Lembar 22

    Menuju destinasi ke tiga. Changkyun berjalan dengan di apit oleh Taehyung dan juga Jimin berjalan menyusuri komplek Istana Gyeongbok. Changkyun yang tetap menggandeng lengan Taehyung sesekali memandang Jimin dengan tatapan was-was di saat pemuda itu yang sesekali mengibaskan Cheopseon di tangannya dengan cara yang sangat elegan.

    "Aku tahu aku sangat tampan, kau tidak perlu mengangumiku sampai seperti itu." gumam Jimin yang kemudian menjatuhkan pandangannya pada Changkyun dengan seulas senyum ramahnya. Namun saat itu Changkyun justru semakin merapat pada Taehyung.

    "Jangan berusaha meracuni pikirannya, dia masih bersih. Tidak sepertimu." perkataan dari seorang teman yang kemudian membuat Jimin mencibir tanpa suara.

    Setelah berjalan cukup jauh. Pendengaran Changkyun menangkap sebuah alunan musik tradisional. Namun saat itu pula tengkuknya meremang, terasa makin berat dan lebih berat lagi ketika mereka semakin mendekati suara alunan musik itu.

    Jimin yang sepertinya menyadari hal itupun kembali menjatuhkan pandangannya pada Changkyun. Sejenak memandang Taehyung yang tak menunjukkan reaksi apapun.

    "Kau tidak tahu, apa tidak peduli?" sebuah pertanyaan yang terucap bagai sebuah sindiran.

    Taehyung menghentikan langkahnya dan berhadapan dengan Jimin. Jimin lantas menggerakkan dagunya sebagai sebuah isyarat pada Taehyung dan Taehyung pun menjatuhkan pandangannya pada Changkyun yang menunduk dalam, masih dengan memeluk lengannya.

    "Kau belum mengatasi ketakutannya, kenapa membawanya kemari?" tanpa meminta izin dari Taehyung terlebih dulu, Jimin mengusap puncak kepala Changkyun. Menggerakkan ke belakang kepala pemuda itu beberapa kali sebelum menarik tangannya kembali dan mengibaskannya untuk beberapa kali.

    "Lim Changkyun." panggilan dari suara tenang Taehyung yang kemudian membawa Changkyun mengangkat wajahnya.

    Pemuda itu segera meraba tengkuknya, merasa begitu ringan dan perasaan yang memberatkannya sebelumnya tiba-tiba menghilang.

    "Kau takut?"

    Changkyun memandang Taehyung tanpa bersedia berucap, karna tatapan matanya sudah menjelaskan semuanya. Dia tahu tidak ada manusia di sana, dan di balik suara alunan musik itu. Dia yakin bahwa di sana ada begitu banyak hantu.

    "Tidak ada yang akan menyakitimu. Asal kau tahu, pamanmu ini adalah orang yang paling di takuti di sini."

    Jimin dengan gemas memukul kepala Taehyung menggunakan Cheopseon yang terlipat di tangannya. "Berhenti menyuruhnya untuk memanggilku 'Paman'! Jika aku 'Paman', lalu kau apa?"

    Tak banyak bicara, Taehyung hanya memandang teman lamanya itu dalam diam dan seketika membuat Jimin gugup. Menyadari kesalahan kecil yang baru ia lakukan. Dia kemudian merapatkan kakinya dan segera membungkukkan badannya dengan hormat di hadapan Taehyung.

    "Aku minta maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi."

    Taehyung menarik lembut Changkyun dan membawanya pergi, meninggalkan Jimin dengan senyum masamnya. Tanpa menegakkan tubuhnya, Jimin mengarahkan pandangannya pada punggung kedua orang yang baru saja meninggalkannya.

    Dia bergumam, "kau bersikap seperti pria terhormat, bajingan tengik!"

    "Tuan ingin mengambil Lost Child?"

    Jimin menoleh ke arah sebaliknya dan kedua netranya memicing tajam ketika wajah Hyojung berada tepat di depan wajahnya. Jimin menegakkan tubuhnya dan segera memukul kepala Hyojung menggunakan Cheopseon nya, membuat gadis itu menegakkan tubuhnya sembari mengernyit dengan tangan yang mengusap kepalanya.

    "Kenapa Tuan selalu saja memukulku?" protes gadis cantik itu.

    "Berhenti menguping, dasar penguntit!"

    Sebuah cengiran tiba-tiba terlihat di wajah Hyojung, membuat Jimin menatapnya dengan penuh kecurigaan. Hyojung lantas mendekat.

    "Apa yang ingin kau lakukan?"

    Dengan senyum lebar yang masih tertahan di bibirnya, Hyojung berujar dengan suara yang pelan, "Tuan... Ingin mengkhianati Tuan Taehyung?"

    Wajah Jimin terlihat datar. "Kenapa kau berpikir seperti itu?"

    "Pangeran kecil tadi... Bukankah itu Lost Child? Jika Tuan mendapatkan anak itu, bukankah Tuan bisa hidup abadi? Tentu saja Tuan tidak akan terkalahkan." kalimat terakhir yang di tutup dengan tatapan sinis.

    Seketika senyum miring tercetak di wajah Jimin, membuatnya terlihat sangat licik dan membuat Hyojung menatap penuh selidik.

    "Tuan... Akan benar-benar mengkhianati Tuan Taehyung?"

    Tak mencoba menjawab, Jimin membuka Cheopseon nya dan menggunakannya untuk menutupi senyum liciknya ketika telah berhasil menemukan kelemahan dari Kim Taehyung yang Agung itu.

    Dengan tawa sinis yang keluar dari mulutnya. Dia berbalik dan berjalan menyusul kepergian Taehyung dan Changkyun dengan hujatan yang di lontarkan oleh Hyojung di balik punggungnya.

    "Jika seperti ini, Tuan benar-benar terlihat licik! Lihat saja nanti, jika Tuan berulah. Tuan Taehyung akan benar-benar membunuhmu kali ini."

    Bukannya takut, tawa Jimin justru semakin terdengar lebih keras. Dia berujar di sela tawanya, "sebelum itu terjadi, aku yang akan membunuh jiwanya terlebih dulu."

    Di sisi lain, Taehyung menggaruk telinganya. Merasa tak nyaman dengan suara tawa Jimin yang masuk ke dalam pendengarannya.

    Dia bergumam, "bajingan kecil!"

    Changkyun yang mendengarnya pun mendongak, namun malah mendapati senyuman lembut dari Taehyung.

    "Hyeong, kapan kita akan pulang?"

    "Setelah ini, masih ada satu orang lagi yang harus kau temui malam ini."

    "Malam ini?" Taehyung bergumam untuk menjawab, dan bukankah itu berarti bahwa kejadian seperti ini bisa saja terulang di malam selanjutnya. Changkyun menggeleng, tak ingin sekedar membayangkan apa yang akan terjadi pada hidupnya setelah ini.

    Memasuki sebuah gerbang kayu. Changkyun di suguhkan dengan pemandangan yang mengagumkan sekaligus mengerikan, di mana ada begitu banyak orang yang mengenakan Hanbok dan tampak tengah menikmati pertunjukkan yang berada di tengah halaman yang sangat luas. Changkyun tahu, saat ini dia tidak sedang berada di antara manusia yang tengah berpesta, melainkan sekumpulan hantu.

    Langkah yang sempat terhenti itupun kembali berjalan, menapaki halaman dan seketika hawa dingin menyelimuti tempat itu. Membuat semua orang berhenti bergerak dan serempak menoleh kepada dua tamu yang tak di undang masuk ke dalam pesta mereka.

    Alunan musik berhenti. Changkyun merasakan suasana yang mencekam ketika semua pasang mata mengarah pada mereka. Namun sedetik kemudian, semua menyingkir, membukakan jalan untuk mereka berdua dan serempak berlutut dengan kepala yang menunduk dalam.

    Changkyun memandang Taehyung yang hanya menatap lurus ke depan dengan wajah yang terlihat begitu tenang seakan ia tak melihat apapun. Tak berani melontarkan pertanyaan, Changkyun kembali menjatuhkan pandangannya. Melihat satu persatu hantu yang ia lewati, di mana beberapa hantu sempat memandangnya ketika ia lewat.

    Langkah keduanya terhenti di tengah halaman dengan semua hantu yang berlutut mengelilingi mereka, dan Changkyun merasa ada yang salah di sana. Kenapa semua hantu di sana terkesan takut pada Taehyung, atau mungkin lebih tepatnya sangat menyegani Taehyung.

    "Ya ampun... Apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba berhenti? Padahal aku baru datang." keluh Jimin yang entah datang dari mana dan tiba-tiba menghampiri Taehyung dan Changkyun dengan Cheopseon yang kembali terlipat. Dia sekilas bertemu padang dengan Taehyung dan terkesan mengacuhkan teman lamanya tersebut.

    Jimin menempatkan diri di balik punggung Taehyung, dia mengarahkan pandangannya pada rakyatnya yang menunduk dalam seakan tengah menyambut kedatangan Raja di Negeri mereka. Dia kemudian berujar dengan lantang namun terkesan begitu santai, "apa yang sedang kalian lakukan? Aku baru datang, kenapa pestanya tiba-tiba di hentikan? Sangat tidak menarik." sebuah gerutuan di kalimat terakhir.

    "Siapa yang beraninya mengacaukan pestaku?" sebuah suara tenang menarik perhatian semua orang. Saat itu pintu Paviliun di hadapan Taehyung dan Changkyun terbuka. Namun bertepatan saat sebuah kaki melangkah keluar, saat itu angin kencang tiba-tiba berhembus layaknya sebuah badai yang hendak menghantam tubuh Changkyun dan Taehyung.

    Jimin yang saat itu posisinya di balik punggung Taehyung pun segera melangkah ke depan Taehyung sembari membuka Cheopseon di tangannya dan menggerakkannya ke depan, mendorong ke atas seakan tengah menangkis sesuatu. Dan saat itu angin yang berpusat dari bawah kaki berhembus tak kalah kencang ke arah berlawanan dengan angin sebelumnya hingga kedua angin itu bertabrakan sebelum menghantam sosok Bangsawan muda yang saat itu telah menampakkan diri.

    Pemuda yang mengenakan Hanbok itu mengangkat lengannya untuk menutupi wajahnya dan menurunkannya kembali setelah angin di sana kembali menjadi tenang.

    Jimin melipat kembali Cheopseon nya dan menyembunyikannya ke balik punggungnya. Dia berujar dengan lantang, "bukan seperti ini cara untuk menyambut tamu, Lee Dongmin!"

    "Cha Eunwoo!" balas Bangsawan muda itu, begitu tenang namun sangat menakutkan.

    Cha Eunwoo, hantu Bangsawan muda dari Joseon. Seorang Pangeran bernama Lee Dongmin, namun memilih mengganti nama karna menurutnya Lee Dongmin terlalu kuno untuk pemuda rupawan sepertinya. Sejarahnya sendiri, dia adalah seorang Pangeran yang melakukan kudeta kepada kakaknya sendiri yang kemudian menemui ajalnya dalam pemberontakannya. Sangat miris, namun dia memang sedikit arogan sampai detik ini.

    Dengan kedua tangan yang tersimpan di balik tubuh. Eunwoo berjalan menuruni anak tangga dengan pembawaan yang begitu berwibawa dan juga tatapan tajam yang mengintimidasi. Dalam waktu singkat, keempat orang tersebut saling berhadapan. Namun pandangan Eunwoo hanya tersita pada Taehyung.

    "Kau kah itu, Kim Taehyung?" sapaan yang terdengar tak bersahabat, "jadi benar kau yang membuat keributan sebelumnya?"

    Dengan santainya Jimin segera menendang salah satu kaki Eunwoo dan membuat Bangsawan itu menunduk, meringis sembari memegangi kakinya. Melunturkan sikap arogan yang telah menjadi kebanggaannya.

    "Sadar dirilah! Dengan siapa kau bicara sekarang." ucap Jimin dengan malas dan mendapatkan tatapan tak terima dari Eunwoo yang kemudian menegakkan tubuhnya kembali dengan tatapan yang seketika mengarah pada Changkyun.

    "Anak manusia? Kenapa Hyeongnim membawanya kemari?" sebuah pertanyaan yang terucap dengan nada yang lebih bersahabat namun tak melunturkan kewibawaannya.

    "Haruskah kita bicara di tempat seperti ini?" Jimin menyela.

    Eunwoo memandang sekitar dan kembali pada kedua tamunya. "Ikutlah denganku!" kembali memandang ke sekeliling, Eunwoo kembali berujar dengan lantang, "lanjutkan pestanya!"

    Mengikuti sang Tuan rumah, ketiganya di bawa menaiki sebuah gazebo berlantai satu yang berada di samping halaman. Tepat setelah mereka menapaki lantai gazebo, saat itu pula kembali terdengar alunan musik yang mulai di mainkan.

    "Duduklah!"

    Keempatnya duduk berhadapan dengan Changkyun yang masih di apit oleh Taehyung dan juga Jimin. Duduk bersila tanpa ada pembatas namun dengan jarak satu meter. Changkyun tak lagi perpegangan pada Taehyung, perhatiannya justru terjatuh pada keramaian yang berada di bawah. Di mana ia melihat beberapa penari wanita yang tengah beraksi di tengah halaman mengikuti alunan musik.

    Jimin yang menyadari hal itu pun mendekati Changkyun dan berbisik, "bagaimana? Sangat bagus bukan?"

    Bukannya memberi respon, Changkyun malah menjauh dan kembali menempel pada Taehyung. Membuat Jimin mendengus.

    Dia menggerutu, "ya ampun, jual mahal sekali."

    Tak ingin peduli dengan apa yang di lakukan oleh Jimin. Tatapan Taehyung hanya tertuju pada Eunwoo yang sedari tadi tak memiliki niatan untuk mengalihkan perhatiannya dari Changkyun.

    Mata Eunwoo memicing ketika ia menemukan sesuatu yang janggal pada anak manusia itu, hingga suara deheman Taehyung berhasil mengambil alih perhatian ketiganya.

    Eunwoo kemudian memutuskan untuk memulai pembicaraan dengan kedua tamunya. Dan meski di sana ada tiga orang, yang ia anggap sebagai tamu hanyalah Taehyung dan anak manusia yang bersamanya. Sedangkan Jimin, tidak perlu di tanya karna mereka hampir bertemu setiap hari.

    "Membawa anak manusia bersama dengan kalian, bukankah hal itu tidak di benarkan?"

    "Matamu sudah buta?!" sarkas Jimin dengan nada bicara yang begitu sinis.

    Eunwoo memilih acuh dan mengalihkan pembicaraan. "Apa tujuan Hyeongnim datang kemari? Jika Hyeongnim ingin mengambil orang-orangku lagi. Maaf, Yoo Kihyun adalah yang terakhir."

    Sudut bibir Taehyung tertarik dengan begitu lembut, dan tanpa mereka sadari bahwa saat ini Changkyun sepertinya sudah melupakan di mana ia berada saat ini. Dengan santainya pemuda itu menyandar pada lengan Taehyung dan melihat pertunjukkan yang berada di tengah halaman, tampak tak memiliki ketertarikan dengan apa yang di bicarakan oleh para hantu dan juga Taehyung di sampingnya.

    "Berhenti menuruti ketamakan manusia atau kau akan berakhir dengan menjadi Hollow."

    Eunwoo menanggapi dengan santai, "mereka meminta, maka mereka harus rela untuk membayar. Apa yang mereka dapatkan setimpal dengan apa yang mereka berikan padaku."

    "Cih!" Jimin mencibir, "hidup dan matimu benar-benar kau habiskan dengan hal yang sia-sia."

    "Aku memberi mereka kekayaan dan mereka menyerahkan seorang budak padaku. Bukankah itu simbiosis saling menguntungkan?"

    "Menguntungkan pantatku! Apa bedanya kau dengan Hollow jika kau mengambil nyawa manusia dan memberikan kekayaan pada manusia yang tamak?! Jika aku menjadi dirimu, aku pasti akan menjadikan manusia tamak itu sebagai budakku!" ujar Jimin bersungut-sungut.

    "Jika Hyeongnim bisa melakukannya, kenapa tidak melakukannya?" Eunwoo tersenyum lembut, membalas tatapan sinis Jimin dengan senyuman kemenangan. Namun tanpa mereka sadari bahwa perkataan mereka sebelumnya telah berhasil menarik kembali perhatian dari anak manusia yang berada di antara mereka.

    Tatapan menghakimi Changkyun terjatuh pada Eunwoo. Merasa tidak mungkin salah dengar tentang fakta dari hantu di hadapannya yang meminta tumbal manusia dan memberikan kekayaan pada seseorang. Bukankah itu sangat kejam?

    Eunwoo yang merasa telah di perhatikan pun lantas mempertemukan pandangannya dengan Changkyun, namun saat itu Taehyung justru menutupi mata Changkyun. Tak mengijinkan Changkyun menerima energi negatif yang di miliki oleh Eunwoo. Karna meski mereka berhubungan baik, namun Eunwoo termasuk dalam hantu yang menyesatkan para manusia.

    "Apa tujuan Hyeongnim datang kemari?"

    "Urusanku sudah selesai, aku akan pergi sekarang."

    Eunwoo memandang tanpa ekspresi, reaksi yang berbeda dengan Jimin.

    Jimin kemudian menyahut, "dia datang hanya untuk memamerkan anak kucing ini, benar-benar tidak tahu diri."

    Taehyung menurunkan tangan yang menutupi mata Changkyun dan segera berdiri. Changkyun yang melihat hal itu pun buru-buru berdiri, namun saat itu Jimin justru menarik tubuhnya hingga ia terjatuh ke lantai dengan Jimin yang memeluknya dari belakang.

    "Kenapa buru-buru sekali? Bagaimana jika kau tinggal di sini bersamaku?"

    Jantung Changkyun berdebar, ekor matanya bergerak dengan was-was. Taehyung menatap jengah sahabat lamanya itu sebelum merendahkan tubuhnya, menyingkirkan tangan Jimin dan menarik Changkyun hingga pemuda itu berdiri.

    "Ya ampun, kasar sekali. Aku juga tidak akan menggigitnya."

    "Jangan membuat masalah lagi, aku tidak akan menahan diri lagi setelah ini." Taehyung melangkah pergi bersama Changkyun setelah mengatakan sebuah ancaman yang membuat Jimin tersenyum tak percaya.

    Taehyung dan Changkyun berjalan di antara kerumunan yang tak lagi menghentikan aktivitas mereka ketika mereka lewat. Sedangkan dua Bangsawan itu kini telah berdiri berdampingan dengan pandangan yang mengantarkan kepergian tamu mereka.

    "Lost Child." gumam Eunwoo.

    Senyum Jimin kembali terlihat. Tanpa menatap lawan bicaranya diapun berucap, "menurutmu apalagi? Dia sengaja menunjukkan Lost Child pada kita."

    Eunwoo memandang Jimin sekilas sebelum pandangannya kembali teralihkan. Dia bergumam, "apa yang akan terjadi setelah ini?"

    "Peperangan untuk bangsa kita akan segera di mulai. Berhenti mencampuri urusan manusia dan persiapkan dirimu." Jimin berbalik dan berjalan meninggalkan Eunwoo, namun hanya dua langkah dan ia berhenti. Ekor matanya bergerak ke samping, menemukan tempat Eunwoo berada.

    Dia bergumam tanpa ada seulas senyum di wajahnya, "berusahalah agar kau bisa selamatnya darinya setelah ini. Dia mungkin akan menjadi orang yang berbeda setelah ini... Semoga kau beruntung, Pangeran Lee Dongmin." kembali melanjutkan langkahnya hingga di langkah ke tiga sosoknya tiba-tiba menghilang, menyisakan angin yang tiba-tiba berhembus. Mengusik batin Bangsawan muda yang telah ia tinggalkan.

    Menatap langit gelap yang membeku. Mulut Bangsawan itu berucap, "Lost Child? Inikah jalan menuju Nirwana yang sesungguhnya? Kau membuat jalan menuju kematianmu sendiri, Taehyung Hyeongnim."


    Mengakhiri destinasi malam itu. Taehyung membawa Changkyun meninggalkan komplek Istana Gyeongbok. Dan setelah berjalan cukup jauh dari patung Raja Sejong. Taehyung menghentikan langkahnya hanya untuk melihat patung Raja Sejong yang kini melambai ke arah mereka.

    senyum tipisnya mengembang di saat Changkyun justru menatap ngeri pada patung hidup tersebut.

    "Ucapkan selamat tinggal pada kakekmu."

    Changkyun menatap ragu, namun setelah Taehyung memberikan anggukan, dia membungkukkan badannya ke arah patung Raja Sejong dan kembali melanjutkan langkah mereka. Menyusuri halaman Gwanghwamun Plaza yang kosong. Keduanya melewati patung Panglima Yi Sun Shin.

    Taehyung berhenti sejenak untuk melihat musuh lamanya itu. Namun seketika wajah patung Panglima Sun Shin berpaling, menolak untuk menatapnya. Melihat hal itu, Taehyung tersenyum lebar dan menjatuhkan telapak tangannya pada puncak kepala Changkyun sebelum meraih tangan pemuda itu dan membawanya pergi.

    "Kita pulang sekarang."

    Kedatangan keduanya di sambut oleh Junhee yang segera membukakan pintu untuk keduanya. Changkyun masuk terlebih dulu dan Taehyung sempat bertemu pandang dengan Junhee sebelum masuk ke dalam mobil.

    "Bagaimana keadaan Tuan?"

    "Tidak ada yang perlu di khawatirkan, bawa kami pulang sekarang."

    "Ye."

    Taehyung masuk ke dalam mobil, di susul oleh Junhee kemudian dan mereka pun meninggalkan tempat tersebut. Kembali menyusuri jalanan yang sangat lenggang, Taehyung menjatuhkan pandangannya pada Changkyun yang sedari tadi hanya berdiam diri dengan pandangan yang menatap ke luar jendela.

    Dia pun menarik bahu pemuda itu dan membuat pemuda itu langsung memeluknya tanpa di minta sekalipun. Taehyung membalas pelukan itu, mengusap singkat kepala pemuda itu dan bergumam, "maaf, sudah membuatmu terkejut."

    Satu jam perjalanan, mereka telah kembali memasuki halaman rumah. Junhee segera membukakan pintu untuk Taehyung yang mengangkat tubuh Changkyun yang sudah terlelap.

    "Biar aku saja yang melakukannya, Tuan."

    "Tidak perlu, aku bisa sendiri."

    Taehyung segera membawa Changkyun masuk dan tepat setelah pintu terbuka secara otomatis. Saat itu Chunghee menghampiri mereka dengan wajah yang menunjukkan kekhawatiran, terlebih melihat Changkyun yang kini mengenakan Hanbok.

    "Tuan, apa yang terjadi pada Tuan Muda."

    "Dia hanya tidur, jangan berlebihan."

    Taehyung membawa Changkyun ke kamar bersama dengan Chunghee yang mengikuti di belakang. Setelah sampai di kamar, Chunghee segera menyibakkan selimut di saat Taehyung membaringkan Changkyun dengan hati-hati.

    Chunghee lantas menyelimuti tubuh Changkyun dan kembali menegakkan tubuhnya berhadapan dengan Taehyung. "Tuan dari mana saja? Nyonya Soyoung menghubungiku sebelumnya."

    "Apa yang dia katakan?"

    "Nyonya sangat marah pada Tuan, tapi aku tidak yakin dengan apa yang di bicara oleh Nyonya."

    Sudut bibir Taehyung terangkat, "dia pasti sudah puas mengumpatku."

    "Pakaian Tuan kotor, izinkan aku untuk mencucinya."

    Taehyung melepaskan jasnya dan saat itu netra Chunghee membulat ketika melihat noda hitam yang sangat banyak pada kemeja putih Taehyung.

    "T-tuan, apa yang sudah terjadi?"

    "Bukan apa-apa." Taehyung melepas kemeja putihnya, namun pergerakannya sempat terhenti ketika ia melihat bekas tusukan di dadanya. Meski tak lagi mengeluarkan darah namun bekas tusukan Panglima Yi Sun Shin sebelumnya masih membekas di dada serta punggungnya.

    Dia lantas melepaskan kemejanya dan menyerahkannya pada Chunghee, membuat Chunghee kembali terkejut oleh bekas luka yang terdapat di dada dan juga punggungnya.

    "T-tuan... Siapa yang sudah melakukan itu pada Tuan?"

    "Ini perbuatan Sun Shin."

    "Sun Shin? Panglima Yi Sun Shin? Jadi benar Tuan dan Tuan Muda baru saja dari Istana Gyeongbok?"

    "Jangan berlebihan, Tuan Muda mu masih baik-baik saja."

    "T-tapi Tuan, bagaimana dengan luka Tuan?"

    "Jangan cemaskan aku, anak ini yang akan menyembuhkanku. Sekarang tidurlah, ini sudah lewat tengah malam."

    "Y-ye, ye." Chunghee kemudian undur diri.

    Tepat setelah pintu tertutup. Tubuh Taehyung limbung. Kedua lututnya bertemu dengan lantai dengan sangat keras. Satu tangan yang berpegangan pada sisi ranjang dan tangan lainnya yang menekan bekas luka tusuk di dadanya.

    Wajahnya sedikit mengernyit, menunjukkan sedikit kelemahan yang ia sembunyikan. Dia kemudian berusaha untuk bangkit dan menyusup ke balik selimut yang sama dengan Changkyun. Di tariknya bahu pemuda itu yang kemudian ia rengkuh dengan lembut.

    Matanya terpejam menahan rasa sakit yang untuk pertama kalinya setelah waktu yang begitu lama kembali menghujam tubuhnya. Setetes airmata berhasil keluar dari sudut matanya, menunjukkan seberapa besar rasa sakit yang kini ia rasakan. Namun tak berusaha untuk menyakiti, dia tetap berusaha memperlakukan pemuda kecil dalam rengkuhannya itu dengan lembut.

    Berusaha menekan semua rasa sakit yang berangsur membaik ketika pemuda itu membalas pelukannya. Tanpa berusaha membantah, dia benar-benar ingin bersandar kali ini. Dan alasan kenapa tubuh itu kembali bisa merasakan sakit adalah kehadiran pemuda yang kini berada dalam rengkuhannya. Dia sadar se-sadar-sadarnya bahwa dia benar-benar bisa mati sekarang, sehingga ia harus berusaha agar tak terluka setelah ini.

    Kim Taehyung yang di takuti dan begitu di Agungkan telah menemukan jalan menuju kematiannya yang abadi.

Selesai di tulis : 13.02.2020
Di publikasikan : 13.02.2020

ASTRO Cha Eunwoo

Jika karakter Park Jimin sebelumnya di ambil dari DEADLY SCANDAL OF JOSEON.
Maka Karakter Cha Eunwoo ini di ambil dari TIME FOR THE MOON NIGHT.
Di mana semasa hidup dia merupakan seorang Pangeran yang melakukan Kudeta pada kakaknya sendiri. Dan setelah mati dia membuka jasa pesugihan😂😂😂 Jangan tertawa, dia ganteng-ganteng menyesatkan🙈🙈🙈

Oh My Girl Choi Hyojung





Chapter terpanjang, sudikah kalian memberikan tanggapan?

Mencium bau-bau pengkhianatan🤔🤔🤔
Hayolohhhh Taehyung nya udah bisa ngerasain sakit tuh😏😏😏

   

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top