LEMBAR 02
Boston Children's Hospital, Maret, 2019.
Jung Soyoung dan Daniel Lim, pasangan suami istri berkebangsaan Korea Selatan itu terlihat berjalan berdampingan menyusuri koridor Rumah Sakit. Perbincangan ringan namun terdengar begitu serius mengiringi langkah keduanya yang berjalan di antara padatnya aktivitas di Rumah Sakit tersebut pagi itu.
"Apa tidak sebaiknya kita menuruti apa yang telah ayah mertua katakan sebelumnya?" Daniel memulai pembicaraan awal yang membuat tatapan tak suka Soyoung sekilas terarah padanya.
"Lupakan! Aku tidak akan membiarkan putra ku terlibat dengan hal seperti itu."
"Tapi keadaan Changkyun semakin memburuk dalam setahun terakhir."
"Kita bisa mengobati nya dengan bantuan Dokter." Acuh Soyoung yang tampak tak ingin menggoyahkan pendirian nya.
Mendengar hal itu, Daniel pun menarik lengan istrinya dan membuat langkah keduanya terhenti. Berdiri saling berhadapan.
"Dengarkan aku, Dokter hanya akan mengatakan bahwa putra kita gila tanpa mengerti apa penyebab nya."
"Dia putra ku, aku Ibu nya. Ibu mana yang akan membiarkan keselamatan anak nya terancam?"
"Justru karna itu. Kim Taehyung memiliki cara untuk melindungi putra kita, tapi tidak dengan kita."
"Daniel, aku mohon jangan memaksa ku."
Mendengar hal itu, Daniel pun hanya mampu menghela napasnya. Dia menarik tangan nya kembali dan mengangkatnya ke udara, tanda bahwa dia menyerah.
"Baik, aku tidak akan memaksa mu. Tapi pikirkanlah tentang kebaikan putra kita." Perdebatan singkat yang mereka akhiri dan kembali melangkahkan kaki mereka.
Soyoung membuka pintu salah satu Ruang Rawat di susul oleh Daniel yang kemudian menutup pintu dari dalam, keduanya berjalan ke arah ranjang pasien di mana putra semata wayang mereka terbaring sejak enam bulan yang lalu.
Soyoung berhenti di sisi ranjang tepat di samping putranya, Lim Changkyun. Pemuda yang enam bulan lalu di temukan jatuh dari lantai dua sekolah nya dan keadaan nya selama enam bulan terakhir benar-benar memprihatin kan.
Tatapan kosong yang hanya menatap lurus ke depan, wajah pucat yang sedikit kurus dan kedua tangan serta kaki yang di ikat dengan ranjang karna dalam beberapa waktu dia berhalusinasi.
Berteriak, marah, ketakutan dan menangis. Luka fisik nya memang sudah sembuh, namun sepertinya mental nya sedikit terganggu.
Soyoung merendahkan tubuhnya, mengusap kening putra nya. Menyibakkan helaian rambut yang menutupi keningnya ke atas, namun Changkyun tampak tak merespon hal tersebut.
"Changkyun, Lim Changkyun. Kau mendengar Ibu?" Ucap Soyoung dengan begitu lembut.
Perlahan netra itu menunjukkan pergerakan, mengerjap beberapa kali sebagai isyarat bahwa suara sang Ibu telah memasuki jiwanya yang terasa begitu kosong.
"Eomma..." Sebuah gumaman yang begitu lirih dan saat itu pula air mata meloloskan diri dari kedua sudut matanya. Daniel yang berada berseberangan dengan Soyoung pun perlahan mengusap air mata yang baru saja terjatuh dari sudut mata putra nya.
"Ya, Ibu ada di sini. Tidak ada yang perlu kau takutkan."
Changkyun perlahan menolehkan kepalanya ke arah sang Ayah.
"Appa." Panggil nya dengan lemah, tak berbeda dengan panggilan sebelumnya. Daniel pun ikut merendahkan tubuhnya.
"Ya, Ayah di sini. Kau ingin mengatakan sesuatu?"
"Tangan ku sakit."
Daniel bertukar pandang dengan Soyoung seakan tengah meminta pendapat, dan setelah sang istri mengangguk. Dia pun memutuskan untuk melepas ikatan Changkyun, dan tepat setelah ikatan di tangan nya terlepas. Dia pun bangkit dengan bantuan dari Ayah serta Ibunya di saat tubuhnya yang masih begitu lemah.
"Kaki ku juga." Ujar nya kembali, dan Daniel pun segera melepaskan ikatan pada kaki putranya.
Changkyun pun beralih dengan memeluk ibunya yang sudah mendudukkan diri di sisi ranjang untuk menahan punggung nya, dan tangan Soyoung pun beralih mengusap bagian belakang kepala nya di saat Daniel sendiri sudah kembali dan turut mendudukkan diri tepat di belakang nya.
"Maafkan kami karna harus menyakiti mu seperti ini." Ujar Soyoung dengan sangat lembut dan sarat akan penyesalan.
"Mereka, menginginkan darah ku. Mereka mengatakan akan membunuh ku, aku takut."
"Siapa yang mengatakan nya? Tidak ada yang bisa membunuh mu, kau akan baik-baik saja."
Changkyun menggeleng dengan cepat. "Mereka mengejar ku, mereka terus mengikuti ku dan mengatakan ingin mengambil darah ku. Mereka mengerikan."
Perlahan isakan itu mulai keluar dari mulut Changkyun ketika ia mengeratkan pelukan nya pada sang Ibu dengan mata yang tertutup rapat.
"Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja. Ibu akan mengusir mereka setelah ini."
"Tidak... Ibu tidak bisa mengusir mereka. Aku ingin pulang..."
Perkataan yang membuat kedua orang tuanya saling bertemu pandang, sebelum akhirnya Daniel yang memegang punggung putra nya. Berusaha untuk menenangkan buah hati mereka.
"Changkyun... Dengarkan Appa, semua akan baik-baik saja. Kita akan pulang setelah ini."
"Bukan ke rumah itu, itu bukan rumah kita. Aku ingin pulang, aku ingin pergi dari sini."
Perkataan yang membuat kedua orang tuanya tersentak dan di landa kepanikan di saat tangisnya yang perlahan semakin histeris, perkataan 'Ingin pulang' yang terus terucap dari mulut nya. Hingga pada akhirnya dia kembali kehilangan kesadaran nya setelah seorang Perawat memasukkan cairan ke dalam tubuhnya melalui infus yang terhubung dengan punggung tangan nya.
Soyoung hanya bisa berdiri sembari menahan tangis nya ketika melihat keadaan sang putra, mungkinkah selama ini dia terlalu egois. Dan telapak tangan hangat itu kemudian memegang kedua bahunya untuk menguatkan nya dan membuat tatapan keduanya saling bertemu.
"Kita harus mempercayakan nya pada Kim Taehyung." Ujar Daniel dengan penuh keyakinan namun Soyoung masih tampak bertahan dengan pendirian nya sendiri.
"Aku tidak ingin kehilangan putra ku."
"Soyoung, dengar baik-baik. Kim Taehyung bukanlah orang jahat, ingatlah apa yang sudah di katakan oleh ayah mu sebelum beliau meninggal. Dia menyuruh kita untuk menyerahkan hak asuh Changkyun pada nya, percayalah pada Taehyung seperti kau mempercayai nya dulu."
Soyoung memalingkan wajahnya, tampak tak kuasa menahan tangis nya dan berakhir dalam pelukan suaminya.
"Kita akan mengirim Changkyun ke Korea, itu sudah menjadi keputusan akhir."
Lost Child And The Guardians
Taehyung tengah menikmati secangkir teh di balkon kamar utama, udara yang sedikit dingin di malam hari justru membuat jas nya terlempar jauh dari tubuhnya dan hanya menyisakan kemeja hitam yang di padukan dengan celana bahan berwarna hitam seperti biasanya. Seakan udara dingin yang masih tersisa tak mampu membuatnya kedinginan.
"Pulanglah! Aku tidak menerima tamu yang tidak ingin masuk melalui pintu." Gumamnya dan seketika angin tiba-tiba berhembus kencang, membuat rambutnya sedikit berantakan. Namun tanpa ia merapikan nya pun, tatanan rambutnya sudah kembali seperti semula.
Pendengaran nya kemudian menangkap pergerakan seseorang yang masuk ke dalam kamar dan berjalan ke arah nya. Tampak tak ingin perduli, dia pun lebih memilih mengambil sebuah buku yang sebelumnya berada di atas meja.
Seulas senyum itu tiba-tiba muncul di wajah nya ketika jemarinya menyentuh judul buku yang terdapat di bagian sampul. Lost Child.
"Tuan ku." Teguran ringan dari Chung Hee yang membuatnya mengalihkan pandangan kepada Kepala Pelayan Keluarga Jung tersebut.
"Ada apa?"
"Aku membawa kabar dari Nyonya."
Mendengar hal itu, tanpa sadar ukuran matanya sedikit lebih lebar dari ukuran biasa. Namun hal itu hanya berlaku beberapa detik karna setelahnya raut wajah nya kembali terlihat seperti biasa, tampak tenang dan terkesan begitu ramah.
"Apa yang dia katakan?"
"Besok, Tuan Muda akan sampai di Korea."
Senyum Taehyung tiba-tiba melebar, seakan kabar yang di bawa oleh Chung Hee merupakan kejutan yang paling ia tunggu.
"Benarkah? Adik kecil ku? Dia akan sampai besok?"
"Benar, Tuan. Itulah yang ku dengar dari Nyonya."
Senyum yang mengembang dengan sempurna untuk pertama kalinya setelah tujuh belas tahun berlalu, membuat Chung Hee turut menarik sudut bibir nya menjadi seulas senyum. Seakan ia yang bisa merasakan kebahagian yang terpancar di raut wajah Tuan nya.
"Apa dia tidak menanyakan kabar ku?" Ujar Taehyung kemudian, masih dengan senyum yang tampak tak ingin menghilang dari wajah nya.
"Nyonya langsung memutuskan sambungan setelah mengatakan hal itu."
"Begitukah? Sepertinya dia benar-benar berniat menaruh dendam pada ku."
"Tuan tidak seharusnya berpikir seperti itu, aku mengenal bagaimana Nyonya Jung Soyoung dan dia tidak akan pernah menaruh kebencian pada Tuan apapun yang terjadi."
Tak ingin merespon dengan ucapan, Taehyung hanya membiarkan senyum nya untuk merespon perkataan Chung Hee.
"Berikan sambutan yang baik untuk adik ku besok."
"Ye, Tuan. Jika di izinkan, biarkan Jun yang menjemput Tuan Muda di bandara."
"Tidak, jangan dulu. Jangan biarkan anak itu melihat Jun."
"Apakah ada masalah dengan hal itu?"
"Kita tidak tahu apa saja yang telah di alami oleh anak itu. Dia sudah bersedia kembali ke Korea, itu sudah lebih dari cukup bagi ku. Besok, pergilah ke Bandara untuk menjemput nya."
" Ye, Tuan ku."
Selesai di tulis : 25.08.2019
Di publikasikan : 28.08.2019
Lost Child
The Guardians
Tak ingin menargetkan apapun, jika anda sekalian berkenan. Silahkan isi kolom komentar sebagai sukarelawan karna Book ini menyimpan sesuatu yang akan membuat anda sekalian terkejut.😁😁😁😁😁
Ost Utama untuk Book ini adalah lagu milik Boyfriend yang berjudul Witch.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top