Lembar 16

    Malam yang semakin larut, sedikit udara dingin yang di tinggalakan oleh musim dingin perlahan merayap mendekat. Membuat para pejalan kaki terlihat begitu enggan untuk melepaskan pakaian tebal dari tubuh mereka.

    Malam itu menjadi kali pertama bagi Changkyun meninggalkan tempat tinggal barunya. Berada di dalam mobil yang sama dengan Taehyung dan juga Junhee, pemuda itu melihat bagaimana kota Seoul yang sebenarnya. Meski di malam hari pun, semua tampak begitu ramai.

    Dia tak henti-hentinya melihat ke luar jendela, sedangkan Taehyung yang duduk di sampingnya masih tampak begitu tenang dengan pandangan yang hanya menatap lurus ke depan.

    Tak ada pembicaraan khusus yang terjadi di antara mereka, di saat Changkyun sibuk menikmati jalanan malam Seoul saat itu. Namun tiba-tiba dia mundur dan hampir memekik ketika sesuatu tiba-tiba menabrak kaca jendela di sampingnya, bahkan saking terkejutnya dia hampir saja jatuh jika tidak ada Taehyung yang dengan cepat menahan punggungnya.

    "Kau baik-baik saja?"

    "Itu tadi, apa?" gumam Changkyun, masih terlihat terguncang karna samar-samar dia bisa melihat wajah yang begitu mengerikan menabrak kaca jendela di sampingnya.

    Perhatian ketiganya kemudian dengan cepat teralihkan ketika tiba-tiba sesuatu jatuh pada bagian atas mobil dengan sangat keras, dan Changkyun mengerti perasaan apa yang saat ini mengganggunya. Hollow.

    Changkyun terlihat khawatir ketika ia mendengar suara langkah kaki di atas mobil, dan mustahil jika itu manusia. Mengingat bahwa mobil mereka tengah melaju di tengah keramaian.

    Changkyun perlahan merapatkan diri pada Taehyung, mencoba mencari tempat yang paling aman baginya.

    Dia bergumam, "Hyeong."

    Saat itu, senyum Taehyung terlihat di waktu yang tidak tepat. Dia pun menjatuhkan pandangannya pada Junhee yang masih mengemudi dengan tenang.

    "Jun."

    "Ye, Tuanku."

    "Sampaikan pesanku kepada mereka semua!"

    "Ye, Tuanku."

    Junhee menghilang! Ya, dia menghilang. Meninggalkan kemudinya begitu saja dan sontak membuat mata Changkyun membulat sempurna.

    "H-hyeong... Mobilnya... Kenapa di tinggal begitu saja?" panik Changkyun setengah memekik dengan suara beratnya, namun yang di lakukan Taehyung hanya tersenyum lebar seakan tak peduli jika mobil yang mereka tumpangi akan menabrak sesuatu.

    "Hyeong kenapa masih diam saja? Mobilnya akan menabrak."

    "Junhee akan segera kembali."

    "Dan kita akan celaka sebelum itu." ralat Changkyun dengan nada bicara yang terlalu bersemangat.

    "Kalau begitu, kau saja yang ke sana!"

    Changkyun menghembuskan napas kesalnya, tampak sorot matanya yang begitu berapi-api. Bagaimana bisa Taehyung membiarkan mobil yang mereka tumpangi berjalan sendiri tanpa supir, namun Changkyun menyadari keanehan di sana. Meski tidak ada yang mengemudikan mobil tersebut, kenapa mobil itu bergerak dengan normal dan bahkan sempat menyalip beberapa mobil.

    "Apa yang kau pikirkan?" tegur Taehyung ketika Changkyun tiba-tiba terdiam.

    "Mobil apa ini?"

    Sebelah alis Taehyung sekilas terangkat, "mobil sungguhan, kau kira ini mobil siluman?"

    "Jangan membuatku tertawa."

    "Kau tidak tertawa, bukan?"

    Changkyun menatap tajam, namun setelahnya dia tiba-tiba menaikkan kedua kakinya ke kursi dan meringkuk di samping Taehyung. Menyembunyikan wajahnya pada bahu Taehyung ketika perasaannya semakin tak karuan seiring dengan mahluk-mahluk asing yang tiba-tiba terlihat oleh penglihatannya.

    "Apa yang sedang kau lakukan?"

    "Jika aku pergi ke surga hari ini, aku tidak akan pernah mau berbicara dengan mu lagi, Hyeong." gumam Changkyun, terdengar begitu kesal dan hal itu malah membuat Taehyung tertawa tanpa suara.

    Beberapa menit kemudian, Junhee tiba-tiba duduk di kursi kemudi. Sedangkan Changkyun masih bertahan pada posisi awalnya.

    "Kau tidur?" tegur Taehyung namun Changkyun tak menjawab.

    "Tuan ingin mampir ke suatu tempat terlebih dulu?" suara Junhee yang membuat Changkyun menegakkan kepalanya dan menatap bingung ke arah Junhee, lalu kemudian berpindah pada Taehyung.

    "Sesuai tujuan awal saja."

    "Ye, Tuanku."

    Merasa Changkyun masih melihat ke arahnya, Taehyung pun menjatuhkan pandangannya pada tatapan menuntut Changkyun yang masih berjongkok di atas kursi dengan tubuh menghadap ke arahnya.

    "Kenapa melihatku seperti itu?"

    Changkyun tak menjawab, namun sedetik kemudian tubuhnya terjatuh ke depan dengan bahu yang sempat membentur bagian belakang kursi penumpang sebelah kemudi ketika Junhee tiba-tiba menghentikan mobil.

    "Sudah sampai." cetus hantu itu tanpa rasa bersalah.

    Changkyun bangkit dengan raut wajah yang terlihat semakin kesal. Meski Junhee adalah hantu yang dingin, namun kelakuannya tidak berbeda dengan Taehyung. Sama-sama senang membuatnya kesal.

    "Jika ingin berhenti, lakukan dengan pelan-pelan!" omel Changkyun ketika ia yang sudah kembali ke tempat duduknya.

    "Lain kali, aku akan berhati-hati." ucap Junhee yang terdengar begitu meragukan.

    Perhatian pemuda itu teralihkan oleh Taehyung yang membuka pintu dan keluar terlebih dulu sebelum berdiri menghadap ke arahnya.

    "Keluarlah! Kita sudah sampai."

    Changkyun kemudian keluar dan langsung mengedarkan pandangannya ke sekeliling ketika Taehyung tengah menutup pintu, namun saat itu dia segera menggandeng lengan Taehyung dan merapatkan diri pada pemuda yang lebih tua ketika ia melihat ada beberapa Roh yang tengah memperhatikannya.

    "Mereka bukan Hollow, mereka tidak berbahaya." ujar Taehyung, namun tetap saja tak mampu menghilangkan keraguan di sorot mata Changkyun.

    Taehyung kemudian melangkahkan kakinya menuju bangunan yang tidak jauh dari tempat mereka, masih dengan Changkyun yang tak mau melepaskan lengannya, dan sepertinya Taehyung sendiripun tak masalah dengan hal itu.

    Hanya dalam hitungan detik, keduanya sampai di pintu masuk gedung yang di jaga oleh dua orang pria bertubuh kekar dan Changkyun tahu bahwa keduanya adalah manusia. Yang tidak di ketahui oleh Changkyun adalah tempat apa yang mereka kunjungi saat ini, kenapa semakin masuk ke dalam, semakin tercium bau alkohol yang sangat menyengat dan samar-samar terdengar suara musik yang biasa di mainkan oleh DJ.

    Tak butuh waktu lama hingga Changkyun mendapatkan jawaban akan rasa penasarannya ketika keduanya sampai di ujung lorong. Changkyun terpaku, melihat ada begitu banyak orang dewasa namun dia juga melihat beberapa hantu di sana.

    Merasa tercengang akan tempat yang mereka tuju, Changkyun perlahan sedikit mendongak menatap Taehyung dengan tatapan tak mengerti sekaligus menuntut.

   Taehyung mengulas senyumnya lalu berucap, "Rising Moon, Klub Malam terbesar di Seoul. Kau belum pernah kemari, bukan?"

    "Hyeong tidak lupakan aku umur berapa?"

    Taehyung sekilas menggerakkan bola matanya ke atas, seakan tengah mempertimbangkan sesuatu sebelum kembali menjatuhkan pandangannya pada pemuda di hadapannya dengan senyum yang lebih lebar.

    Dia berucap, "sepertinya aku tidak mengingatnya."

    Changkyun menggaruk kepalanya, merasa seperti orang bodoh jika tetap menanggapi lelucon tua Taehyung. Dia berbalik, hendak keluar dari tempat tersebut. Namun begitu ia berbalik, ia melihat wajah hantu yang tidak jauh berbeda dari manusia berada tepat di depan wajahnya, hal itu sontak membuatnya berbalik dan malah memeluk Taehyung.

    Tidak ada yang mengerikan dari hantu tersebut, yang menjadi masalah adalah si hantu yang tiba-tiba muncul di depan wajahnya. Dia bahkan hampir berteriak.

    "Kau sudah menakutinya, bodoh!" ucap Taehyung dengan suara yang tak terlalu lantang, namun si hantu pria masih bisa mendengarnya karna dia adalah hantu.

    Si hantu pria kemudian menegakkan tubuhnya dan tersenyum lebar ke arah Taehyung sebelum membungkukkan badannya dengan sopan ke arah Taehyung.

    "Lama tidak bertemu, senang bisa melihat Tuan berada di sini?" ujar si hantu pria. Changkyun yang mendengarnya pun diam-diam mencuri pandang di saat ia yang masih menyembunyikan wajahnya di balik jasa Taehyung.

    "Aku yang tidak senang melihatmu, aku sudah menyuruhmu pergi ke Alam Baka. Kenapa masih di sini?"

    "Eih... Tuan ini, aku tidak pergi karna tidak tahu bagaimana caranya untuk pergi."

    "Katakan saja jika kau di sini hanya untuk melihat istrimu bersenang-senang dengan pria lain." sarkas Taehyung dengan pembawaan yang begitu lembut namun sangat menusuk.

    "Aish... Tuan ini." si hantu kemudian mengembalikan perhatiannya kepada Changkyun.

    "Tuan membawa anak manusia?"

    "Bukan, dia anak Rubah."

    Mendengar hal itu membuat Changkyun tak terima, dia kemudian membenturkan keningnya pada dada Taehyung yang hanya terkekeh pelan.

    "Rubah yang mana, jika tidak salah lihat... Dia mirip dengan Tuan."

    "Jangan menganggu anak ini atau dia akan menggigitmu."

    "Melihatku saja dia lari, bagaimana bisa menggigitku?" ujar si hantu dengan senyum meremehkan.

    "Kau mendengarnya, Changkyun? Hantu tidak tahu diri ini sedang meremehkanmu."

    Changkyun perlahan melepaskan pelukannya, namun tidak dengan pegangannya di lengan Taehyung. Takut-takut dia mengarahkan pandangannya pada si hantu yang memang terlihat begitu ramah.

    "Ah... Benarkan, dia benar-benar mirip dengan-"

    "Jika kau ingin balas dendam, lakukan sekarang." cetus Taehyung yang menghentikan perkataan si hantu yang merasa bingung dengan perkataannya.

    Changkyun menatap ragu ke arah Taehyung, hingga seulas senyum hangat itu menyapanya dan dalam hitungan detik. Changkyun melepaskan pegangannya pada lengan Taehyung dan langsung menghantamkan kepalan tangannya ke wajah sang hantu yang kemudian terpental ke samping sembari mengaduh.

    Setelah melakukan hal itu, Changkyun pun kembali bersembunyi di belakang Taehyung dengan kembali memegang lengan Taehyung. Sedangkan si hantu yang tak terima pun kembali berhadapan dengan kedunya.

    "Ya! Kenapa kau memukulku?" ucapnya tak terima.

    "Kau ingin aku yang memukulmu?" sahut Taehyung.

    "Eh?" nyali si hantu tiba-tiba menciut.

    "Kau melihat Bangsawan tidak tahu diri itu?"

    "Eoh, maksud Tuan adalah Tuan Park?"

    "Menurutmu siapa lagi?"

    "Ah... Selama sepekan ini dia selalu datang kemari dan bersenang-senang dengan wanita yang berbeda setiap harinya."

    "Apa dia membawa salah satu wanita dari sini?"

    Si hantu menggeleng dengan cepat. "Tidak, tidak. Dia tidak membawa siapapun ketika meninggalkan tempat ini."

    "Di mana dia sekarang?"

    "Tadi aku melihatnya, tapi di mana ya?" si hantu mengedarkan pandangannya dan segera menemukan orang yang ia cari.

    "Ah... Di sana, di meja Bartender."

    "Ya sudah, pergi sana!"

    Bukannya langsung pergi, si hantu justru tersenyum lebar dan tampak sangat mencurigakan.

    "Ada apa lagi?"

    "Tuan... Tidak ingin memberikan sesuatu untukku?"

    Taehyung menghembuskan napasnya dengan pandangan yang terlihat begitu malas. Dia kemudian mengibaskan tangan kirinya ke udara.

    "Kemarilah!"

    "Eih... Jangan memakai cara yang kasar, itu sangat menyakitkan."

    "Kemari!"

    Dengan tak relanya, si hantu berjalan mendekat dan tepat setekah ia berdiri tepat di hadapan Taehyung. Taehyung tiba-tiba memukul wajahnya menggunakan punggung tangan kiri miliknya dan dia menghilang saat itu juga.

    Changkyun yang menyaksikannya pun hanya bisa mengerjapkan matanya, merasa sedikit terperangah dengan apa yang baru saja di lakukan oleh Taehyung.

    "Kenapa diam?"

    "Apa yang baru saja Hyeong lakukan?"

    "Memberi hadiah."

    Changkyun tak mengerti, dari mana hal itu bisa di sebut sebagai hadiah. Namun dia tersentak ketika tiba-tiba Taehyung menutup matanya menggunakan tangan miliknya.
    Dia hendak menurunkan tangan Taehyung, namun Taehyung justru menahannya beberapa detik sebelum menurunkannya sendiri.

    "Sudah selesai."

    "Apanya?"

    Taehyung tersenyum lebih lebar dan berucap, "bukan apa-apa. Ayo, kita temui Pamanmu yang tidak tahu diri itu."

    Taehyung menarik pergelangan tangan Changkyun dan hendak membawanya berjalan lebih masuk ke dalam Klub Malam tersebut, namun Changkyun tiba-tiba menghentikan langkahnya dengan raut wajah yang terlihat bingung. Karna hal itu pula, Taehyung berbalik kembali berhadapan dengan pemuda tersebut.

    "Kenapa berhenti?"

    Changkyun perlahan mempertemukan pandangannya dengan Taehyung lalu berucap, "orangnya, menghilang."

    Seulas senyum yang hampir membuatnya terkekeh, itulah respon yang di berikan oleh Taehyung ketika mendengar ucapan Changkyun. Karna memang di mata Changkyun tidak ada seorang pun yang berada di dalam ruangan tersebut kecuali Paman yang duduk di depan meja Bartender, namun itu hanya sebatas pandangan Changkyun.

    Karna pada kenyataannya tak ada yang berkurang dari ruangan yang di penuhi oleh orang-orang dewasa tersebut. Lalu kenapa ruangan itu terlihat kosong di mata Changkyun? Tanyakanlah apa yang telah di lakukan pemuda di sampingnya ketika ia menutup matanya sebelumnya.

    "Itu berarti mereka sudah pulang." cetus Taehyung.

    Tentu saja Changkyun tak semudah itu percaya. Tangannya di tarik oleh Taehyung dan mau tak mau ia berjalan mengikuti langkah Taehyung. Dia sempat mengucek matanya, berusaha memastikan penglihatannya, namun tubuhnya di tarik lebih mendekat. Hal itu Taehyung lakukan agar Changkyun tidak menabrak orang-orang yang mereka lewati, meski Changkyun tak bisa melihatnya.

    Berjalan di tengah keramaian, Changkyun bisa merasakan betapa panasnya udara di sana hingga semua terasa sedikit lebih baik ketika Taehyung membawanya keluar dari kerumunan.

    Changkyun mengarahkan pandangannya ke depan dan menemukan punggung Paman yang ia lihat dari jauh sebelumnya. Dia kemudian duduk setelah Taehyung memberikan isyarat padanya, sedangkan pemuda itu duduk di tengah-tengah keduanya.

    Si Paman berpenampilan rapi layaknya orang kantoran itu menoleh ke arah Taehyung dan tampak tersentak ketika melihat keberadaan Taehyung di sana. Changkyun yang melihat reaksi Paman tersebut pun berpikir bahwa mungkin saja keduanya saling mengenal.

    Namun Paman itu dengan cepat mengalihkan pandangannya seperti tak melihat siapapun sebelumnya, tapi garis wajahnya terlihat begitu tegang.

    "Tidak tahu diri!" gumam Taehyung yang di tujukan kepada si Paman yang langsung menjatuhinya tatapan tak terima.

    "Apa kau baru saja mengataiku, bocah?" ujar si Paman terdengar begitu kesal.

    "Berhenti bertingkah! Menghilang selama sepekan, bersenang-senang dengan para wanita. Kau sudah lupa siapa yang membuatmu tewas?" suara tenang yang terlalu menusuk.

    Changkyun yang mendengarnya pun melongokkan kepalanya, mengamati si Paman. Dia sedikit memiringkan kepalanya karna si Paman adalah manusia, tapi kenapa Taehyung menyebutnya telah tewas. Namun dia segera kembali bersembunyi di balik badan Taehyung ketika si Paman menatapnya.

    "Tidak sopan! Kemana orang tuamu? Bisa-bisanya bocah seperti kalian berada di tempat seperti ini?"

    Taehyung sekilas menggaruk dagunya sebelum meraih gelas wine di hadapan si Paman dan menaruhnya tepat di hadapannya. Tak berucap apapun, dia menaruh tangannya di atas gelas tersebut dengan menyatukan ujung jari telunjuk dengan ibu jari seakan tengah memegang sesuatu di antara kedua jari tersebut.

    Wajah si Paman semakin terlihat semakin menegang, berbeda dengan Changkyun yang terlihat penasaran dengan apa yang tengah di lakukan oleh Taehyung. Dan di detik berikutnya dia merapat pada meja ketika melihat air yang berada dalam gelas tersebut tertarik ke atas menuju tangan Taehyung.

    Mata Changkyun membulat ketika air itu naik seperti angin puting beliung sebelum kembali ke dalam gelas yang sedikit berguncang, namun dia melihat sesuatu yang tertinggal di antara jari telunjuk serta ibu jari Taehyung.

    Matanya mengerjap lalu memicing, menangkap benda kecil seukuran jarum namun lebih panjang. Tapi jika di perhatikan kembali, jarum itu menyerupai es. Dan lagi-lagi Taehyung menunjukkan sesuatu yang jauh dari nalarnya.

    Taehyung menarik tangannya dan menunjukkan jarum es di tangannya pada si Paman yang menelan kasar ludahnya.

    "Siapa kau? Bagaimana kau bisa melakukan hal itu?"

    "Keluar!"

    "K-kau berani mengusirku." ujar si Paman tak terima, namun perkataannya terucap dengan tak sempurna ketika wajahnya benar-benar terlihat gugup.

    "Kau ingin aku menusukmu di bagian mana?" Taehyung sekilas menaikkan sebelah alisnya.

    "A-apa maksudmu?"

    "Masih tidak mau?"

    "K-ka-kau..."

    "Itu pilihanmu." celetuk Taehyung yang kemudian dengan cepat menusukkan jarum di tangannya pada bagian di dekat telinga si Paman.

    "Arghhhh..." si Paman memekik dan tubuhnya jatuh pada meja, bersamaan dengan seseorang yang terpental ke belakang dari tubuhnya dan jatuh pada lantai.

    Changkyun yang melihat itupun tentu terkejut, dan sekarang dia baru sadar bahwa sedari tadi Taehyung berbicara dengan roh yang merasuki Paman tersebut.

    "Aish... Awas kau!" gumam si hantu yang kemudian menghilang dalam sekejap mata dan menyisakan seulas senyum tak percaya di wajah Taehyung.

    "Sudah berapa kali ku katakan padanya, kenapa dia tetap tidak tahu diri?" gumamnya dan tanpa sepengetahuannya, Changkyun diam-diam mengambil gelas wine di hadapannya dan mencoba mengambil air yang berada dalam gelas kaca tersebut.

    "Apa yang sedang kau lakukan?" tegur Taehyung ketika menangkap basah Changkyun.

    "Bagaimana Hyeong melakukannya?"

    "Melakukan apa?"

    "Yang tadi itu."

    Bukannya menjawab, Taehyung justru menjauhkan gelas tersebut dari hadapan Changkyun.

    "Kau masih kecil, tidak boleh menyentuh hal-hal seperti ini." ujarnya. Dia mengambil sapu tangan dari balik jasnya dan menggunakannya untuk mengusap tangan Changkyun.

    "Kita pergi sekarang."

    "Yang itu tadi, siapa?"

    "Pamanmu."

    "Paman?"

    "Park Jimin."

    Taehyung berdiri dan menepuk bahu si Paman yang kemudian tersentak dan bangun seperti orang linglung.

    "Dimana ini? Kenapa aku bisa ada di sini?"

    "Berhenti melamun dan memikirkan wanita simpananmu!" ujar Taehyung singkat dan lantas menarik tangan Changkyun lalu membawanya pergi.

    Changkyun yang masih merasa bingungpun hanya melangkahkan kakinya sembari sekilas menggaruk kepalanya, namun saat itu Taehyung tiba-tiba menariknya mendekat.

    "Jangan jauh-jauh, kau bisa menabrak orang nanti." Taehyung beralih dengan merangkul bahu Changkyun yang tampak mengernyitkan dahi, merasa aneh dengan perkataannya barusan.

    Pemuda itu lantas mengarahkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, namun tak dapat menemukan apapun selain ruangan yang kosong.

    "Jangan seperti itu. Jika aku lupa diri, aku bisa saja menggigitmu."

    Changkyun mengarahkan pandangannya pada Taehyung dan mendengus sebal, sedangkan Taehyung hanya terkekeh pelan. Tampak kebahagiaan di wajahnya dan entah kapan terakhir dia terlihat sebahagia itu.

    "Kita mau kemana lagi?"

    "Menemui Pamanmu."

    "Siapa?"

    "Park Jimin."

    "Tapi dia hantu."

    "Tapi dia tetap Pamanmu bagaimanapun bentuknya, meski aku sendiri menyesal mengakuinya sebagai saudara."

    "Di mana dia tinggal."

    "Istana Gyeongbok."

    "Di mana itu? Aku seperti pernah mendengarnya."

    "Di Joseon."

    "Apa???"






Selesai di tulis : 06.12.2019
Di publikasikan : 06.12.2019


Hayooooo si Park Jimin udah keluar tuh, kira-kira apakah Taehyung akan benar-benar membawa Changkyun ke Joseon untuk menemui Bangsawan tak tahu diri, Park Jimin?😁😁😁

Tapi sebelum itu, Authornya lagi butuh pelukan🙁🙁🙁 Adakah yang mau kasih pelukan secara cuma-cuma ke Authornya😌😌😌 Kalau tidak bisa ya tak apa, yang penting kalian sudah baca dan tahu kelanjutan ceritanya.

See Ya, untuk waktu yang tidak bisa di tentukan☺☺☺

Semoga Kita Selalu Di Berikan Kebahagiaan.😊😊😊😊
  

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top