Curious
Leony memasuki sekolahnya dengan gembira. Karna Abangnya akan pulang nanti sore.
Leony berjalan di koridor dengan senandung kecil, dia melihat cowok yang berjalan berlawanan dengan sedang menatap dirinya dengan senyuman senang.
Leony kenal dengan cowok itu, cowok itu yang bikin Leony penasaran setengah mati namanya. Leony yang tidak mau kege-eran, bisa saja cowok itu tersenyum pada orang yang ada di belakangnya.
Leony menghentikan langkahnya dan menatap ke belakangnya. Ada cowok yang juga memasangkan senyumannya, Leony mengambil kesimpulan bahwa mereka berdua kenal dan saling senyum-senyum. Leony kembali melanjutkan langkah.
Cowok tadi melewatinya dan Leony sempat menghirup parfum yang dipakai cowok itu. Aroma itu mampu membuat Leony ingin menghirupnya lagi dan lagi.
Namun Leony tetap melanjutkan langkahnya di koridor sekolah ini. "Mungkin hanya kebetulan karna aroma parfum yang mirip sama parfum Abang," gumam Leony dan membiarkan kakinya melangkah menuju kelasnya.
***
Leony sedang baris di barisan kelasnya. Dahi dan pipinya sudah dipenuhi dengan butir-butir keringat.
Leony menolehkan kepalanya, dan tidak sengaja matanya menangkap sosok cowok tadi yang dia ketemu di koridor. Cowok itu tampak sedang ngobrol dengan temannya dan sesekali dia tertawa. Leony suka melihat cowok itu tertawa, apalagi kalau Leony yang bikin cowok itu tertawa. Eh? Kok malah jadi Leony bikin dia ketawa sih?
Leony menggoyangkan lengan sahabatnya yang berbaris di sampingnya. "Nisa."
"Apa, Ony?" Jawab Anissa yang menatap Leony. Keadaannya sebelas-dua belas dengan Leony, butir-butir keringat bercucuran kemana-mana.
"Lo tau cowok itu gak?" Tanya Leony sambil menunjuk cowok itu, namun tidak terang-terangan.
"Kenapa emang?" Tanya Anisa.
Leony menggeleng. "Gue hanya penasaran aja."
"Namanya Jackson. Lo gak kenal dia?" Leony menggeleng lagi. Leony senang dalam hati, karna akhirnya dia tau nama cowok itu. "Dia lumayan terkenal tuh, banyak cewek-cewek yang ngejar dia. You know lah, ada yang ganteng langsung ramai pengunjung kayak diskon besar-besaran di mall." Leony hanya mengangguk-angguk mengerti.
"Lo naksir sama dia ya?"
Leony menggeleng. "Kan udah gue bilang kalau gue cuman penasaran sama dia."
"Iya deh." Anissa kembali menatap pembina upacara yang ada di depan.
Leony kembali menatap Jackson yang masih mengobrol dengan cewek yang ada di sampingnya. Leony terus memperhatikan Jackson, hingga dia sadar bahwa barisan sudah mulai bubar.
"Ony, ayo balik ke kelas. Upacara udah selesai." Anissa menarik-narik lengan Leony.
"Iya-iya. Yuk."
***
Leony lompat ke atas kasur Anissa. Anissa yang sedang baring itu kaget dan menatap Leony dengan kesal. Leony hanya memasang senyuman khasnya.
"Dia main WA gak?"
"Dia siapa?"
"Jackson."
"Bentar gue tanya Ace."
"Jangan bilang gue yang tanya." Anissa langsung menunjukkan jempolnya.
Leony langsung mengecek ponselnya yang berbunyi tadi. Leony langsung bersorak senang dan lompat kesana kemari hanya karna Anissa mengirimnya kontak Jackson.
"Sesenang itu?" Leony mengangguk cepat. "Gue rasa lo suka sama Jackson."
Leony langsung menghentikan semuanya dan menatap Anissa tidak suka. "Kan udah gue bilang, gue cuman penasaran."
"Jantung lo berdetak cepat saat melihat Jackson?" Leony berpikir sejenak dan mengangguk. "Lo suka mikirin Jackson?" Leony mengangguk. "Lo mikirin masa depan kalian?"
Leony mengangguk. "Tapi hanya sekilas."
"Fix, lo jatuh cunta sama Jackson."
Leony mengerutkan dahinya. "Apa hubungannya coba?"
"Itu semua tanda-tanda jatuh cinta, Ony. Lo sedang jatuh cinta."
"Gue?" Anissa mengangguk. "Sama Jackson?"
"Iya, Ony. Gak usah dipikirin, nikmatin aja. Jatuh cinta itu indah, percayalah."
Leony yang pertama kali jatuh cinta, terus memikirkan mereka yang sakit hati karna jatuh cinta yang sering dia baca di novel.
"Cih. Sakit hati dan jatuh cinta itu sepaket, lo gak bisa hindari salah satu," kata Anissa seakan tau apa yang dipikiran Leony.
***
Sudah beberapa hari Leony mendapati kontak Jackson, tapi dia gak berani chat duluan. Leony yang uring-uringan, berguling kesana kemari di atas kasur.
"Kalau gue bilang gue Leony dia pasti gak kenal."
Leony langsung melempar ponselnya di atas kasur dan menghentikan gerakannya berguling.
Leony menangkap bayangan Leo yang masuk ke kamarnya. Leony langsung mengubah posisinya menjadi duduk, Leon duduk di tepi kasur Leony dan mengacak rambut Leony.
"Kenapa Ony tadi guling-guling gak jelas?" Leony langsung salting, Leo langsung ketawa melihat Leony yang salting. "Jadi kenapa?
"Ony mau chat Jackson, tapi Ony gak berani."
"Jackson siapa?"
"Cowok yang Ony penasaran itu, yang Ony penasaran karna dia satu-satunya yang membantu guru saat rombongannya tidak ada yang membantu."
"Inget-inget." Leo mengangguk-angguk.
"Abang bajak aja."
"Beneran nih?" Leony mengangguk dengan semangat. "Yaudah, sini ponselnya."
Leony menjulurkan ponselnya, Leo langsung mengetik lincah di ponsel Leony. Leo menunjukkan ponsel Leony, Leony langsung menatap Leo galak.
Leony
Hoi, Anissa
"Kok malah jadi Anissa sih, Bang?"
"Katanya suruh Abang bajak."
"Tapi jangan pakai nama Anissa."
"Udah terlanjur." Leo mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh.
Leony merebut ponselnya dan berniat menghapus pesan tadi, namun ada balasan dari Jackson.
Jackson
Siapa?
Leony lompat di kasur hanya karna balasan Jackson, Leo hanya menggelengkan kepalanya.
Leony segera menghapus pesan pertama dan membalas Jackson.
Leony
Orang bukan manusia
Jackson
Nama?
Leony
Ntah
Leo langsung merebut ponsel Leony. "Harusnya balas aja nama Ony, Leony."
Leony menggeleng lesu. "Takut dia gak kenal."
"Kita gak coba, gak tau hasilnya."
"Gitu ya?" Leo mengangguk. Leo mengembalikan ponselnya Leony.
Leony langsung menatap layar ponselnya dengan lesu. "Udah di read."
Leo langsung menepuk kepala Leony pelan. "Yaudah, siapa tau nanti kalian dipertemukan dengan cara lain. Sekarang Ony tidur ya."
Leony membaringkan tubuhnya dan menarik selimutnya hingga menutupi lehernya.
"Good night, princess," ucap Leo sebelum keluar dari kamar Leony.
"Good night too, abangnya princess."
***
Hari ini Leony membawa coklat batang yang dibiarkan sedikit cair buatannya sendiri di kedua tangannya. Leony membawa itu, karna hari ini hari valentine. Awalnya Leony ingin memberikan coklat ini pada Jackson saja, namun akhirnya lebih memilih kasih kepada Anissa karna Leony tidak seberani itu lagian Leony yakin Jackson pasti menerima banyak coklat hari ini. Ngomong soal Jackson, Leony masih penasaran padanya.
Leony berjalan di koridor dengan bersenandung kecil. Leony sesekali melempar senyumannya saat bertemu dengan orang yang dikenalnya.
BRAK!
Leony terduduk di lantai, dan kotak bekal yang isinya coklat itu entah terlempar kemana.
"Lo tidak apa-apa?" Tanya Jackson sambil menjulurkan tangannya dan memasang wajah khawatir.
Leony sempet terkejut melihat Jackson yang muncul, namun Leony kembali memasang wajah datar dan meraih tangan Jackson untuk berdiri. "Gue gak papa."
Leony mengambil kotak bekalnya, dan menatap coklat yang di hiasnya dengan cantik sekarang berantakan. Leony langsung memasang wajah cemberut, kemudian memandang Jackson dengan galak.
"Lo yang tabrak gue kan?!"
"Iya, gue minta maaf."
"Lo sengaja nabrak gue kan?!"
"Nggak kok, tadi gue jalannya buru-buru."
"Walau buru-buru jalannya pakai mata!"
"Bukannya jalan pakai kaki ya?"
"Pake mata juga, kalau gak pake mata lo nabrak orang, kek sekarang."
"Iya-iya gue kan udah minta maaf.
"Lo minta maafnya gak tulus!"
"Lo udah kek cewek PMS aja, marah-marah mulu."
"Bodo."
Leony langsung melempar kotak bekalnya di perut Jackson. Jackson dengan cepat menangkapnya. "Lo aja yang makan coklat itu, gue liat coklat itu langsung ilang nafsu buat makan tuh coklat." Leony langsung pergi meninggalkan Jackson.
Leony merasa jantung berdegup kencang. "Kok jantung gue berdebar-debar lagi sih? Apa gue jatuh cinta, kek yang dibilang Anissa?" Gumam Leony sambil memegangi dada kirinya dan kembali melangkah menuju kelasnya.
Leony duduk di bangkunya dan menempelkan kepalanya di mejanya. Anissa baru berjalan masuk ke dalam kelas menatap Leony dengan bingung dan duduk di bangkunya yang ada di samping Leony.
"Kenapa lo? Gak biasanya lo gak semangat gitu?"
"Gue ngantuk, semalam bikin coklatnya sampe jam 1 subuh. Gagal mulu, akhirnya berhasilnya jam 1 subuh."
"Cie, usaha banget bikin coklatnya. Sayangnya bukan buat Jackson."
Leony mengerutkan dahinya. "Apa kaitannya sama Jackson coba?"
"Lah? Gue kira lo naksir sama dia, lo kan sering tanya-tanya soal dia akhir-akhir ini."
"Udah gue bilang, gue penasaran doang sama dia." Leony langsung bangkit dan menatap Anisa dengan serius. "Gue tau Jackson ganteng, tapi gue cuman penasaran sama dia."
"Berawal dari penasaran menjadi cinta."
"Idih, sok tau."
"Bukan sok tau, tapi bakalan kayak gitu."
Leony memutar bola matanya malas. "Terserah lo aja."
"Oiya, coklatnya mana?" Tanya Anissa.
"Gue kasih Jackson."
Anissa mengerutkan dahinya. "Lho, katanya gak jadi kasih ke Jackson mau kasihnya ke gue gimana sih lo."
"Tadi tuh dia nabrak gue, terus coklatnya jadi berantakan. Terus gue bilang 'gue gak nafsu makan tuh coklat', langsung ku lempar coklatnya ke dia dan gue pergi. Gitu doang ceritanya."
"Cih, padahal kan gue pengen cicipi coklat pertama lo."
Leony mengangkat bahunya acuh tak acuh sambil memainkan ponsel. "Tahun depan aja cobanya."
"Maunya sekarang."
"Manja!"
***
Leony duduk di salah satu meja yang ada di kantin. Anissa datang dengan membawa dua mangkok bakso dan dua gelas es teh di tangannya.
Acara mereka berdua terganggu, karna kedatangan kedua cowok, Jackson dan satunya lagi Leony tidak kenal. Leony ingat, cowok itu yang membalas senyuman Jackson waktu itu.
"Gue boleh ikut duduk di sini gak?" Tanya cowok yang tidak Leony kenal itu.
"Ace, kan banyak tempat duduk lain," jawab Anissa sambil memandang Ace tidak suka. Leony menatap Ace dengan insten, karna Anissa pernah cerita bahwa dia sedang PDKT sama Ace.
"Tapi mereka menatap kami seakan kami ini makanan," ujar Ace dengan dramatis. Jackson langsung menjitak kepala Ace karna jijik.
Anissa hanya menghela nafas. "Yaudah, lo duduk aja."
Ace tersenyum senang dan duduk di kursi samping Anissa, dan Jackson tentu saja duduk di samping Leony karna hanya tempat itu yang tersisa di meja mereka.
"Coklat lo enak," kata Jackson tiba-tiba dan kembali melanjutkan acara makannya.
"Makasih."
Selebih itu, hanya terdengar suara sendok dan garpu.
***
Sudah lewat beberapa hari, Leony dan Jackson juga tidak pernah chat lagi sejak chat malam itu.
Leony sibuk mencatat tulisan di papan tulis ke buku catatannya, sedang Anissa memainkan ponselnya karna dia tinggal memotret tulisan di papan tulisan dan selesai.
Seseorang menepuk meja mereka berdua, namun Leony mengabaikannya.
"Ony, Jackson tuh."
"Bilang ke dia, gue masih sibuk catat." Leony masih sibuk dengan catatannya yang belum selesai.
"Gue cuman mau balikin kotak bekal lo," ucap Jackson membuat Leony baru ingat soal kotak bekalnya.
"Yaudah, simpan aja di meja."
"Oke." Jackson langsung berjalan keluar dari kelasnya.
Leony selesai catat catatannya langsung menyimpan buku-bukunya ke dalam tas. Leony menyimpan kotak bekalnya di laci, namun sebelum itu dia mendapati sebuah coklat batang di laci dan selembar kertas di atas coklat itu. Entah sejak kapan coklat batang itu ada di laci Leony.
Gue ganti coklat yang waktu itu gue makan. Kalau lo tau gue siapa, lo datang ke taman belakang sekolah.
Jackson, satu nama itu terlintas di kepala Leony. Leony memegang coklat dan kertas itu dan bangkit dari duduknya.
"Mau kemana?" Tanya Anissa.
"Gue mau ke taman belakang sekolah bentar."
"Ikut."
"Gak usah." Leony langsung berjalan keluar dari kelas menuju taman belakang sekolah.
Leony berjalan ke taman belakang sekolah dengan bingung, buat apa Jackson harus menganti coklatnya, Leony tidak pernah meminta lagi jika barang itu udah dia kasih.
Sampai di taman belakang sekolah, Leony mendapati Jackson duduk seorang diri. Jackson melihat Leony langsung memasang senyumannya. Senyuman yang sama saat Leony bertemu dengan Jackson di koridor. Senyuman itu justru membuat jantung Leony berdetak cepat sekarang.
"Lo pasti mau tanya kenapa gue mau ganti coklat lo." Leony mengangguk. "Sebenarnya coklat yang lo pegang itu coklat yang mau gue kasih waktu valentine tapi gue gak berani."
"Soal nabrak itu lo sengaja kan?"
Jackson mengangkat jadi tunjuk dan tengah membentuk peace. "Iya, hehe. Gue kira setelah itu kita bakal saling kenal. Dan juga gue kira lo mau kasih coklat itu ke cowok."
"Gue udah kenal lo. Emang kenapa kalau gue kasih coklat ke cowok?"
Jackson mengangguk dan tidak menjawab pertanyaan terakhir Leony. "Sini duduk." Jackson menepuk tempat yang ada di sampingnya.
"Lo tau tanggal ultah gue?" Leony mengangguk. "Kapan?"
"15 Maret."
"Tau dari mana?"
"Dari fb lo. Anissa yang kasih tau fb lo."
Jackson mengangguk. "WA juga tau dari Anissa?"
Leony tersedak ludahnya sendiri dan menatap Jackson tidak percaya. "Lo tau darimana?"
"Sebelum lo punya WA gue, gue udah punya WA lo."
Leony membelakkan matanya. "Mau ngapain lo dengan WA gue."
"Mau chat, tapi gak berani. Sama kek lo. Tapi keknya lo lebih berani, lo kirim chat duluan ke gue."
Leony menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sebenarnya awalnya itu Bang Leo yang bajak, tapi habis itu gue yang balas kok."
Mereka berdua saling diam-diam. Leony yang tidak suka suasana akward langsung membuka pembicaraan. "Lo kok ada WA gue?"
Jackson menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sebenarnya gue penasaran sama lo."
"Sejak?"
"Sejak gue bantu guru di depan ruang guru, gue liat lo nampak gue kek takjub karna gue bantu guru, padahal biasanya orang-orang lihat gue takjub karna gue ganteng. Dari situ gue nilai lo beda sama yang lain." Leony diam, karna bisa kebetulan banget mereka berdua sama-sama penasaran satu sama lain di waktu yang sama.
"Terus yang di koridor?"
"Ah! Yang di koridor itu gue emang senyumnya ke lo, tapi lo gak ngerasa yaudah gue senyumnya ke Ace."
"Terus Ace?"
"Ace senyum ke lo, karna tau gue suka sama lo." Leony terdiam lagi, mendengar 4 kata terakhir.
"Lo suka sama gue?" Jackson mengangguk mantap. Leony langsung bangkit dari duduknya. "Ini gak mungkin gue pasti mimpi."
"Kenapa? Gak pernah di suka sama orang ganteng."
"Bukan gitu, gue gak percaya saja, cinta pertama gue juga suka balik sama gue. Soalnya biasanya mereka bilang cinta pertama itu menyakitkan."
"Kalau gitu, gue bakal menjadi cinta pertama dan terakhir lo."
"Emang kenapa?"
"Karna gue yakin, gue bakal cinta selamanya sama lo."
"Ehem!" Membuat Leony dan Jackson menoleh ke arah pintu masuk. "Kalian berdua jangan jadikan dunia ini jadi milik kalian berdua, inget kami juga di sini," kata Ace membuat Anissa mengangguk setuju.
Leony melihat tangan Ace ada di bahu Anissa. "Kalian jadian?"
"Yoi, jadian semalam. Serasi gak?" Tanya Ace dengan semangat.
"Kok lo gak kasih tau sih?" Tanya Leony pada Anissa.
"Ace nembaknya gak romantis, makanya gue malas cerita."
"Kok gak romantis sih?" Protes Ace.
"Yaiyalah, mana ada orang nembak di telpon tengah malam gitu."
"Itu kan biar terlihat beda dari yang lain, sayang."
"Tetap aja gak romantis."
"Kita jadian juga gimana?" Tanya Jackson membuat perhatian Leony teralih dari pasangan baru itu.
"Hari ini?"
"Bukan, 15 Maret. Hari ini dong."
"Iya."
"Mau?"
"Iya, Son."
Jackson langsung membawa Leony ke dekapannya. Leony senang menghirup parfum yang melekat di tubuh Jackson. Anissa dan Ace yang melihat mereka, Ace langsung merangkul Anissa.
Leony tidak pernah berpikir, berawal dari penasaran bisa berakhir seperti ini. Nanti pulang, Leony akan menceritakan semuanya pada Leo. Leony yakin, abangnya itu akan lebih heboh darinya.
***
Hai, ini pertama kalinya aku tulis cerpen. Semoga kalian suka dengan cerpen ini.
4 Feb 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top