Prima Di Andare
Bagaimana rasanya tersingkirkan dan terlupakan begitu saja hanya karena kedatangan seseorang? Tanpa perlu ada yang memberikan jawaban semua orang juga tahu bahwa hal itu sangat menyakitkan.
Jerry, seseorang yang selama ini dikenal sebagai anak emas dan orang kepercayaan Ubi, posisinya kini telah tersingkirkan oleh Zero.
Adapun Megura, seseorang yang bahkan tidak pernah dipedulikan oleh keluarganya sendiri. Maji, seseorang yang merupakan jiwa ayahnya dari dimensi lain juga bahkan tidak pernah menganggapnya ada.
Mungkin bagi orang lain, keduanya tidak begitu dekat. Namun pada faktanya, hubungan keduanya dapat dikatakan dekat.
Semua berawal dari hari di mana tidak ada satupun orang kecuali para Ragnarok yang nampak di dunia itu, lebih tepatnya di markas pertama Ragnarok.
Semenjak kepergian Maji, Megura menjadi lebih sering berdiam diri, entah di ruangannya sendiri ataupun tempat-tempat sunyi di Ragnarok.
Sebelum pria itu pergi, dirinya sering menghabiskan waktu untuk berlatih bersama Maji ataupun membantu Ajul, yang mana saat itu masih berstatus pasangan dari ayah beda dimensinya itu.
Namun setelah Maji diusir oleh Ubi, Ajul juga lebih menjaga jarak dari dirinya. Itu adalah hal yang cukup wajar, mengingat tentu saja pemuda manis itu butuh waktu untuk menenangkan diri.
"Aku lihat-lihat ... kau sering kali bermurung diri belakangan ini, hei Megura."
Pemuda berambut kelabu itupun menoleh sebelum menghela napas. "Kau sendiri apa bedanya, Jerry? Selalu mengurung diri di markas ini."
Jerry kemudian menjitak dahi Megura yang membuat pemuda itu meringis kesakitan. "Markas ini memang tempatku, bodoh. Mau berapapun jumlah markas yang dimiliki Ragnarok, aku akan selalu berada di sini."
"Tidak juga, kau semakin sering berada di sini sejak Ubi selalu bersama Zero," cibir Megura sembari mengelus dahinya yang terasa sedikit sakit sebab jitakan pria itu.
Jerry pun terkekeh sebelum menatap ke arah langit-langit gua. "Mau bagaimana lagi, Megura? Pada faktanya, orang lama akan selalu menang."
"Kau cemburu?"
Jerry pun menyerngit. "Apa maksudmu? Aku cemburu dalam hal apa? Dengar, walaupun hampir semua orang di Ragnarok ini menyukai sesama jenis, aku tidak termasuk kepada salah satunya."
Megura kemudian mengerdikkan bahunya. "Aku hanya bertanya. Lagipula ... rasa cemburu bukan hanya ada pada hubungan romansa, kau tahu?"
Jerry kemudian menghela napas. "Ya ... kau mungkin benar. Mungkin ... aku memang merasa sedikit cemburu pada Zero, namun hanya sebatas itu. Setelah aku selalu bersama dengan Ubi, kini aku seakan dilupakan. Bahkan si Gempita-Gempita itu juga merupakan orang kepercayaan Zero, aku benar-benar sudah tidak memiliki tempat lagi."
"Setidaknya ... kau masih dianggap ada oleh Ubi, Jerry," balas pemuda itu sambil tersenyum masam. "Ayahku saja tidak pernah menganggap aku ada."
"Bukankah kau dekat dengan Maji?" heran Jerry yang kemudian dibalas dengan gelengan kepala dari pemuda itu.
"Baik Ayahku yang berasal dari dimensi asalku ataupun dari dimensi ini semuanya sama, aku hanya dianggap sebagai beban. Aku memang selalu berlatih dengan Maji, namun sering kali aku menjadi tidak sadarkan diri saat latihan. Saat aku bangun, hari sudah gelap dan dia meninggalkan diriku sendirian di sana."
"Lalu bagaimana dengan Ajul? Bukankah dia ... ibumu di dunia ini?" tanya Jerry dengan tidak yakin, bagaimanapun dirinya merasa aneh dengan kalimat terakhir yang ia ucapkan itu.
"Aku hanya berbicara dengan Ajul saat dia membutuhkan bantuan, selebihnya dirinya juga menganggap diriku tidak ada," kekeh Megura sebelum menatap ke arah kedua netra Jerry. "Kurang lebih ... dirinya hanya menganggap diriku sebagai pesuruh."
"Omong-omong, bagaimana kabar senjatamu itu, Jerry?" tanya Megura kemudian, mengubah topik pembicaraan mereka. "Apakah kau sudah bisa mengendalikan kekuatannya?"
Jerry pun berdecak sebelum merotasikan bola matanya malas. "Jangankan mengendalikan kekuatan, Beelzebub saja tidak pernah menggubris panggilanku."
"Ah, untung saja kita belum perlu untuk mengeluarkan kekuatan untuk berperang," balas Megura sambil terkekeh. "Jika tidak, mungkin kita akan berada di dalam masalah."
Jerry pun tertawa kecil. "Kita bertiga nampaknya sedang bermasalah dengan iblis senjata, ya?"
"Bertiga?"
"Kau tidak tahu bahwa tali dari crossbow Ajul putus? Aku tidak tahu apa yang telah dilakukan oleh anak itu hingga senjatanya bisa rusak seperti itu," dengus Jerry. "Jika Ubi tahu, dia sudah dipastikan akan berada di dalam masalah besar."
"Oh astaga ...." Megura pun tertawa kecil, pantas saja pemuda yang dulu menjadi pasangan dari ayah beda dimensinya itu nampak jauh lebih murung belakangan ini.
"Kau sendiri bagaimana? Apakah Asmodeus juga mengabaikan panggilanmu?" tanya Jerry, yang membuat pemuda itu sedikit terdiam.
Tidak mungkin ia berkata bahwa dirinya selalu menolak bisikan Asmodeus, bukan?
Megura kemudian menghela napas. "Ya ... begitulah ...."
Jerry kemudian terkekeh kecil. "Baiklah, nasib kita sama. Seingatku kita masih memiliki persediaan bir, mau minum bersama?"
"Aku belum cukup umur untuk itu," balas Megura sambil tersenyum canggung, namun dirinya tetap ditarik oleh pria itu yang kemudian merangkul bahunya.
"Persetan dengan batasan umur, Megura. Di dunia ini tidak ada kata benar atau salah, melainkan hanya menang atau kalah," balas Jerry sambil terkekeh. "Sayang sekali Ajul sedang tidak ada di sini."
"Ajul dalam keadaan mabuk bukanlah hal yang baik," balas Megura, ia teringat saat dirinya tidak sengaja melihat pemuda itu dalam keadaan mabuk.
"Oh ya? Setahuku Ajul tidak pernah minum sampai benar-benar mabuk, memangnya saat kapan?" tanya Jerry penasaran.
"Ah ... saat itu aku sedang membutuhkan sesuatu sehingga aku mendatangi rumah Maji. Entah apa yang telah terjadi, namun Ajul benar-benar nampak ... liar." Wajah Megura kemudian merona sebab kembali teringat detail adegan tersebut di dalam benaknya.
Jerry kemudian tertawa sebab ia dapat menebak apa yang tengah terjadi. "Kau belum pernah minum bir tapi sudah menyaksikan adegan bercinta secara langsung? Kasihan."
"Diamlah, aku saja menyesal mengetahui hal itu. Kalau saja aku tidak pergi ke sana, mungkin saja aku tidak akan tahu apapun tentang itu."
Berawal dari perbincangan sederhana, hubungan keduanya semakin erat. Disatukan oleh sulangan gelas bir, alunan kisah perlahan mengalir.
Walaupun pada akhirnya, kisah mereka tidak dapat membentuk simpul di antara mereka. Jerry yang memang tidak pernah sedikitpun menyukai laki-laki, juga Megura yang masih berada di bawah umur.
THE END
Thanks to giacinta_rahmadewi for the request!
So don't forget to vote, spam comments, follow, and share if you like this story!
Salam hangat,
Ra
12/01/25
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top