah kuselidiki lebih lanjut, kau tahu alasannya kenapa?"
"Sepupumu mengenakan rok yang membuatnya terlihat feminim, sementara kau masih hanya memakai jeans murahan!"
Aku tak bisa menahan tawa, namun sekaligus prihatin padanya.
"Apa hubungannya Katie Leung denganku? Kalau ia mengenakan rok, mengapa aku tak boleh mengenakan celana? Kau tahu, ia membelikanku rok model kulit ular yang takkan pernah kupakai seumur-umur."
Aku tak bisa membayangkan seorang Melanie mengenakan rok motif kulit ular, dan bayangan ini terlihat lucu. Tapi aku memproses kalimat Melanie dengan lambat, dan kalimatnya terdengar aneh.
"Katie Leung?" aku mengangkat alis.
"Ya," Melanie mengiyakan dengan mata besar-besar, "Betapa mengerikan isi pikiran ibuku itu. Apa yang pernah ia pikirkan hanya tentang Leung sekeluarga. Ia membandingkan segalanya dengan mereka. Kalau salah satu dari Leung mengganti mobil baru, ia mulai merasa kalau mobil keluarga kami terlalu kuno dan butuh ganti baru. Dan mungkin kalau esok Katie Leung gila dan memotong rambutnya, mungkin aku juga perlu membotakkan kepalaku."
"Kau dan Katie Leung...?" aku menatapnya tak berkedip, "...satu keluarga?"
Melanie berhenti berbicara, balik menatapku sama tak berkedipnya, lalu terdiam selama beberapa detik sebelum berkata, "Ya. Dia dan aku bersepupu, kau tak tahu?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top