Lembar 38
Malam tiba, Son Hyunwoo masih berdiri di balkon kamar Changkyun guna menunggu kedatangan Kim Taehyung. Dia berharap bahwa apa yang dikatakan Park Jimin hanyalah omong kosong, tapi mendengar bahwa Taehyung sudah bisa terluka membuatnya merasa ragu. Yoo Kihyun sendiri sudah kembali ke rumah Lee Jooheon, sementara Changkyun masih berada di bawah dan makan malam.
Kepala Pelayan Park memasuki kamar Changkyun dan menghampiri Hyunwoo. Meski si anjing besar tidak mengatakan apapun pada Kepala Pelayan Park, pria itu mengetahui kegelisahan sang Alpha.
"Tuan Son Hyunwoo," tegur Kepala Pelayan Park.
Hyunwoo menoleh. "Adakah sesuatu yang terjadi?"
"Itulah yang ingin aku tanyakan pada Tuan." Kepala Pelayan Park kemudian berdiri di samping Hyunwoo, menghadap si anjing besar.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" tegur Hyunwoo.
"Apakah sesuatu yang buruk telah terjadi? Tuan terlihat gelisah sejak tadi siang."
Hyunwoo tertegun. Dalam hati ia bertanya-tanya apakah perasaannya itu terlihat jelas. Dia kemudian menyahut, "tidak, bukan apa-apa. Tapi ... mungkinkah kau tahu kapan Tuan Kim Taehyung akan datang?"
Kepala Pelayan Park memalingkan pandangannya dan berucap penuh pertimbangan. "Seharusnya dia sudah ada di sini sekarang. Tapi kenapa belum datang juga?"
"Lim Changkyun," celetuk Hyunwoo yang berhasil kembali menarik perhatian Kepala Pelayan Park. Dia melanjutkan, "apakah dia aman berada di rumah ini meski Tuan tidak ada?"
"Tentu saja, Tuan. Tuan Kim sudah menjaga tempat ini dalam waktu yang lama sebagai tempat teraman bagi Tuan Muda."
"Kalau begitu aku akan pergi sekarang."
Tepat setelah menyampaikan niatannya, tanpa melihat respon dari Kepala Pelayan Park. Son Hyunwoo lantas menghilang dari pandangan pria itu.
"Dia tiba-tiba bersikap aneh hari ini, mungkinkah telah terjadi sesuatu?" gumam Kepala Pelayan Park.
Changkyun memasuki kamarnya setelah menyelesaikan makan malamnya. Ia langsung menuju balkon dan memandang sekitar, berpikir bahwa Taehyung sudah pulang. Tapi dia hanya menemukan Kepala Pelayan Park di sana, tanpa Son Hyunwoo.
"Hyunwoo Hyeong sudah pulang?" tegur Changkyun.
Kepala Pelayan Park segera berbalik. "Ah? Benar, Tuan Muda. Apakah Tuan Muda sudah selesai?"
Changkyun mengangguk. "Taehyung Hyeong belum pulang?"
"Belum, Tuan Muda."
"Jam berapa dia akan pulang?"
"Untuk itu aku tidak bisa memastikannya, Tuan Muda."
"Apakah dia pergi bersama Jun Hyeong?"
"Aku ada di sini sejak tadi," celetuk Jun yang tiba-tiba berada di sudut balkon.
Changkyun memandang keduanya bergantian. "Jika kalian ada di sini, lalu dengan siapa Taehyung Hyeong pergi? Aku tidak melihat ada orang lain selain kalian, apakah Taehyung Hyeong mengemudi sendiri?"
"Tuan Kim tidak mengemudi, Tuan Muda. Dia bahkan tidak bisa mendapatkan lisensi," sahut Kepala Pelayan Seo.
"Kalau begitu dengan siapa dia akan pulang?"
Kepala Pelayan Park dan Jun saling bertukar pandang. Anak manusia yang masih di bawah umur itu sedikit banyak bicara hari ini.
Kepala Pelayan Park kemudian menyahuti, "Tuan Muda bisa menanyakannya sendiri pada Tuan Kim. Jika Tuan Muda membutuhkan sesuatu, Tuan Muda bisa menemui aku di bawah. Kalau begitu, aku permisi."
Kepala Pelayan Park sekilas menundukkan kepalanya dan bergegas pergi seakan ingin melarikan diri dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan oleh Changkyun setelah ini. Dan setelah kepergian Kepala Pelayan Park, pandangannya Changkyun langsung mengarah pada Jun.
Seakan sudah mengetahui apa yang akan terjadi, Jun tiba-tiba berucap, "aku tidak tahu apapun, Tuan Muda."
"Aku tidak bertanya padamu," sahut Changkyun. Dia berbalik, hendak kembali ke kamarnya.
"Kalau begitu kenapa kau tidak mencoba bertanya padaku?"
Batin Changkyun tersentak, udara dingin tiba-tiba menyergapnya dari arah belakang. Ia berbalik dan kala itu tanpa ia sadari, wajah seseorang sudah berada di hadapannya. Tersenyum menyeringai.
"Kita bertemu lagi, bocah manis." Senyuman itu melebar, wajah licik yang dikutuk oleh Kim Taehyung. Bangsawan Park Jimin.
🥀🥀🥀🥀
Waktu menunjukkan masih cukup lama hingga tengah malam tiba, namun Lee Jooheon sudah merasa bahwa malam itu terlalu sunyi di saat ia telah menghentikan aktivitas paranormalnya. Keluar dari ruang kerjanya, Jooheon menuju ruang tamu dan bergabung bersama Kihyun yang tengah menonton televisi.
Jooheon sekilas memandang Kihyun dengan tatapan menghakimi sebelum benar-benar menghakimi arwah saudaranya itu. "Ck, ck, ck. Lihatlah sudah setua apa dirimu dan kau masih melihat siaran untuk anak-anak."
Jooheon meraih remot televisi dan memindahnya menjadi saluran televisi biasa. Hal itu tentunya membuat tatapan tajam Kihyun menghakiminya. Namun ia bersikap sangat santai.
"Kenapa? Kau pikir kau menakutkan dengan melebarkan matanya seperti itu?"
"Kapan aku bisa membawamu ke dunia bawah," gumam Kihyun, sarat akan sebuah kutukan.
Jooheon menjatuhkan pandangannya pada Kihyun. Terlihat kesal namun dalam waktu bersamaan juga terlihat malas. Dia kemudian memarahi Kihyun. Bukan karena ia kesal terhadap Kihyun, tapi hal itu terjadi karena suasana malam itu terlalu sunyi.
"Kau harus berhenti sekarang. Kenapa kau terus saja melihat Pororo di usiamu sekarang? Kau bukan lagi anak kecil, kau tidak sadar juga?"
"Jika bukan karena dirimu, aku tidak akan duduk di sini dan melihat Pororo. Semua ini adalah salahmu, Bajingan." Kihyun berujar dengan pembawaan yang tenang tapi sedikit memberikan penekanan. Dan kalimat terakhir yang ia ucapkan sempat membuat Jooheon terkejut.
"Y-ya! Berhenti mengutuk aku seperti itu. Kau benar-benar tidak menghargai pengorbananku."
"Akulah di sini yang menjadi korbanmu!" Suara Kihyun tiba-tiba meninggi. "Kau menjual jiwaku pada arwah bangsawan itu agar kau menjadi kaya."
"Tapi pada akhirnya tidak ada yang berubah dari hidupku," Jooheon menyahut, tak kalah kesal. "Aku tetap miskin dan kau tetap berada di hadapanku! Apanya yang berubah!"
"Kau mendapatkan itu sebagai karma, kau pantas mendapatkannya! Bahkan sampai aku menjadi penghuni alam bawah sekalipun, aku tidak akan membiarkanmu hidup dengan harta yang melimpah."
Kihyun beranjak berdiri dan meninggalkan Jooheon.
"Ya! Hyeong! Kau serius? Tidakkah kau terlalu kejam padaku? Aku masih hidup, setidaknya aku harus merasakan menjadi orang kaya meski hanya sekali."
Jooheon pun terabaikan ketika ia mengusik kesenangan Kihyun yang tengah menyaksikan serial anak-anak Pororo.
"Hyeong, kau ingin ke mana? Ini sudah malam. Para iblis itu mungkin akan langsung mendatangimu karena kau terlihat manis. Hyeong ..."
Jooheon langsung terlonjak ketika terdengar suara pintu yang didobrak. Dia langsung memandang Kihyun dan memprotes tindakan Kihyun.
"Apa yang sedang kau lakukan? Kau benar-benar marah hanya karena aku tidak mengizinkanmu melihat pinguin itu?"
"Bukan aku," gumam Kihyun yang terlihat bingung dengan pandangan yang mengarah ke pintu utama yang sebelumnya tiba-tiba terbuka dari luar.
Dahi Jooheon mengernyit. "Lalu? Siapa?"
Saat itulah sosok Son Hyunwoo melangkahkan kakinya memasuki kediaman Jooheon.
"Oh? Anjing besar?" celetuk Kihyun. Meski yang berada di hadapannya saat ini berwujud manusia, ia masih tetap memanggil Hyunwoo dengan sebutan yang sama.
"Anjing besar? Son Hyunwoo?" Jooheon terlihat antusias dan bergegas menghampiri Kihyun bersamaan dengan Hyunwoo yang mendatangi Kihyun.
"Kau ada di sini?" tegur Kihyun ketika keduanya sudah saling berhadapan.
"Kau ingin bertamu atau menghancurkan rumahku, Tuan Anjing besar?" Jooheon Hadir sebagai orang ketiga, namun sayangnya Hyunwoo mengabaikan keberadaannya.
"Pergilah bersamaku, Yoo Kihyun."
Bukan hanya Kihyun, Jooheon pun merasa heran dengan ucapan Hyunwoo. Jooheon kemudian kembali menengahi, "tunggu sebentar, ada masalah apa ini? Kenapa dia harus ikut bersama denganmu?"
"Aku tidak memiliki urusan denganmu."
"Tapi kau memiliki urusan dengan Kihyun Hyeong. Aku adalah wali dari Kihyun Hyeong, jadi apapun yang terjadi padanya, semua adalah tanggung jawabku."
Kihyun memberikan tatapan menghakimi dan mencibir, "kau terus mengatakan omong kosong bahkan setelah membunuhku."
Jooheon menyahuti Kihyun dengan suara berbisik. "Jangan membahas hal itu di depan orang asing, nama baikku bisa tercemari karena hal itu."
"Nama baik pantatku! Kau bahkan tidak lebih dari seorang bajingan."
"Ayo." Hyunwoo menengahi. Tak ingin ada perdebatan sia-sia, dia menarik lengan Kihyun. Dan sebelum ada yang bereaksi, sosoknya telah menghilang dari pandangan Jooheon yang tampak tertegun selama beberapa detik.
"Apa itu tadi?" Jooheon langsung berteriak setelah menyadari bahwa Hyunwoo telah menculik Kihyun.
"Y-ya! Son Hyunwoo! Mau kau kemanakan Kihyun Hyeong? Kau tidak bisa membawanya pergi begitu saja? Tidak ... paling tidak kau harus mengembalikannya. Kau mengerti?!"
Wajah Jooheon mengernyit, memikirkan hal yang membuat Kihyun berurusan dengan si anjing besar. Dia kemudian bergumam penuh pertimbangan ...
"Apa yang dilakukan oleh anjing besar dengan seorang arwah penasaran. Ini benar-benar membuatku penasaran ..."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top