Festival (Connie x Sasha)
Shingeki no Kyojin © Hajime Isayama
Festival © susukadaluarsa
Pairing: Connie Springer x Sasha Blouse
Alternative Universe
Warning: OOC keras, typo, dll
Thank you for NirachiTsugiyama
“Si Muka Kuda tidak pergi?”
“Tidak, kita saja.”
Di bawah langit swastamita, sepasang anak muda menyusuri trotoar. Tangan yang bergandengan mengayun, mulut saling melempar tawa dan candaan yang mengocok perut.
Teluh memainkan rambut si dara yang lepas dari ikatan. Tangan Connie yang bebas terulur dan menyelipkan anak rambut ke balik telinganya.
“Perbaiki ikatan rambutmu, Sasha.”
“Oke oke.”
Sasha menarik kuciran, helai-helai cokelatnya lepas dan jatuh menyapu sebagian punggung.
“Tolong pegangkan,” ucap Sasha mengulur ikat rambut merah tua yang diterima Connie. Tangan menarik gumpalan rambut dan menyatukannya kembali.
“Sudah rapi?”
“Sudah.”
Dalam perjalanan menuju festival kuliner, manik emas itu tak jemu memandangi sepasang mata yang berbinar polos pada wajah manis Sasha.
Sasha itu berbeda dari gadis-gadis cantik lain di muka bumi. Ia malas pusing-pusing memikirkan diet atau melekatkan beragam produk kecantikan pada kulitnya. Kencantikan yang dipancarkannya alami, didukung sifat ceria dan baiknya—di samping kerakusannya.
Connie merasa dirinya cukup beruntung memiliki sifat dan kesukaan yang hampir sama dengan Sasha. Ia tak perlu pusing memikirkan topik atau gugup mendekati gadis yang dicintainya seperti pemuda-pemuda lain. Sebagai catatan, Sasha termasuk ke jajaran gadis populer di sekolah.
Malam ini, di festival kuliner Asakusa ini Connie berniat mengutarakan isi hatinya. Nama dan wajah Sasha Blouse singgah dalam waktu yang lama di pikirannya. Connie siap seandainya ia bernasib sama dengan pemuda-pemuda lain, yaitu tertolak.
Sejak awal melabuhkan hati pada seseorang kita sudah siap menerima konsekuensi ditolak.
“Siapkan kameranya, Connie!” Sasha berseru lantang di depan gerbang festival.
“Siap! Kau gunakan kata-kata yang menarik orang!” Connie mengeluarkan ponsel dari tas, inilah modalnya membangun channel YouTube kuliner bersama Sasha dan Jean.
Kamera video aktif, sosok Sasha yang melambai dan menyapa ceria terekam. Lanjut ke ramainya festival, kamera mengikuti ke mana Sasha berpindah. Dari satu stan ke stan lain mereka bergerak. Kadang bergantian memegangi kamera.
Waktu bergulir cepat. Sang Purnama menduduki tahta menggantikan cahaya matahari yang bergerak ke sisi lain bumi.
Sepasang anak muda itu duduk di salah satu bangku dalam festival. Keramaian tak mengusik keduanya yang menonton ulang video.
“Hahaha ... apa-apaan wajahmu itu, Connie?” Sasha tertawa, telunjuknya mengarah ke Connie yang berekspresi kecut karena merasakan asamnya sirup lemon.
Tawa Sasha yang mengalun merdu dan ekspresi wajahnya yang cerah terekam di benak. Connie berjanji akan membuat ekspresi itu tak pernah lari dari wajah cantik Sasha.
“Sini kuperlihatkan wajah jelekku.”
Connie menyambar ponsel, jari menggeser ke menit Sasha yang mulutnya terbuka dan tertutup dengan cepat lantaran kepedasan.
“Wajahmu lebih jelek dari ikan sekarat!” ledek Connie tertawa keras.
“Connie! Jangan masukkan yang itu!”
“Eit ... tidak bisa.”
Sasha berusaha menggapai tangan Connie yang memegang ponsel. Pemuda itu berjinjit dan meluruskan tangannya ke atas, sengaja membuat gadis itu kesulitan.
Connie tertawa puas melihat ekspresi kesal Sasha yang menggemaskan, dengan saus cumi bakar belepotan di sekitar mulutnya.
Tanpa disadari para pengunjung, sebuah kelompok rasis anti non-Asia menyatu di keramaian. Mereka tersebar di beberapa titik dan mencari mana orang yang bukan ras Asia.
Salah satu anggota kelompok itu menemukan keberadaan Connie dan Sasha. Pistol sudah siap dalam genggaman, tinggal menunggu aba-aba.
“Kau sudah menemukan target?”
“Ya. Ada dua orang.”
“Sekarang tembak dan cepatlah kabur dalam hitungan ketiga.”
“Satu.”
Si pria yang berjarak lima meter dari Connie dan Sasha itu mengangkat tangannya yang memegang pistol.
“Connie, aku mendengar sesuatu.”
“Dua.”
Telunjuk siap di pelatuk.
“Jangan mengada-ada, Sasha. Aku takkan tertipu.”
“Tiga.”
Pelatuk ditekan, meloloskan dua peluru yang melesat cepat. Salah satunya menembus punggung Connie.
“Co-connie?”
“Sasha....”
Connie mendekap Sasha erat, membiarkan dirinya sebagai tameng. Satu peluru lagi menancap di pinggang kanannya.
Si pelaku sudah lari, meninggalkan lokasi kejadian dipenuhi pekikan dan umpatan. Sendi-sendi tubuh si gadis bergetar, mendengar detak jantung Connie yang melemah.
“Sasha....”
Sasha menahan tubuh Connie yang melemah, ia membopong pemuda itu duduk di kursi. “Tolong! Sahabatku terluka!” seru Sasha.
“Percuma....”
“Tidak ada yang percuma! Bertahanlah, bodoh!”
Connie tersenyum, darah mengalir keluar dari mulutnya. Tangannya terangkat, ia membelai pipi kanan Sasha.
“Bertahanlah! Bertahanlah!” seru Sasha memegang tangan Connie. Ia tahu teriakannya tak diindahkan sama sekali oleh pengunjung lain yang memilih mengalamatkan diri masing-masing.
Apa ia bodoh karena berharap Connie dapat bertahan?
“Jangan pergi, Connie....”
“Maaf ... aku mencintaimu....”
Binar kehidupan di sepasang bola mata emas itu hilang, bersamaan jatuhnya tangan dan kelopak mata.
“CONNIEEEEEE!”
[]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top