LEMBAR 04

   Matahari yang perlahan naik dari bagian timur, mengusir kegelapan yang sempat menyelimuti Kota besar tersebut. Membangunkan setiap jiwa yang sempat terlelap, manusia, hewan dan bahkan tumbuhan.
    Pagi pertama bagi Lim Changkyun di tempat baru nya, udara sejuk di pagi hari dan juga kehangatan sinar matahari musim semi.
    Dia melangkahkan kakinya menuju balkon tepat setelah ia terbangun dari tidur lelap nya dan untuk pertama kalinya setelah usianya menginjak 15 tahun dalam hitungan Korea, dia bisa tidur dengan tenang tanpa ada mimpi buruk yang menghantui tidur nya.

    Mata yang belum sepenuh nya terbuka tersebut mencoba menangkap pemandangan yang bisa ia lihat dari lantai dua bangunan tersebut.
    Bunga Cerry yang bermekaran di pinggir halaman belakang, beberapa burung yang terlihat melompat di atas rumput hijau yang masih berembun.

    Pandangan Changkyun kemudian terarah ke samping, tepat pada tempat yang telah terkena sinar matahari. Dia kemudian melangkahkan kaki nya ke tempat tersebut dan langsung menjatuhkan diri duduk di lantai tepat membelakangi pembatas lantai, membiarkan sinar matahari menghangatkan punggung nya yang hanya di balut oleh kaos tipis berwarna putih nya.

    Dia menyandarkan punggung nya dan sejenak memejamkan mata nya, mencoba beradaptasi dengan lingkungan barunya hingga dia teringat akan sesuatu dan kembali membuka matanya.
    Di angkatnya kedua tangan nya tepat di hadapan nya, pandangan nya terfokus pada bekas ikatan di pergelangan tangan nya dan karna bekas itu tidak hilang berarti semua yang ia alami bukanlah mimpi buruk belaka melainkan sebuah kenyataan yang begitu mengerikan.

    Dia kemudian beralih pada kedua kakinya, di sanalah bekas kemerahan itu membuat lingkaran di kakinya.
    Terdapat rasa frustasi dalam sorot matanya yang begitu sayu, dia kemudian memalingkan wajahnya ke samping dan menyandarkan diri pada pembatas hingga perlahan kedua kelopak mata nya kembali tertutup meski tak ada ketenangan di wajah nya yang masih terlihat sedikit pucat.

    Cukup lama berdiam diri di sana hingga kemungkinan dia yang kembali tertidur sangatlah kuat, karna bahkan dia sama sekali tidak terusik akan kedatangan Chung Hee yang telah berdiri beberapa langkah di hadapan nya.

    "Tuan Muda."

    Teguran pelan dari suara dalam dan serak tersebut perlahan membuat Changkyun membuka mata nya dan menegakkan kepalanya, menemukan sosok pria tua yang menyambutnya kemarin dan kini tengah mengulas senyum hangat untuk nya.

    "Tuan Muda sudah bangun?"

    Changkyun tak menjawab, menolak untuk membuka mulut maupun sekedar memberi anggukan, namun hal itu tak mampu membuat senyum Chung Hee memudar begitu saja.

    "Perlukah ku bawakan sarapan Tuan Muda kemari?" Pertanyaan kedua yang membuat Changkyun tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk dengan lemah.

    "Kalau begitu, mohon tunggu sebentar."

    Chung Hee sejenak menundukkan kepala nya sebelum berbalik meninggalkan Changkyun yang kembali menyandarkan kepalanya, menikmati kehangatan yang menjalar ke tubuhnya yang berbaur dengan semerbak aroma bunga Cerry. Hingga ia yang harus bangkit setelah Chung Hee kembali dengan sebuah nampan yang berisi menu sarapan pagi itu.

    Dia duduk di kursi yang biasa di gunakan oleh Taehyung, menatap sarapan pagi nya yang merupakan makanan Korea yang sedikit asing baginya meski saat di Boston Ibunya juga sering membuat masakan Korea. Namun tetap saja akan sangat berbeda jika memakan nya langsung di Negara nya.

    Perlahan Changkyun mengambil sendok di atas meja menggunakan tangan kiri, dan hal itu membuat keterkejutan sejenak menghampiri wajah Chung Hee. Terlebih ketika melihat bekas kemerahan yang melingkar di kedua pergelangan tangan Changkyun.
    Namun dia menyadari bahwa dia bukanlah orang yang berhak untuk menanyakan hal tersebut dan lebih memilih untuk menyaksikan bagaimana Tuan Muda tersebut memakan sarapan nya dengan tak bersemangat, seperti ada beban yang begitu berat yang telah membebani nya.

    "Untuk seminggu ke depan, Tuan Kim melarang Tuan Muda untuk melakukan aktivitas di luar rumah."

    Perkataan yang membuat pergerakan Changkyun sempat terhenti, Tuan Kim. Mungkinkah yang di maksud oleh pria tua itu adalah Kim Taehyung yang pernah di katakan oleh Ibu nya sebelum berpisah di bandara.

    "Paman Kim, di mana dia sekarang?"

    Pertanyaan yang terucap di saat pandangan nya terjatuh pada meja, sempat membuat Chung Hee tersentak. Dan jika seandainya sekarang dia tengah minum, mungkin saja dia akan tersedak.
    Mendengar bagaimana suara anak berusia 18 tahun yang begitu berat, namun yang lebih membuatnya ingin segera melepaskan tawa nya adalah saat Changkyun memanggil Taehyung dengan sebutan Paman. Sungguh, itu akan menjadi sebuah lelucon yang membuatnya di kutuk oleh Taehyung jika sampai ia kelepasan tertawa.

    "Tuan Kim sudah mengunjungi Tuan Muda tadi malam, tapi Tuan Muda sudah tidur."

    "Mengunjungi?" Changkyun mengangkat pandangan dan mengarahkan nya pada Chung Hee yang sedikit di buat tersentak oleh nya.

    "Benar-benar mirip." Chung Hee membatin.

    "Apa itu berarti, Paman Kim tidak tinggal di sini?"

    Pertanyaan yang lebih panjang dari sebelumnya dan kembali menguji kesabaran Chung Hee untuk tidak tertawa, bagaimana bisa seorang pemuda yang terlihat berumur dua puluh tahunan di panggil 'Paman' oleh pemuda berusia delapan belas tahun.

    "Tuan Kim tinggal di sini. Tapi untuk beberapa waktu, beliau tidak dapat di temui."

    "Apa dia sedang bekerja?"

    Chung Hee sejenak terdiam, haruskah ia mengiyakan pertanyaan Changkyun di saat ia sendiri tidak yakin apa yang saat ini di lakukan oleh Taehyung. Namun jika dia menjawab 'Tidak' bukankah pertanyaan akan berlanjut.

    "Aku tidak yakin dengan hal itu, tapi hanya itu kemungkinan besar yang terjadi."

    Aneh! Itulah yang ada dalam pikiran Changkyun. Memilih untuk tidak terlalu memperdulikan tentang pekerjaan si 'Paman Kim' yang ia maksud, dia kembali melanjutkan sarapan nya.

    Dan selepas sarapan, dia segera mandi lalu mengganti pakaian sehari-hari yang sudah tersedia di lemari pakaian. Dia sedikit heran karna 95% baju atasan yang berada di dalam lemari adalah kemeja dengan berbagai macam warna.
    Sesuatu yang membuatnya menggaruk bagian belakang telingan nya, merasa sedikit asing karna memang sebelumnya dia tidak akan menggunakan kemeja jika tidak sedang menghadiri acara bersama orang tuanya.

    Dan hasil dari kebingungan nya pagi itu berakhir dengan ia yang mengambil kemeja berwarna putih tanpa mengganti celana pendek nya karna menolak untuk memakai celana bahan yang yang tersedia di sana.

    Dia memutuskan untuk keluar dari kamar nya dan berkeliling rumah baru nya, dan dia baru mendapati satu fakta bahwa rumah sebesar itu hanya di isi oleh tiga orang saja. Kepala Pelayan Park, orang asing yang di panggil nya dengan sebutan 'Paman Kim' dan yang ke tiga adalah dirinya sendiri.
    Dari kolam renang yang terletak di bagian samping rumah, dia melangkah menuju halaman belakang. Tempat yang bisa ia lihat dari balkon kamarnya, terdapat pula air mancur di tengah halaman yang di kelilingi oleh bunga berwarna-warni.

    Perhatian nya kemudian teralihkan oleh bunga Cerry yang bermekaran di pinggir halaman, warna cerah yang menenangkan.
    Dia berjalan mendekat ke arah pohon, namun tepat setelah ia berada di bawah bunga-bunga yang bermekaran. Langkahnya terhenti dengan tatapan sayu nya yang terlihat begitu was-was.

    Perlahan dia menolehkan pandangan ke samping, perasaan aneh namun sangat familiar kembali menghampiri nya. Dan dia sudah tahu apa yang akan terjadi setelah nya.
    Tak ingin kejadian buruk itu kembali menghampiri nya, dia pun segera berlari ke dalam rumah dan bergegas kembali ke kamarnya.
    Chung Hee yang sedari tadi mengawasi nya dari jauh pun tampak terheran dengan tingkah Changkyun, namun keheranan nya tak bertahan lama ketika ia melihat siluet seseorang di dekat pilar yang berada di bagian samping rumah.
    Melihat hal itu, Chung Hee pun segera menghampiri sosok yang kini menyembunyikan diri di balik pilar.

    "Kau kah itu, Jun?" Tegur Chung Hee dan perlahan sosok misterius itu keluar dari tempat persembunyian nya.

    Menampakkan sosok pemuda rupawan dengan netra berwarna biru kehijauan yang tampak natural, namun akan sangat mengerikan jika memang itu adalah mata aslinya. Di tambah dengan rahang yang terlihat begitu tegas dan juga tatapan tajam yang begitu mengintimidasi, sosok pemuda yang memberikan aura negatif pada Changkyun sehingga anak itu berlari ke dalam rumah.

    "Tuan Kim melarang mu untuk menemui Tuan Muda, tahan lah diri mu."

    "Aku tidak menemui nya." Balas pemuda bernama Jun tersebut, tak mencoba untuk melawan teguran dari yang lebih tua.

    "Tapi dia bisa merasakan kehadiran mu. Kembali ke tempat mu, dan jangan menampakkan diri mu sebelum Tuan meminta nya."

    "Aku hanya penasaran, aku tidak akan menganggu nya." Ujar Jun dengan penuh ketenangan sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan Chung Hee.

    Dan hari itu, di habiskan oleh Changkyun dengan aktivitas kecil nya di dalam kamar karna merasa begitu enggan untuk keluar dari tempat yang membawa ketenangan untuk nya.
    Sekedar mencari tahu tempat-tempat menarik di Korea melalui ponsel nya dan mempelajari hal apa saja yang perlu ia ketahui tentang lingkungan baru nya, dan begitulah hari berlalu. Mengantarkan matahari ke bagian barat dan menenggelamkan diri di perbatasan sebelum akhirnya kegelapan yang kembali merengkuh Seoul.

Selesai di tulis : 27.08.2019
Di publikasikan : 06.09.2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top