Melukis Bayangan.

"Lepaskan! Dia tidak akan membuatmu tumbuh semakin kuat. Justru dia-lah yang akan mematahkanmu berkali-kali."

—gadis abu-abu—

Happy Reading❤

***

Malam semakin menua ketika Damian tiba di pelataran sebuah rumah berwarna oranye. Setelah menekan bel, dan menunggu sang empunya membukakan pintu, cowok yang memakai jaket berwarna Navy itu membetulkan rambutnya yang berantakan.

Gemintang sedang menghiasi cakrawala malam ini. Desis angin malam tak membuat Damian mengeluh karena Ghea terlalu lamban untuk membuka pintu.
Dia sedikit heran kenapa Ghea sangat lama membukakan pintu, berbeda dengan biasanya--gadis itu akan menunggunya di teras rumah.

"Assalamu'alaikum, Tante," sapa Damian ramah, kala Irene muncul di balik pintu.

Irene tersenyum ramah, menatap cowok berjambul yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya. Disertai beberapa kantung plastik yang dia pegang.

"Wa'alaikumsalam. Udah lama, ya? Harusnya tadi langsung masuk aja. Kayak di rumah siapa aja." Irene menggandeng Damian masuk ke dalam rumah.

Mencium aroma parfum yang Ghea kenali, dia mendongak. Menatap seseorang yang baru datang dengan senyuman lebar, hingga matanya menyipit. Melihat putrinya tersenyum sedemikian rupa, David ikut menolehkan kepala. Memandang Damian dengan seulas senyum.

"Ini Damian, ya? Beda banget dari yang terkahir kita ketemu," ucap David pertama kali. "Kelas berapa, ya itu? Kelas 3 SMP?"

Damian tersenyum canggung ke arah David. Dia merasa timming datang ke sini tidak tepat. Bukannua dia tidak menyukai David, tetapi karena jarang bertatap muka dia merasa akward dengan ini semua. Berbeda dengan Irene, dia tidak akan merasa secanggung ini.

"Hehe, iya, Om," sahut Damian setelah dia duduk di sofa sebelah Ghea.

Tak mengindahkan Damian yang sedang bingung bagaimana cara bersikap di depan David, gadis dengan baju tidur berwarna putih itu justru asyik bersandar di bahu Damian, seraya meminum susu cokelat yang dibawa oleh cowok berjambul tersebut.

"Kok masih panggil 'Om'? Panggil Papi sama kayak Ghea juga gak pa-pa." David tersenyum penuh wibawa.

"Dengerin tuh, Bang. Padahal gue manggil nyokap lo juga 'Mama'." Ghea ikut menyahuti perkataan ayahnya.

"Iya, kamu kayak sama siapa aja sih." Irene menambahkan sembari membawa piring berisi martabak.

Ghea menangkap nada tidak enak dari kalimat ibunya, tetapi dia tidak memedulikannya. Karena pinggangnya merasa sakit akibat dicubit Damian, yang saat ini sedang tersenyum kikuk. Ghea yakin, cowok di sampingnya ini bingung cara menanggapi perkataan kedua orangtuanya.

"Eh, iya, Om, Tante," Damian menutup mulutnya sendiri merasa salah memanggil kedua sosok paruh baya di depannya.

"Maksudnya Papi sama Mami." Suara Damian terdengar kaku.

David dan Irene terkekeh melihat ekspresi Damian yang sedang salah tingkah.

Suasana di ruangan berbentuk kubus itu, terasa semarak. Suara pembawa acara di televisi tidak lagi menjadi fokus utama mereka. Perbincangan ringan terdengar, saling bersahutan. Damian tidak secanggung saat pertama kali singgah. Pun dengan suasana hati Ghea, tidak seburuk siang tadi.

David pamit untuk ke kamar mandi, Irene pun ikut untuk mundur diri--kantuk sudah menyerang wanita paruh baya itu katanya.
Kedua remaja yang ditinggal di ruang keluarga pun, memilih untuk duduk di teras. Sembari menyambangi langit malam, yang sedang dipenuhi gemintang.

Keheningan tercipta di antara mereka berdua. Damian sibuk mengamati bintang dengan hati damai, berbeda dengan Ghea yang menatap kosong ke arah cakrawala. Dia menghela napas gusar, kenapa rasa sesak itu kembali hadir?

Mendengar gadis yang duduk di sebelahnya, sedang tidak baik-baik saja, Damian menoleh. Kerutan di dahinya terlihat jelas. "Kenapa?"

Cewek dengan baju tidur putih itu masih bergeming. Menatap nanar ke arah bintang yang terlihat paling terang.

"Hati gue patah lagi, Bang ...," katanya lirih.

Cowok itu masih diam, menunggu Ghea melanjutkan kalimatnya. Dia tidak memaksa jika Ghea tidak mau menceritakan seluruhnya. Mau bagaimanapun itu adalah privasi.

"Emang cewek kayak gue gak boleh jatuh cinta, ya?" katanya lagi. "Kenapa setiap gue suka sama cowok, cowok yang gue suka gak suka balik ke gue? Kenapa selalu bertepuk sebelah tangan? Gue jelek banget, ya?" tanya bertubi-tubi.

Damian terdiam. Ada perasaan kesal yang menyusup ke hatinya mendengar kalimat itu. Desis angin malam semakin menusuk tulang, tetapi kedua anak manusia itu masih bergeming di tempatnya.

"Jatuh cinta itu anugerah. Kita nggak bisa memprediksi mau sama siapa kita menjatuhkan hati. Lo nggak salah, dia juga nggak salah. Cuma waktunya aja yang salah," jawab Damian bijak.

Ghea dibuat membisu dengan perkataan Damian. Cowok itu selalu berkata tepat sasaran, meskipun terkadang dia menyebalkan. Namun, tetap saja bagi Ghea, Damian adalah tempat berkeluh kesah paling tepat.

"Dengerin, G! Jangan pernah gantungin kebahagiaan kita sama orang lain." Damian menghela napas panjang.

Dahi Ghea terlipat, dia menatap Damian dengan sorot tidak mengerti dan meminta penjelasan lebih lanjut. "Kenapa?"

Damian mendengus, Ghea memang memiliki otak cukup pandai dengan berbagai kemampuan yang dia miliki. Namun, tetap saja jika bermasalah dengan hati, dia akan menjadi bodoh. Seolah-olah IQ yang dia miliki tidak lagi berguna.

"Setiap manusia itu punya titik lelah masing-masing. Kalau mereka udah capek, terus pergi ... nanti kita lupa cara bahagia lagi. Karena kita udah pasrahin semua kebahagiaan kita sama dia. Dan itu, hanya menunggu waktunya untuk masa itu datang." Damian menjelaskan secara perlahan.

"Jadi?" tanya Ghea dengan wajah yang semakin bingung.

"Oh! Ya Tuhan! Lo makan apa sih?! Kok tolol?" Damian menjitak kepala Ghea. "Jadi, dengan atau tanpa dia, hidup lo harus tetap berjalan."

Ghea mengusap kepalanya, dia menatap kesal kepada Damian. "Ya kan gue nggak tahu masalah cinta-cintaan. Ini kedua kalinya gue jatuh cinta, yang pertama sama lo, tapi lo malah suka sama cabe gope." Ghea menusuk-nusuk pipi Damian.

Sedangkan sang empu hanya diam, mendengar pengakuan Ghea. Meskipun dulu gadis itu pernah mengatakannya, tetapi selalu dia anggap itu hanya sebuah gurauan. Seperti merasa de javu dengan ini semua, sekarang cowok dengan alis tebal itu mendengar kalimat itu kembali. Setelah sekian lama, dan anehnya perasaan hangat menyusup tanpa permisi ke dalam benak Damian.

"Ya walaupun perasaan gue ke lo gak semenggebu-gebu rasa gue sama Alan," tambah Ghea.

Lagi, hening menyelimuti mereka berdua. Sedangkan malam semakin menua. Membawa angin malam yang semakin menusuk-nusuk, seolah menyuruh kedua insan itu untuk menyudahi kesunyian yang sengaja mereka ciptakan.

Ghea terlalu larut perasaannya dengan Alan, sedangkan Damian merasakan kehangatan, meskipun suhu udara malam ini mencapai angka 19°.

"Jadi, menurut lo gue harus lupain perasaan gue sama Alan?" tanya Ghea memecah keheningan.

Damian mengernyit, menatap Ghea dengan sebelah alis yang terangkat. "Gue nggak nyuruh lo buat lupain dia. Maksud gue itu, hidup lo harus tetap berjalan sebagaimana mestinya. Sebelum ada dia juga hidup lo baik-baik aja, 'kan?"

Ghea mengangguk dalam diam. Sudut bibirnya sedikit terangkat. Dia menatap Damian dengan lembut, sorot mata yang sudah lama tidak ditunjukkan untuk Damian.

"Tugas pelajar itu belajar, masalah cinta-cintaan itu pelengkap," tukas Damian.

Ghea mendekap tubuh Damian dari samping. Dia patut bersyukur, dikelilingi orang-orang baik. Yang perlu dia lakukan esok adalah, kembali menjalani harinya sebagai pelajar. Masih banyak mimpi yang harus dia capai, termasuk mensejajarkan kedudukan antara anak IPA dan IPS. Mengubah mindset orang lain, yang selalu berkata bahwa anak IPS adalah anak-anak terbuang dan tidak bisa berprestasi. Dan, Ghea ingin membuktikan bahwa itu semua salah.

Seperti yang Damian bilang, perasaan itu akan Ghea anggap sebagai bumbu dalam masa remajanya. Apalagi sebagai pelajar SMA, perasaan itu memang sewajarnya akan menghampiri hati siapa pun.

9.390
G.Anstsy I'm happy. But, my heart it's hurt. Ok, gdnite❤

Lihat komentar terdahulu....

D.Stwn_ nite sweety🐼
Jonthan002 tumben cakep😂
PrincessAchel jones aje sok ptah hati lu. Pth tulang kali, ah🙈
Ghea_lovers have a nice dream idolaku❤ Btw, @D.Stwn_ makin sweet aja sama Kak G😂 jadian dong ah, gemes deh.
Triplekosong hai cntk, bagi nomer dong. Bebas tlfn, no sex dan sara.
Antipelakor hallo sist, kami menjual gelang anti pelakor. Sudah banyak testi, bisa cek ig kami @antipelakorclub

***

❤5.894
D.Stwn_ i know she's cute. But, she's my Lil sist. Dont ever think to touch her 🔫


Dalam senyap malam, senyum Ghea mengembang melihat postingan Damian. Dia tahu alasan kenapa cowok itu lebih memilih mematikan kolom komentarnya.
Perlahan, kelopak matanya terpejam. Senyum lembut pun tercetak di wajah oval gadis itu.

🐼🐼🐼

To be continue, Dear❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top