Regret (ArminReader slight ErenReader)

Shingeki no Kyojin © Hajime Isayama
Regret © susukadaluarsa
Pairing: Armin Arlert x Reader slight Eren Jaeger x Reader
Alternative Universe
Warning: OOC keras, typo, dll

Armin baru saja akan membuka lokernya jika tidak mendengar suara pekikan ceria dari seorang gadis. "Selamat hari Valentine! Aku memberikan cokelat ini untukmu!"

Gadis itu memeluknya dari belakang dan mengulurkan sebatang cokelat yang diikat pita merah muda olehnya.

"Te-terima kasih, (Name). Le-lepaskan pelukanmu, kita jadi pusat perhatian," terima Armin mengambil cokelat dari tangan gadis itu.

"Iya, hehe."

(Name) menjauhkan tubuhnya dari Armin dan juga membuka loker. Ia mengganti sepatunya dengan sepatu ruangan dan mengambil buku paket pelajaran hari ini.

"Apa aku orang pertama yang memberimu cokelat, Armin?"

Armin yang akan memasuki kelas, tertahankan oleh sentuhan (Name) di bahunya. "Te-tentu."

Armin tersenyum gugup sebagai jawaban dan memasuki kelas. Sebenarnya Armin sangat berharap Annie yang memberinya cokelat. Sepanjang hari, Armin menerima cokelat dari perempuan-perempuan lain. Ia sama sekali tidak menerima coklat dari Annie. Justru Bertholdt yang diberi cokelat oleh Annie.

"Armin! Mau belajar bersama?" ajak (Name).

Armin menggeleng dan tersenyum canggung, ia masih menatap Annie yang berkemas di dalam kelas. Biarlah ia tak mendapat cokelat dari Annie, ia ingin mengungkapkan perasaanya untuk perempuan itu.

"Kau menunggu siapa, Armin?" (Name) mendekat dan berdiri di sebelah Armin, mengikuti arah pandang Armin ke Annie yang sudah selesai berkemas dan menyandang tas di bahu kanannya. Annie menutup wajahnya dengan tudung hoodie.

"An-"

Panggilan Armin terputus oleh seruan (Name). "Armin! Kau mau ke kafe es krim bersamaku? Sekarang Valentine. Ada diskon besar-besaran lho. Aku juga punya tiketnya, jadi diskon yang kita dapat lebih banyak."

(Name) belum lelah mengajak Armin pulang bersamanya.

"Annie!" panggil Armin. Annie belum berbalik karena panggilannya, namun (Name) terus memeluk lengannya manja.

"Ayolah, Armin. Mumpung sekarang diskonnya besar-besaran," bujuk (Name). Ia terkikik geli melihat warna merah yang semakin menyebar di wajah Armin. Senang sekali menjahili Armin.

"Lepaskan aku, (Name)," pinta Armin dan menoleh ke gadis itu. Sesudahnya, ia kembali menoleh ke depan dan Annie yang lenyap dari pandangan.

"Maaf, (Name). Tapi hatiku untuk Annie," tegas Armin mendorong (Name) pelan. Pelukan gadis itu terlepas, Armin berlari dan menyerukan nama Annie. Suaranya bergema sepanjang koridor sekolah.

(Name) yang terkejut memiringkan kepalanya. "Armin ... tak menyukaiku?" monolognya menyentuh dada kiri yang sakit. Air mata pertama jatuh.

(Name) berlari, ia menghapus air matanya yang semakin deras keluar. Sekolah sudah semakin sepi, tidak ada yang melihat (Name) berusaha menghalau air matanya. Gadis itu berjalan ke mana kakinya ingin pergi.

(Name) berhenti di sebuah kafe yang terletak beberapa meter di sebelah kanan sekolah. Memasuki bangunan bercat cokelat tua itu, (Name) disambut aroma pahit dark chocolate dan manisnya stroberi bercampur menjadi satu.

Gadis itu memilih tempat di sudut ruangan, ia bisa menyembunyikan tangisnya.

Hatinya bertambah panas melihat pasangan yang asyik bermesraan. Mereka saling suap-suapan, berfoto, membuat snapgram, atau memakai pakaian couple yang semakin menyadarkan (Name) betapa miris nasibnya sebagai perempuan single.

"Apa Anda punya tiket diskon?" tanya pelayan kafe tersenyum ramah, ia sudah siap dengan buku catatan kecil dan pena.

"Sudah. Saya pesan es krim strawberry cheesecake," pesan (Name).

"Oke. Satu strawberry cheesecake ice cream. Ada tambahan?"

(Name) menanggapi senyum ramah pelayan itu dengan gelengan kecil. Ia menelungkupkan kepalanya di atas meja dan mengeluarkan ponselnya. Berita utama hari ini tak jauh-jauh seputar Valentine.

Dari kisah romantis seorang wanita yang dibawa kekasihnya kencan di kapal pesiar sampai berita mengerikan tentang wanita yang membunuh semua penggemar kekasihnya.

Hari Valentine dipenuhi cinta, setiap pasangan keluar dari rumah masing-masing, mengenakan pakaian terbaik, berbagi cinta, dan menghabiskan waktu hingga tengah malam.

Terutama besok libur, tentu banyak pasangan yang ingin menikmati quality time dengan orang yang ia cintai.

(Name) tersenyum miris. Memangnya dia siapa sampai berharap ada pangeran yang mau menemaninya di sini? Siapa yang bersamanya menghabiskan hari Valentine? Siapa yang mau?

Pesanannya tiba, (Name) mengambil sendok dan sepotong kecil es krim. Sensasi es krim beku dipadukan lembutnya cheesecake, memanjakan lidah (Name) dan mendinginkan hatinya yang panas.

(Name) sama sekali belum menerima kenyataan Armin menyukai Annie. Biarlah waktu memaksanya menerima kenyataan dan menghapus perasaan sepihaknya.

Setiap waktu luangnya (Name) menghabiskan harinya lebih sering di kafe es krim langganannya. Ia tak pernah absen datang ke sana di hari Valentine. Duduk di pojokan, memeriksa berita terhangat, dan menikmati cheesecake ice cream-nya.

Tunggulah tanggal 14 Februari, maka (Name) selalu ada di sana. Termenung sembari sesekali mengambil ponsel. Gadis itu meresapi kesendiriannya.

Hari ini adalah tanggal 14 Februari. Sudah tujuh tahun sejak (Name) melupakan cintanya semasa SMP, gadis urak-urakan itu telah berubah menjadi gadis kuliahan yang modis.

Rambut (hair color)nya yang lurus memanjang sampai punggung tak pernah absen dari pita merah muda, wajahnya yang dulu apa adanya kini dipoles riasan wajah, pakaiannya yang sederhana digantikan pakaian hits nan modis.

"Selamat datang kembali, Nona."

(Name) mengangguk kecil menanggapi pelayan baru di matanya. Sepatu heels setinggi lima sentimeter menopang tubuhnya yang tergolong tinggi, tangan kiri menjinjing tas hitam dan tangan kanan mengeluarkan ponsel keluaran terbaru.

Menyelipkan rambut di belakang telinga, (Name) menjawab panggilan.

"Pemotretan? Baiklah. Aku akan datang satu setengah jam lagi," ujar (Name) dan kembali menyimpan ponsel di dalam tas.

(Name) merapikan kemeja putih yang sedikit berantakan, lalu ia sedikit memperbaiki rok pendeknya yang agak kusut. Di sudut kafe, tempat favoritnya telah diisi seseorang.

"Permisi, kau duduk di sini?" tanya Keyzi berusaha sopan. Ia tak bisa terlalu lama merenung di sini. Nanti manajernya akan mengumpat-ngumpat padanya.

Manik biru yang sedari tadi fokus ke laptop, berpindah ke Keyzi yang tersenyum ramah. "Ka-kau ... (Name) (Surname)?" tanya Armin gugup. Tak ia sangka pemusik sekaligus model muda itu mendatanginya.

"Kau Armin Arlert? Sepertinya bukan masalah jika aku duduk di sini," balas (Name) mendudukkan diri di kursi depan Armin.

(Name) memanggil pelayan dan memesan es krim cheesecake stroberi. Persis sama dengan pesanannya tujuh tahun yang lalu. Hari di mana ia patah hati karena pemuda di depannya.

"Ka-kau mengenalku?" Armin bertanya gugup ke gadis yang memperbaiki bedaknya yang luntur.

"Menurutmu?" (Name) tersenyum lagi saat pelayan membawakan pesanannya.

"Bolehkah aku meminta tanda tanganmu?" Armin mengulurkan buku catatan beserta pena.

"Tentu."

(Name) menerima barang yang diberi Armin dengan senyumannya, ia menoreh tanda tangan dan namanya di buku. Armin mengucapkan terima kasih lirih saat (Name) mengembalikan buku dan penanya.

"Sama-sama."

(Name) menjawab dengan senyumnya yang seakan tak pernah luntur. Image yang ditampilkan (Name) di layar dan di kehidupan nyata sama sekali tak ada perbedaan. Gadis itu tenang, namun tetap mempertahankan keramahannya.

Armin ingin meminta berfoto, tetapi ia tahu diri orang terkenal seperti (Name) akan jijik berfoto dengannya.

"Aku pergi dulu, terima kasih untuk hari ini. Jika ada yang kau perlukan, panggil saja aku," pamit (Name) setelah es krimnya habis dan mengulurkan kartu nama.

Sepeninggalan (Name) yang tersenyum ramah, tangan Armin bergetar membaca nama, alamat, dan nomor yang tertera. Pasti ada alasan mengapa (Name) cuma-cuma memberinya kartu. Armin yakin ia dan (Name) terhubung oleh sesuatu.

Armin terlalu banyak menimbang-nimbang. Sampai ia lupa praktek lebih utama dibandingkan teori.

***

Menikmati kue cokelat yang terhidang di acara pernikahan sahabatnya, Armin rasa inilah hadiah Valentine terbaik yang diberikan (Name) untuknya. Manisnya kue cokelat bersatu dengan pahitnya patah hati kala melihat kedua mempelai tersenyum ke semua tamu.

Armin Arlert yang dulunya mengabaikan (Name) dan menganggap gadis itu pengganggu kini diliputi rasa penyesalan.

Armin Arlert terlambat menyadari perasaannya dan malahan berpikir hatinya untuk gadis lain.

Armin Arlert selalu mendustai dirinya. Namun, takdir selalu jujur.

Armin Arlert yang dipenuhi keragu-raguan terlambat menerima cinta yang selalu diberi (Name) untuknya.

Eren mengambil langkah duluan. Melangkahi Armin dan meninggalkannya di belakang sendirian.

Tak ada yang lebih indah dari Valentine yang ia hadapi dengan makanan manis dan hati yang patah. Sama seperti keadaan (Name) sepuluh tahun yang lalu.

Makanan manis dan pahitnya patah hati merupakan paket lengkap untuk Armin yang sepanjang hidupnya dipenuhi keraguan.

THE END

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top