X

Seluruh cewek kini duduk berjejer di depan kelas, sedangkan cowok dengan posisi berdiri. Papan tulis pun sudah dihias dengan tulisan 10 IPS 2. Selagi menunggu wali kelas datang, mereka memanfaatkan waktu untuk menata pakaian agar terlihat rapi.

Mereka sudah tak sabar memberikan senyum terbaik. Namun, ada satu siswa yang belum hadir--Gilang--entah ke mana perginya manusia anti sosial itu, tapi yang jelas tasnya masih ada di atas meja.

Apa mungkin bolos? Batin Gia memperhatikan.

"Kak, gue permisi dulu."

"Eh, mau ke mana?" Kevin mencegat tangan Gia, sebelum Gia keluar dari kelas, Kevin bahkan sudah siap dengan kamera yang melingkar di lehernya.

"Mau cari Gilang."

"Ya elah, tinggu aja entar dia nyusul."

"Kalau enggak?"

"Ya udah edit aja kepalanya taro di belakang. Gak usah ribet."

"Sekalian aja edit kepala kami. Biar jadi kuyang semua tuh," sarkas Gia, saran Kevin memang tidak berguna.

"Ah, paling juga mabok."

"Apa lo bilang, Kak?" Beraninya Kevin mengatai Gilang 'mabok', apa yang membuat cowok itu sampai dendam dengan sebangkunya. "Lo boleh gak suka sama Gilang, tapi tolong jangan fitnah dia yang aneh-aneh."

"Liat aja kalau gak percaya." Kevin lantas mengeluarkan ponselnya menunjukkan bukti foto sewaktu di club kemarin.

"Gak mungkin. Ini pasti cuma editan lo."

"Terserah."

Gia berdecak kesal, tak mungkin seorang Gilang yang pendiam mabuk-mabukkan. Gia lantas turun ke lantai bawah untuk mencari cowok itu. Pagi-pagi begini pasti identik dengan kebiasaan belum sarapan, makanya tujuannya sekarang adalah kantin.

Yup, benar dugaannya. Gilang sedang duduk santai di kursi pojok kantin dengan makanan penuh di atas meja. Gia mendekat lalu duduk di samping Gilang dengan muka masam. "Makan gak ngajak-ngajak!"

"Ambil aja."

"Gak bisa ikut sesi foto dulu di kelas?"

"Gak."

"Cuma semenit doang. Paling cekrek-cekrek dikit selesai!"

"Males."

Gia menghela napas kasar, membujuk bukanlah bakatnya. Ia memperhatikan makanan yang dibeli Gilang ada nasi goreng, mie, dan bakwan yang sudah melebihi kuli saja. "Banyak amat makan lo, laper apa doyan?"

"Dua-duanya."

Sepintas bau aneh dari mulut Gilang melewati penciumanya, semacam bau asap yang menyerupai alkohol. Apa benar yang dikatakan Kevin jika Gilang mabuk? Wajah Gilang saja terlihat sedikit pucat.

Gak, gak mungkin. Pasti baunya dari makanan.

Tanpa persetujuan Gilang, Gia langsung menggeser nasi goreng dari hadapan Gilang dan menyantapnya. Dua suap ditelan, ia menghembuskan bau hawanya sendiri, tapi tidak ada yang menyerupai bau asap ataupun alkohol.

"Kenapa lo?"

Gia mengacuhkan pertanyaan Gilang, ia lanjut mencomot bakwan yang sisa satu dan memakannya, tapi bau gosong dari bakwan itu tidak tercium di hidung dia.

"Eh, bakwan siapa itu!" Gia melotot kaget saat Gilang mendekatkan wajahnya. Dengan gerakan cepat Gia berdiri dan pindah posisi jadi saling berhadapan, sebelum cowok itu mengambil bakwan dengan cara dari mulut ke mulut.

"Lo apaan sih, Lang! Gila ya?" Jantung Gia jedag-jedug lebih cepat dari biasanya, bisa-bisa ia terkena serangan jantung di usia muda.

"Balikin tuh bakwan."

"Udah habis juga gue makan. Nanti gue ganti deh kalau lo ikut sesi foto bareng."

Gilang menggeleng dan lanjut makan nasi goreng.

"Please, Lang. Wali kelas kita pasti udah dateng, temen-temen juga pada nunggu. Gak seru kalau muridnya kurang satu."

"Edit lah."

"Ih, kok diedit sih?"

"Sama aja hasilnya."

Ada masalah apa dengan Gilang sampai-sampai tak mau ikut foto bareng? Padahal foto tersebut akan menjadi kenangan mereka sendiri nantinya. Apalagi wajah Gilang paling ganteng dan mempesona di kelas, sayang kalau tidak dipotret.

Gia berpikir keras, ia tak mau kehabisan akal. Melihat mulut Gilang penuh celemotan nasi, Gia pun mendapat sebuah ide, ia meraih sendok yang dipegang Gilang dan memutar-mutar sendok itu di depan wajah Gilang.

"Ngapain lo ngambil sendok gue?"

"Anak pinter, buka mulutnya aaa...."

"Sakit nih."

"Mulutnya celomatan nasi itu, yang rapi dong makannya."

Bisik-bisik murid sekitar kantin mulai merasuki telinga Gilang seakan dikerumuni ratusan lebah. Bagaimana bisa Gia memperlakukannya seperti anak kecil di saat tubuhnya dipenuhi otot seperti itu. Gia benar-benar menjatuhkan harga dirinya.

"Aaa, kereta siap masuk ke goa...."

"Stop, Gi."

"Anak ganteng, temennya Gia. A, dulu."

"Gue bilang stop!"

"Eh, anak kecil gak boleh galak-galak!"

Gilang menggebrak meja dengan kesal, membuat pasang mata otomatis menyorot pada mereka, termasuk penjual kantin. Napas Gilang naik turun, ia tidak suka menjadi pusat perhatian. Mau tak mau Gilang berdiri dan menarik tangan Gia menjauh dari kantin.

"Jangan tarik-tarik!"

"Diem lo!"

"Sakit, Lang!"

Tanpa sadar Gilang menggenggam tangan Gia sampai Gia mengerang kesakitan. Gilang pun segera melepas cengkramannya untung tak sampai menimbulkan bekas merah. "Sori."

"Jahat sih...."

Sampai di kelas Gilang langsung mendorong pintu yang terbuat dari kayu tersebut hingga menimbulkan suara bising yang ngilu di telinga karena usia pintu tersebut sudah tua.

"Dari mana lo. Ditungguin dari tadi," gerutu Kevin.

"Mohon maaf."

Sorot mata langsung mentap Gilang sinis lebih dari di kantin tadi. Semua teman sekelas seakan siap mencabik-cabik tubuhnya, bahkan wali kelas yang tadinya tersenyum kini menampilkan ekspresi datar. Mungkin nyawa akan Gilang terancam di kelas ini.

"Maaf telat!" ucap Gia yang baru masuk ke kelas setelah Gilang.

"Eh si Gia. Kebiasaan nih pasti dari toilet." Giliran Gia datang, Kevin bisa mencairkan suasana.

"I-iya, Kak. Sori tadi ngantri jadi lama."

"Gapapa, kita baru mau mulai."

"Ayo, cepet nak. Kita mau bahas sifat hakikat sosiologi setelah ini," ucap wali kelas, untung wali kelasnya santuy.

"Baik, Bu. Kirain mau bahas sifat doi."

"Buruan!" kompak teman sekelasnya.

"Ok." Gia duduk dan merapikan seragamnya yang kusut karena sempat berlarian. "Gue yang duduk, lo berdiri di belakang gue, ya."

Gilang mengangguk singkat, ia merasa tidak enak karena mengacaukan euforia dalam kelas tadi. Sejenak ia menatap Gia, rambut gadis itu terlihat berantakan. Gilang pun mengusap puncak kepala Gia sampai rambutnya tertata rapi.

"Senyum, Lang."

"Lo juga."

-----
Makasih, buat vote dan komennya man-teman. Semangat bacanya ya ! :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top