Prolog
Keysa
"Kamu ditakdirkan untuk melangkahkan kaki mu sekali lagi, kali ini lebih tinggi, bukan lagi tentang putih abu-abu, ini tentang dunia baru," Keysa terpagut di depan cerminnya cukup lama. tidak ingin ada yang terlewat. Setelah semalaman ia tak bisa tidur, Keysa cukup cekatan menyamput paginya. Seolah ada daya magis berkali-kali lipat yang mendongkrak semangatnya.
Ini memang saat yang paling ia nantikan, lulus dari sekolah menengah atas dan masuk perguruan tinggi. Keysa sudah tak sabar memasuki perkuliahan pada jurusan yang paling ia idam-idamkan, Hubungan International.
Ia pandangi dirinya dengan penuh keyakinan bahwa ia bisa bersaing mengapai impiannya menjadi seorang diplomat selepas lulus nanti.
"Don't try so hard to fit in, and certainly don't try so hard to be different, just try hard to be yourself."
(Jangan berusaha terlalu keras untuk menyesuaikan diri, dan tentunya jangan berusaha terlalu keras untuk menjadi berbeda, berusaha keras untuk menjadi dirimu sendiri)
Keysa berucap untuk dirinya, menguatkan keputusannya untuk langkah pertamanya memasuki Universitas Garuda.
Rey
"Rey...Rey" Pekikan suara keras dari balik pintu kamar memekan telinga siapapun yang mendengarnya.
Namun tidak bagi seorang Rey, Rey masih saya menikmati kuatnya gravitasi kasur lembutnya. matanya pun masih nyaman terpejam. Padahal suara keras dari balik pintu itu berasal dari kakak kandung perempuannya sendiri. Namanya Karina, kakak perempuan yang terlanjur berjanji dengan ibunya untuk merawat adiknya yang paling kecil. Saat itu jika tahu kelakuan adiknya paling kecil seperti ini, mungkin dia akan berpikir ulang.
"Rey bangun, udah jam berapa ini?" Suara Karina semakin meninggi, kali ini ia sambil mengetuk pintu kamar Rey sekeras mungkin. Berharap adiknya akan terganggu mimpinya dan memilih bergegas bangun dari tidurnya.
Benar saja Rey menyerah kali ini, dengan membawa bantalnya untuk menutup telinganya, ia memilih terduduk seketika. Rey rasanya tak pernah bosan bangun dengan cara yang hampir sama setiap pagi. selalu di iringi dengan teriakan-terikan kakak kandungnya Karina.
"Iya-iya kak, Rey dah bangun," Teriak Rey balik membalas.
"Ya udah cepetan turun, mau jadi mahasiswa abadi kamu gak lulus-lulus, cepetan turun ya," Ujar Karina agak kesal.
Rey duduk di pinggir kasurnya agak lama, ada rasa berat memulai hari, bukan karena omongan kakaknya ada benarnya. ia sudah terbiasa dengan omongan kakak perempuannya itu. ia memang sudah ada pada tahap masa kritis batas masa kuliah, jika ia tak mampu selesa tahun ini, ia sudah pasti akan di D.O (Drop Out) oleh pihak Universitas.
Dari lubuk hati paling dalam Rey pun ingin lulus kuliah, ini sekaligus pembuktian kepada kakaknya, bahwa ia mampu bisa melangkah maju untuk keluar dari rumah kakaknya. Kakaknya mensyaratkan ia baru boleh keluar kalau ia sudah lulus kuliah. Syarat yang bukan hanya ucapan belaka, namun juga terselip amanat dari Ibundanya tepat sebelum pergi menghadap sang pencipta. Oleh karena tidak ada niat sedikitpun di hati Rey untuk membantah amanah tersebut.
Sementara itu di Ruang Makan
"Selalu emosi setiap pagi, pantes mama nitipin Rey ke Rina yah mas, kapan dia bisa mengurus dirinya sendiri," Ujar Karina kesal berbicara dengan suaminya Ardi.
Ardi paham benar dengan kebiasaan istrinya di pagi hari. Menggerutu tentang adik kandungnya sendiri. Ardi tidak berusaha mengomentari keluh tersebut. Ia hanya memberikan senyum terbaiknya.
"Apa dinikahin aja yah mas, biar punya tanggung jawab dengan dirinya sendiri?" Tanya Karina
"Hah," Ardi tersedak minumannya sendiri dengan ide aneh istrinya. Ia masih tidak menemukan hubungan antara menikah dan bertanggung jawab.
"Kok malah hah sih, gmana mas?" Tanya Karina lagi
"Apa hubungannya menikahkan adikmu dan tanggung jawab, belum tentu adikmu siap seperti yang kamu harapkan," Ardi akhirnya memberanikan diri mengomentari
"Kok gitu sih mas, salah yah ide ku," Karina menghentikannya kegiatannya mempersiapkan sarapan pagi. Ia ingin mendengar lebih jauh kalimat selanjutnya dari suaminya.
"Salah sih enggak," Ardi sedikit menahan kalimatnya sejenak. Ia takut tambah merusak mood istrinya pagi-pagi. "Kita harus pastikan adikmu Rey benar-benar siap memikul tanggung jawab, setidaknya biar dia menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu. Jangan sampai keinginanmu menikah kan dia supaya dia lebih bertanggung jawab, malah jadi terlihat seperti dirimu yang ingin terlepas dari tanggung jawab dari amanah Ibu." Ardi melanjutkan.
Karina termenung sejenak, "iya juga yah mas," Karina pikir ada benarnya ucapan suaminya tersebut. "Tapi, kamu ga keberatan kan mas, Rey tetap tinggal bersama kita, maaf kalau selama ini adikku merepotkan," Karina tiba-tiba melankolis.
"Ih serius banget sih bunda sama ayah, pagi-pagi kayanya diskusinya serius banget," suara keysa menjeda diskusi antara Karina dan Ardi.
"Eh anak bunda udah cantik, dah siap jadi anak kuliah?" Tanya Karina
"Sebentar-sebentar," Ardi berdiri dari kursinya. Ia mendekati Keysa anak perempuannya yang sekarang sudah tubuh lebih dewasa. Bukan lagi, seorang gadis berselimut seragam putih abu-abu ketika berangkat di pagi hari. "Ehm," Ardi berdehem, ia memutari Keysa, ia perhatikan pakaian yang di kenakan keysa. Keysa hari ini tampil berbeda dari biasanya dengan stelan dress selutut bermotifkan bunga, di balut kardigan berwarna putih yang lebih panjang dari dress yang ia kenalan. Sementara rambut hitamnya tergerai sempurna.
Namun bukan itu yang lebih membuat Ardi fokus. Ia perhatikan wajah putrinya. "Ini siapa? Kok cantik banget yah bunda!" Ujar ardi pura-pura tak mengenali putrinya.
"Ih apaan sih ayah, pakai pura-pura gak kenal lagi," keysa kesal dengan tingkah laku ayahnya sendiri.
Ardi pun tertawa terbahak-bahak menatap wajah putrinya yang sedang kesal. "Udah gede rupanya putri ayah, mending ini aja mah yang dinikahin, ayah mau segera punya cucu," ujar Ardi masih menggoda putrinya, Keysa.
"Sudah-sudah, cukup, kamu mas, malah godain anak sendiri, ayo sarapan biar kuliah hari pertamanya ga terlambat," ujar Karina mengingatkan.
"Iya nih ayah, main nikah-nikah aja, baru juga hari pertama kuliah, mending Om Rey noh di nikah duluan," Ujar Keysa
"Tuh kan Keysa setuju ide ku mas, mending kita nikahin aja Rey, bagaimana mas?" Karina seperti mendapatkan angin putri semata wayangnya setuju dengan ide menikahkan adik laki-lakinya yang paling kecil.
"Apaan sih pagi-pagi, main mau nikahin anak orang tanpa diskusi dulu," Rey berucap tiba-tiba
Belum sempat Ardi membuka mulut, ada suara sangahan yang menyergap dari belakang.
"Tuh udah ada orangnya, tanya aja langsung," ujar Ardi sadar Rey sudah mendengar semuanya.
"Apaan sih Mba Rina dan Mas Ardi ini, Ga ah, nanti aja yah, lagian belum ada juga calonnya," rey menjawab tuntutan kakak dan kakak iparnya.
"Ya Allah, apalagi cobaan yang kamu beri, ternyata adikku ga laku, sampai tidak ada cewek yang mau dengannya," Ujar Karina memelas.
"Hush, enak aja, ga gitu juga" Rey kesal dengan perlakukan kakak perempuannya.
Yang langsung di ikuti tawa renyah Mas Ardi dan keponakannya, Keysa.
"Rey kamu ga belok kan, masih suka cewek kan?" Tanya Karina ingin tahu
Mas Ardi dan Keysa tawanya bertambah
Kencang, mereka tidak menyangka tanya itu keluar dari mulut karina.
"Apaan sih mba, pasti mikirnya jadi kemana-mana," Rey tambah
Kesal "dah ah Rey berangkat kampus aja,"
"Eh bentar rey," ujar Ardi. "Mulai hari ini berangkatnya bareng Keysa yah, nitip jagain keysa sekalian, kalau ada cowok yang coba deketin dia cekek aja," Tambah Ardi
"Hah bareng, kan arah sekolah Keysa beda," ujar Rey bingung
"Hah kamu lupa, ponakan mu ini sudah lulus Sma, sekarang kan dia sudah jadi anak kuliah, satu kampus dan satu
Jurusan lagi sama kamu," jelas Karina
"Hah, kamu kuliah di Universitas Garuda? Satu jurusan?" Rey memastikan kalimat yang baru saja ia dengar.
Keysa menggangguk mengiyakan.
"Ngapain sih kuliah samaan gini, kaya ga ada jurusan lain aja," ujar Rey masih shock ponakannya kuliah satu kampus dengannya.
"Kenapa Rey, Malu kuliah sama ponakannya sendiri, makanya kalau kuliah jangan lama-lama cepetan lulus, oiya kamu juga aneh Rey sampe ga tau ponakan mu sendiri daftar di kampus yang sama. Kemana aja kamu selama ini." Ujar Karina "Oiya keysa nanti kalau di kampus tetep panggil Om mu ini dengan panggilan "om" yah, biar malu dia, terus biar cepet kelarin kuliahnya," Karina menambahkan.
"Awas aja kamu nurutin perintah ibumu, dah ah aku mau berangkat, keysa naik kendaraan umum aja, aku berangkat yah." Rey langsung menggantungkan tas di pundaknya, dan berlalu meninggalkan meja makan.
"Om rey tunggu, aku ikut bareng," Keysa langsung lari menyusul omnya tersebut. Berharap bisa berangkat bareng ke kampus.
"Hey kalian ini, ini di dibawa aja rotinya, dah disiapin juga, main pergi aja," ujar Karina kesal adik dan putri perempuannya meninggalkan meja makan begitu saja.
Sementara Ardi hanya bisa tersenyum melihat kelakuan ketiganya.
..........
Selamat pagi semuanya, om datang lagi membawa cerita baru, kali ini sebuah cerita menarik kehidupan perkuliahan antara Keysa dan Om nya Rey. Akan kah ada kejutan menarik lainnya di kisah selanjutnya. Yuk ikutin terus kisahnya. Terimakasih yang sampai saat ini masih mendukung kisah yang om sampaikan. Jangan lupa komen dan bintangnya. Semoga yang kasih komen dan bintang di berikan rezeki yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top