Lembar 28
Jooheon membuka pintu rumahnya setelah menyelesaikan urusannya di luar pagi itu. Tidak ada suara televisi atau suara bising lainnya yang menyambutnya. Sedikit aneh, karena biasanya dia akan selalu mendengar suara Kihyun, entah itu suara makian atau nyanyian. Tapi rumahnya benar-benar terlihat sepi sejak Taehyung meninggalkan rumahnya semalam.
Melepas jaketnya dan melemparnya ke sofa, Jooheon berjalan menuju dapur. Berpikir bahwa mungkin saja Kihyun berada di sana.
"Hyeong, masih marah denganku?"
Jooheon berdiri di dekat meja makan. Dengan tangan berkacak pinggang, ia mengarahkan pandangannya ke sekeliling. Mencari hantu penasaran yang selalu memakinya.
"Hyeong, aku tahu kau di sini. Tunjukkan dirimu sekarang."
Tak ada siapapun. Bahkan hantu-hantu yang sering menumpang di rumahnya tiba-tiba menghilang. Bukan hanya itu, bahkan hantu peliharaannya pun menghilang tanpa jejak.
"Apa dia benar-benar marah padaku?" gumam Jooheon, membawa langkahnya kembali ke depan.
"Hyeong ... kau masih marah padaku? Keluarlah ... aku akan meminta maaf padamu. Kihyun Hyeong ..."
Menggaruk bagian belakang kepalanya, Jooheon lantas membuka pintu kamarnya dan segera tertegun ketika melihat Kihyun berdiri di depan cermin, tengah menata rambutnya.
"Apa yang sedang Hyeong lakukan?"
Jooheon menghampiri Kihyun, berdiri di belakang hantu itu. Jooheon melihat penampilan Kihyun dari bawah ke atas, di mana saat itu Kihyun menggunakan setelah jas tanpa dasi dengan separuh bagian depan rambutnya di singkirkan ke belakang.
Jika ada yang bertanya dari mana Kihyun mendapatkan pakaian itu, tentu saja dia membelinya. Jangan pikir dia membeli itu di Butik terkenal yang biasa di kunjungi oleh orang-orang kaya. Dunia hantu sangat mirip dengan dengan dunia manusia. Layaknya di dunia manusia, di dunia hantu sendiri juga memiliki pasar, pusat perbelanjaan ataupun taman hiburan. Hanya saja tak banyak orang yang bisa mengetahui tempat itu. Bahkan jika orang biasa yang kini melihat cermin di hadapan Kihyun, tentu saja mereka tidak akan menemukan apapun selain Jooheon.
"Dari mana Hyeong mendapatkan pakaian ini?"
"Tentu saja aku membelinya."
"Hyeong ingin pergi kemana?"
"Tuan Taehyung mengundangku ke rumahnya, mungkin dia ingin memberikan sesuatu yang istimewa padaku."
"Cih! Jangan bermimpi ... lagi pula Tuan Taehyung tidak mungkin menemuimu orang saat siang hari."
"Setidaknya aku akan mendapatkan sesuatu yang menarik di sana."
"Sesuatu apa?" selidik Jooheon.
Kihyun berbalik, memasukkan satu tangan di dalam saku celana. Dia lantas berucap, "pecundang sepertimu tidak akan pernah mendapatkan sesuatu seperti itu. Jaga rumah baik-baik dan jangan mencariku jika aku tidak pulang."
Kihyun berjalan keluar, namun Jooheon mengikutinya.
"Hyeong ingin pergi saat siang? Hyeong tidak takut dengan matahari?"
Kihyun menghentikan langkahnya. Memberikan tatapan sinisnya pada Jooheon dan berucap, "sejak kapan aku takut pada matahari? Bukakan pintunya!"
"Kau bisa melewatinya, untuk apa aku membukakan pintu untukmu?"
"Aku bilang buka ..." ucap Kihyun dengan sedikit memberikan penekanan.
Dahi Jooheon mengernyit. Ia lantas berjalan ke arah pintu dan membukanya. Kihyun kemudian melewatinya begitu saja.
"Jangan lama-lama."
"Aku tidak akan pulang, jangan mencariku," acuh Kihyun yang bergegas meninggalkan rumah tanpa mempedulikan Jooheon.
Jooheon menatap tak percaya dan bergumam, "sejak kapan selera fashionnya berubah?"
Dia berteriak, "jika tersesat, jangan hubungi aku," kemudian menutup pintu rumahnya dengan membawa gelengan kepalanya.
Pagi itu Changkyun sarapan di meja makan di temani Hyunwoo dalam wujud manusia yang duduk berseberangan dengannya, dan hal itu membuat Changkyun sedikit merasa canggung. Bahkan untuk menelan makanan saja rasanya sangat sulit dan membutuhkan bantuan air. Namun saat minum pun dia hampir tersedak karena Hyunwoo terus memperhatikannya.
Sesekali Changkyun mencuri pandang. Atau paling tidak menatap ke sekeliling untuk menemukan keberadaan kakek Chunghee dan juga Junhee. Sedangkan Taehyung? Changkyun tak ingin lagi bertanya karena sepertinya ia sudah mulai terbiasa dengan ketidak beradaan Taehyung saat siang hari.
"Jika kau makan seperti itu, kapan kau akan selesai?" tegur Hyunwoo.
Changkyun menaruh sendok di tangannya dan mendorong piring di hadapannya. "Aku sudah selesai."
Hyunwoo memandang piring Changkyun yang belum kosong. "Kau belum menghabiskannya."
"Aku sudah kenyang."
"Pantas saja kau kurus," ujar Hyunwoo dengan senyum tipisnya. "Kau tidak ingin bertanya sesuatu padaku?"
Changkyun menatap ragu. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, tapi perasaan canggung itu berhasil membelit lidahnya setiap kali melihat Hyunwoo dalam wujud manusia.
"Tidak apa-apa, katakan saja."
"Hyeong ... tidak makan?" tanya Changkyun dengan hati-hati.
"Aku hidup, tentu saja aku makan."
"Apa yang Hyeong makan?"
"Daging."
"Daging ... apa?"
"Manusia."
Changkyun terperangah, namun Chunghee yang mendengarnya justru tertawa tanpa suara di susul oleh senyum lebar Hyunwoo kemudian.
"Aku bercanda ... sudah ribuan tahun aku tidak makan daging manusia."
Dahi Changkyun mengernyit. "Tapi, Hyeong pernah memakan daging manusia?"
"Tentu saja pernah. Sebelum kami hidup berbaur dengan para manusia, pikiran kami masih primitif dan kami menyerang manusia untuk bertahan hidup."
Changkyun memalingkan wajahnya sembari menggaruk tengkuknya. Dia bergumam, "itu ... terdengar mengerikan."
"Itu sudah ribuan tahun yang lalu. Aku melarang semua orang di Pack-ku memakan daging sejak aku mengenal ayahmu."
Changkyun mengangguk-anggukkan kepalanya, namun di detik berikutnya batinnya tersentak. Memikirkan kembali ucapan Hyunwoo yang sepertinya tak masuk akal.
Changkyun kembali memandang Hyunwoo dan berucap, "ayah yang mana?"
Hyunwoo memandang dengan tatapan bertanya. Sepertinya dia juga tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan sebelumnya pada pemuda itu.
"Hyeong bilang ribuan tahun yang lalu, tapi ayahku baru berusia limapuluh tahun."
"Ah ... itu ..." Hyunwoo menggaruk bagian belakang kepalanya, tampak kebingungan untuk memberikan penjelasan pada Changkyun.
"Mungkinkan ayahku telah bereinkarnasi?"
"Ah, benar ... itu yang ingin kukatakan."
"Jadi ayahku juga mengenal Hyeong."
"Tidak, tidak ... aku tidak pernah menemuinya, dan dia pasti tidak ingat lagi dengan hal itu."
Changkyun mengangguk mengerti dan beranjak dari duduknya. "Aku ingin menonton televisi."
Changkyun pergi dan Hyunwoo bernapas lega. Namun dari belakang Chunghee datang.
"Tuan harus lebih berhati-hati, Tuan Muda adalah orang yang sangat teliti."
"Sepertinya akan lebih aman jika aku tetap pada wujud Serigalaku."
Hyunwoo beranjak dari duduknya dan menyusul Changkyun. Dan seperti ucapannya barusan, ia merubah wujudnya menjadi seekor Serigala.
Changkyun yang saat itu hendak menuju ruang keluarga justru berhenti di ruang tamu. Tampak mempertimbangkan sesuatu, sebelum ia yang sedikit kaget ketika merasakan bulu halus menyapa telapak tangannya. Pandangan pemuda itu jatuh ke samping dan mendapati Hyunwoo yang telah berubah menjadi Serigala.
"Kenapa Hyeong berubah menjadi Anjing?"
Ingin rasanya Hyunwoo memasukkan kepala Changkyun ke dalam mulutnya setiap kali pemuda itu menyebutnya Anjing.
"Ada yang datang," gumam Changkyun yang kemudian berjalan menuju pintu di ikuti oleh Hyunwoo.
Entah mendapatkan keberanian dari mana hingga pemuda itu mau membuka pintu ketika ia tahu bahwa yang tengah bertamu ke rumahnya bukanlah manusia. Melainkan Kihyun yang sudah berdiri di depan pintu.
Kihyun bergegas masuk dengan menembus pintu, namun bukannya menembus, dia justru harus berakhir dengan memegangi keningnya dengan suara rintihan ketika ia tidak bisa menembus pintu kediaman Taehyung. Dan satu fakta yang ia lupakan karena sudah lama tidak mengunjungi rumah itu, bahwa tidak ada yang bisa memasuki bangunan itu tanpa permisi.
Berinisiatif untuk menekan bel, pintu di hadapannya terbuka dan menampakkan sosok pemuda yang pergi bersama Taehyung ke rumah Jooheon semalam. Keduanya sama-sama tertegun untuk beberapa detik.
"Hai," ucap Kihyun sedikit canggung.
Namun mata Kihyun segera memicing ketika melihat sesuatu yang aneh di balik punggung Changkyun. Terdapat sebuah ekor yang bergerak ke kanan dan kiri. Kihyun bingung, dia tahu bahwa pemuda di hadapannya itu adalah manusia, tapi kenapa pemuda itu memiliki ekor yang menyerupai ekor Anjing.
"Hyeong, mencari siapa?" tegur Changkyun. Tak berbeda dengan Kihyun, sama-sama merasa canggung.
"Aku ... Tuan Taehyung mengundangku kemari ... semalam. Kau ingat denganku, bukan?"
Changkyun mengangguk. "Kalau begitu, silahkan masuk."
Changkyun menyingkir dari pintu dan membuat Kihyun memekik kaget ketika mendapati sosok Hyunwoo.
"Heol! Anjing?"
Langkah Changkyun terhenti, dan satu lagi orang yang ingin Hyunwoo masukkan ke dalam mulutnya. Pria asing yang baru pertama kali ia lihat.
"Kau punya Anjing?"
"Dia bukan milikku."
Kihyun tersenyum tak percaya. "Aku pikir tadi itu adalah ekormu."
"Aku ... manusia."
"Apa dia galak? Apa dia suka menggigit orang?"
"Dia orang baik."
Kihyun tertawa pelan. "Kenapa kau menyebut hewan sebagai orang?"
Kihyun mendekati Hyunwoo dan menjatuhkan kedua lututnya di hadapan Hyunwoo, membuat wajah keduanya saling berhadapan. Netra Hyunwoo mengerjap beberapa kali, tak sedikitpun ia memalingkan pandangannya dari sosok asing yang menatapnya penuh dengan kekaguman itu.
"Aigoo ... besar sekali ... aku tidak pernah bertemu Anjing yang sebesar ini. Di mana kau membelinya?"
Changkyun menggeleng. "Dia tidak di jual."
Senyum Kihyun melebar. Tangannya terangkat, mengarahkan jari telunjukkan ke hidung Hyunwoo. Berniat untuk menyentuhnya namun justru berakhir dengan raut wajahnya yang tampak kesal ketika telunjuknya justru menembus hidung Hyunwoo.
"Aish ... benar-benar," gerutu Kihyun yang kemudian beranjak berdiri.
"Oh! Tuan Kihyun kemari?" tegur Chunghee yang langsung datang mendekat.
"Apa kabar? Lama tidak bertemu dengan Kakek."
"Aku baik-baik saja. Tumben sekali datang kemari."
"Tuan Taehyung mengundangku kemari."
"Begitukah?"
"Ye."
"Kalau begitu silahkan masuk."
Changkyun dan Kihyun berjalan menuju sofa, sedangkan Chunghee terlebih dulu menutup pintu. Keduanya duduk berhadapan, dengan Hyunwoo yang menempatkan diri di samping sofa yang di duduki oleh Changkyun.
"Bagaimana kabar Tuan Yoo?" tegur Chunghee begitu ia bergabung.
"Aku baik-baik saja. Tapi ... siapa anak ini?"
"Tuan Yoo belum tahu?"
"Tidak."
"Tuan Muda Kim Changkyun adalah putra dari Nyonya Jung Soyoung."
"Oh! Putra dari Nyonya."
"Benar, aku pikir Tuan Taehyung sudah memberi tahu Tuan Yoo."
"Dia tidak mengatakan apapun padaku."
"Baiklah kalau begitu, aku mohon undur diri."
Chunghee pergi, meninggalkan Changkyun dan Hyunwoo yang berhadapan dengan tamu asing mereka. Changkyun yang tidak bisa memulai pembicaraan terlebih dulu pun mencondongkan tubuhnya ke arah Hyunwoo.
Memegang telinga panjang Hyunwoo. Changkyun lantas berbisik, "Hyeong jadi manusia dulu."
Hyunwoo bergidik, merasa geli saat hembusan napas Changkyun menerpa bulu-bulu di sekitar telinganya. Keduanya bertemu pandang dan menarik perhatian Kihyun.
"Kau bisa berbicara dengannya?"
Changkyun mengangguk ragu.
"Dia ... bukan Anjing jadi-jadian, kan?"
Tak ingin menjawab, Changkyun memberanikan diri untuk memulai pembicaraan di antara keduanya di saat Hyunwoo tak menuruti permintaannya.
"Nama Hyeong siapa?"
"Yoo Kihyun. Siapa nama Anjingmu?"
"Son Hyunwoo Hyeong."
"Hyeong?" Sebelah alis Kihyun terangkat. "Kau memanggil seekor Anjing dengan sebutan 'Hyeong'?"
Changkyun mengangguk sembari sekilas memandang Hyunwoo yang sama sekali tak bereaksi. Dan hari itu adalah hari perkenalan keduanya. Meski di awali dengan perasaan canggung, sikap Kihyun yang mudah berteman cukup membantu Changkyun yang tergolong sebagai anak pendiam.
Cukup lama Kihyun berada di sana, dan bahkan sepertinya ia sudah melupakan waktu ketika sedikit demi sedikit, Changkyun menjadi teman berbicara yang baik. Dan tentu saja bersama seekor Serigala yang mereka sebut sebagai Anjing, berada di sisi mereka.
Sangat asing, namun dalam waktu bersamaan terasa sangat familiar. Itulah kesan Hyunwoo pada Kihyun di pertemuan pertama mereka hari itu yang membuatnya selalu memperhatikan setiap perubahan pada garis wajah Kihyun. Mencoba mencari perasaan familiar seperti apakah yang ia rasakan ketika melihat Kihyun. Dan karena hal itulah, Hyunwoo merasa enggan untuk berubah ke dalam wujud manusianya.
Selesai di tulis : 07.05.2020
Di publikasikan : 07.05.2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top