Lembar 27

    Kihyun keluar dari kamar Jooheon tanpa harus repot-repot membuka pintu dan memilih alternatif paling mudah, yaitu menembus apapun yang berada di hadapannya. Membawa kemarahannya yang belum cukup terlampiaskan, arwah penasaran itu langsung keluar dari kediaman Jooheon.

    Pandangan Changkyun yang sempat mengikuti pergerakan Kihyun pun beralih pada Taehyung yang masih mempertahankan senyum di kedua sudut bibirnya.

    "Hyeong," tegur Changkyun, ingin memastikan apakah hantu itu benar-benar telah membunuh laki-laki bernama Lee Jooheon itu.

    Taehyung menjatuhkan pandangannya, namun sebelum ia sempat berbicara, pintu kamar Jooheon terbuka dengan kasar dari dalam. Menarik perhatian keduanya.
    Dari sana Jooheon keluar dengan penampilan yang berantakan. Rambut acak-acakan, kaos compang-camping dan jangan lupakan bekas cakaran di sekitar wajah, leher, hingga lengan. Membuat orang yang melihatnya berpikir dengan siapakah dia berkelahi sebelumnya.

    Menghilangkan sopan santun yang sempat ia tunjukkan kepada kedua tamunya. Jooheon segera menjatuhkan tubuhnya di sofa yang berseberangan dengan Taehyung. Duduk seenaknya seakan tengah menegaskan bahwa dialah yang berkuasa di rumahnya.

    Menyandarkan punggungnya, Jooheon menatap jengah ke arah Taehyung yang tersenyum seperti tengah mengejeknya.

    "Berhenti tertawa dan jika kau sudah puas, cepat tinggalkan rumahku."

    "Aku sudah sering memperingatkanmu ..."

    Jooheon dengan cepat memotong ucapan Taehyung dengan tak sabaran, "kau mendapatkan sebanyak yang kau berikan, dan kau kehilangan sebanyak yang kau ambil. Aku tahu! Tidak usah mengingatkanku lagi!"

    Pandangan Jooheon lantas menemukan tatapan menghakimi milik pemuda yang duduk di samping Taehyung. "Kenapa melihatku seperti itu? Kau tidak pernah melihat manusia? Tidak sopan memandang Tuan rumah seperti itu, bocah!"

    Taehyung berdehem dan seketika menarik perhatian Jooheon. Saat itu Jooheon langsung menyandarkan kepalanya, menghadap langit-langit dan berteriak frustasi.

    "Arghh ... aish ... aku bisa gila ..."

    "Kau memang sudah gila," sahut Taehyung.

    Jooheon lantas menegakkan tubuhnya dan berusaha berbicara lebih serius dengan tamu tak di undangnya itu. "Kita permudah saja. Jadi ... ada perlu apa Tuan kemari?"

    "Hanya ingin bertamu."

    Jooheon menghela napasnya. "Setelah membuat keributan di istana Gyeongbok dan sekarang di rumahku. Apa itu belum cukup untuk membuatmu merasa puas?"

    "Bicaramu kasar sekali," gumam Taehyung yang masih tak terpancing dengan nada bicara Jooheon yang meninggi.

    "Dan satu lagi! Dari mana Tuan mendapatkan anak ini? Anak siapa ini?"

    "Lim Changkyun."

    "Ye?" Changkyun dengan cepat memandang Taehyung.

    "Dia bertanya padamu. Berikan dia jawaban."

    Jooheon menatap tak percaya, dan Changkyun lantas kembali menjatuhkan pandangannya pada Jooheon. Pemuda itu berucap, "ibuku bernama Jung Seoyoung, dan ayahku bernama Daniel Lim."

    Jooheon sejenak menggaruk kepalanya, terlihat sedikit bingung ketika ingatannya seperti mengenal nama itu. "Jung Seoyoung ... maksudmu nyonya Jung Seoyoung?"

    Changkyun mengangguk ragu dan setelahnya Jooheon memekik tak percaya, "sungguh?" Pandangan Jooheon beralih pada Taehyung yang hanya memberikan seulas senyum simpul.

    Setelahnya Jooheon terkekeh dengan tatapan sinis yang menghakimi Taehyung. "Tidak heran jika anak ini bersama Tuan."

    "Sebuah kebenaran telah memilih waktu yang tepat untuk di ungkapkan."

    Kebodohan itu kembali terlihat di wajah Jooheon. "Apa maksud Tuan?"

    "Tutup, mulutmu." Seulas senyum ramah yang membuat Jooheon bergidik terlihat melukis wajah Taehyung dengan sempurna.

    Taehyung dan Changkyun keluar dari rumah Jooheon tanpa di antarkan oleh sang Tuan rumah. Mobil yang di kemudikan oleh Junhee tiba-tiba berhenti di tepi jalan, namun saat itu perhatian Changkyun tersita oleh sosok Kihyun yang duduk di pinggir jalan dengan kepala yang menunduk dalam.

    "Masuklah lebih dulu."

    Perhatian Changkyun teralihkan oleh teguran dari Taehyung. Pemuda itu lantas melewati tempat Kihyun dan segera masuk ke dalam mobil. Namun dari dalam mobil, ia tetap memandang sosok hantu yang kini di hampiri oleh Taehyung itu. Entah kenapa sosok Kihyun berhasil menarik perhatian Changkyun. Meski sebelumnya pemuda itu sempat melihat tindakan anarkis hantu itu yang berniat membunuh Jooheon, tapi pemuda itu sama sekali tidak merasakan kebencian dari diri Kihyun.

    Meninggalkan Changkyun. Taehyung mendekati Kihyun dan berdiri di hadapan Kihyun yang justru memalingkan wajahnya ketika ia menemukan ujung sepatu milik Taehyung. Hantu itu menangis, terlihat wajahnya yang masih basah oleh air mata. Sebelumnya dia sangat marah. Tapi setelah Taehyung kembali menggagalkan aksi balas dendamnya, dia merasa frustasi dan pada akhirnya kembali menangis di depan rumah Jooheon seperti hari-hari sebelumnya.

    Taehyung menghela napasnya dan menjatuhkan satu lututnya. Tangannya terangkat untuk menyentuh bahu Kihyun yang belum berniat untuk memandangnya.

    "Jangan terlalu menganggapnya serius ... jika kau menggunakan tanganmu untuk membunuh seseorang, apakah kiranya yang akan kau dapatkan?"

    Kihyun menghapus air matanya dengan kasar dan berucap dengan lirih, "aku tidak tahu ... siapa juga yang ingin seperti ini? Manusia memang harus mati ... tapi aku tidak ingin mati dengan cara seperti ini ..."

    Sudut bibir Taehyung terangkat dengan lembut. Memberikan senyum tipis menenangkan yang bahkan tak mampu di lihat oleh Kihyun yang kini justru terisak dengan kepala yang semakin menunduk dalam.

    "Aku bisa membantumu jika itu orang lain. Tapi sayangnya itu adalah Lee Jooheon ... haruskah aku meminta maaf untuk hal ini?"

    Kihyun memaksakan tangisnya untuk berhenti dan memutuskan untuk memandang balik Taehyung dengan membawa sebuah tuntutan.

    "Memangnya kenapa jika itu dia? Bajingan itu tidak bisa hidup tanpa membunuh orang ... kenapa Tuan tetap membiarkan dia hidup? Manusia seperti itu tidak pantas untuk hidup!"

    Senyum Taehyung kembali mengembang. Dia kemudian berucap, "berhenti menyesali nasib burukmu saat ini ... inilah jalan yang harus kau lewati untuk bisa mendapatkan Takdirmu yang sesungguhnya."

    "Mungkinkah arwah penasaran sepertiku masih memiliki masa depan atau Takdir? Tidak! Takdir terbaik dari arwah penasaran sepertiku hanya pergi ke Alam baka dengan tenang!" tandas Kihyun.

    Taehyung menarik tangannya dari bahu Kihyun dan terkekeh pelan. "Kenapa kau tidak mengerti juga?"

    "Apa yang tidak aku mengerti?"

    "Sekarang biarkan aku bertanya ... benarkah kau ingin membunuh seseorang bernama Lee Jooheon?"

    "Tentu saja, kenapa Tuan menanyakan hal itu?"

    "Jawab saja ... benarkah kau sangat membenci Lee Jooheon?"

    Kihyun mengangguk.

    "Lalu? Kapan kiranya kau akan berubah menjadi Hollow?"

    Kihyun terdiam, bingung, tak memiliki jawaban dan masih berpikir. Lalu setelahnya berucap, "apa hubungannya dengan aku menjadi Hollow?"

    "Hanya Roh yang telah berubah menjadi Hollow yang bisa membunuh manusia. Dan hanya Roh yang di penuhi oleh kebencian lah yang bisa menjadi Hollow ... jadi, kapankah kiranya kau bisa menjadi Hollow, Tuan Yoo Kihyun?"

    Mata Kihyun mengerjap. Merasa bingung ketika ia mengingat sebuah fakta, bahwa seharusnya dengan kebencian yang ia simpan untuk Lee Jooheon hingga detik ini sudah cukup sebagai modal baginya untuk menjadi Hollow. Namun hingga detik ini dia merasa baik-baik saja.

    "Kenapa ... kenapa aku tidak menjadi Hollow?"

    Taehyung kembali terkekeh dan berucap, "itulah sebabnya aku bertanya padamu ... apa kau berpikir hatimu benar-benar membenci Lee Jooheon? Apakah kau berpikir bahwa hatimu benar-benar ingin membunuh Lee Jooheon?"

    "Aku membencinya. Dia membunuhku, sudah jelas aku membencinya ..."

    Taehyung mengangkat jari telunjuknya di hadapan keduanya. "Hanya lisanmu. Hatimu tidak benar-benar memiliki kebencian terhadap siapapun ... jangan kau kira aku tidak tahu. Aku mengetahui semua bahkan sebelum kau melihat wajahku."

    Taehyung mengedipkan sebelah matanya sebelum beranjak berdiri. Menjatuhkan pandangannya pada sosok Kihyun yang tengah di landa kebingungan, ia pun berucap dalam hati, "kau adalah Roh suci yang bahkan tak akan bisa menyimpan kebencian, meski sebesar apapun kemarahanmu."

    Taehyung menghela napasnya dan sejenak memandang sekitar sebelum pandangannya kembali terjatuh pada Kihyun. "Pulanglah ... dia akan merasa kehilanganmu jika kau pergi. Selamat malam, Tuan Yoo Kihyun."

    Berbalik membelakangi Kihyun yang tak berkutik sama sekali. Taehyung bergegas masuk ke dalam mobil dan langsung di sambut oleh tatapan menginterogasi milik Changkyun yang hanya ia balas dengan seulas senyum ringan.

    "Kita pulang sekarang, Tuan?"

    "Tentu."

    Junhee lantas melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Jooheon. Menutup wisata malam kali ini. Namun seakan masih berat untuk meninggalkan tempat itu, Changkyun sesekali menoleh ke belakang untuk melihat sosok Kihyun yang tak kunjung pergi dari sana, hingga perhatian pemuda itu teralihkan ketika Taehyung merangkul bahunya dan menariknya mendekat.

    "Kau menyukainya?"

    Entah apa yang terjadi pada Changkyun. Pemuda itu mengangguk dengan mudahnya dan kembali memandang ke belakang. Melihat sosok Kihyun untuk yang terakhir kalinya.

    "Jun."

    "Ye, Tuan."

    "Kirimkan undangan untuk tamu kita, besok."

    "Ye."

    Changkyun mengehela napasnya ketika Junhee tiba-tiba menghilang dari kursi kemudi dan menjadikan mobil itu sebagai mobil ajaib yang bisa berjalan sendiri. Tak ingin ambil pusing. Changkyun lantas mendekat pada Taehyung dan langsung memeluk laki-laki itu tanpa rasa sungkan. Mencari posisi paling nyaman untuk mengambil waktu istirahatnya, karena entah kenapa, setiap kali memeluk Taehyung. Pemuda itu merasakan perasaan yang sama ketika ia memeluk ayahnya sendiri, meski sudah sangat lama dia tidak pernah lagi memeluk ayahnya.

    Sudut bibir Taehyung terangkat dengan lembut di susul oleh kedua tangannya yang membalas pelukan dari pemuda itu. Sedangkan di tempat yang sebelumnya di tinggalkan oleh keduanya. Kihyun masih terduduk di sana.

    Angin yang cukup kencang datang menghampiri tempat Kihyun, membuat pandangan hantu itu terangkat dan menemukan sosok Junhee sudah berdiri di hadapannya. Kihyun mendongak, menatap penuh tanya pada ajudan Kim Taehyung itu.

    Tak membutuhkan pertanyaan secara lisan. Junhee lantas berucap, "besok, Tuan mengundangmu ke rumah. Pastikan kau memenuhi undangan ini," sebuah undangan yang dengan cepat tersapu oleh angin yang kembali berhembus.

    Junhee menghilang dari hadapan Kihyun tanpa menyisakan apapun setelah udara kembali tenang. Memutuskan untuk berhenti menangis ketika hatinya telah kembali membaik. Kihyun lantas mengarahkan pandangannya ke arah di mana Taehyung pergi sebelumnya.

    Dia lantas bergumam, "siapa bocah itu?"





Selesai di tulis : 08.04.2020
Di publikasikan : 22.04.2020

   

   

   

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top