GOB-033

Hidupku yang dari awal sudah rumit, malah semakin pelik. Aku duduk tegang dengan menyaksikan butiran air menetes di punggung dan pergelangan tanganku. Ruangan yang hening, juga tatapan elang yang pria paruhbaya ini layangkan padaku membuatku tambah ketakutan. Aku menjawab setiap pertanyaannya dengan hati-hati, juga dengan sejujur-jujurnya. Tapi, pria ini ngotot dan terus memojokkanku. Selalu berusaha mencari celah untuk menuduhkan semua tragedi ini atas kesalahanku.

Aku yang tidak kuat menahan tangis, akhirnya pecah. Pria itu kebingungan lalu memanggil seorang wanita yang ternyata adalah mamaku. Mama hadir di sini. Mama mendukungku, merangkulku dan ikut menangis bersamaku.

"Pak, apa anak saya sudah boleh pulang? Dia tidak bersalah," pinta mama dengan kedua matanya yang sudah sembab.

"Baiklah, Nyonya. Nona sudah boleh pulang, tapi harap kerjasamanya karena kasus ini masih belum selesai. Kami membutuhkan banyak keterangan dari Nona Sohyun."

"Saya tahu, Pak. Saya tidak bodoh. Saya permisi," kata mama yang begitu jengkel oleh sikap pak polisi.

Mama menuntunku keluar, di sana kudapati Taeyong tidak sendiri. Aku ingat bagaimana polisi membawaku pergi dengan mobilnya yang bersirine, dan Taeyong lah yang mengejar dan menemaniku sampai sini. Kemudian, mama datang, pun juga dengan Hanbin, Taehyung, dan sunbae. Ditambah kedua sahabatku, Yoojung dan Saeron, yang melihatku prihatin.

Aku sangat terharu. Aku ternyata tidak sendiri, aku punya mereka yang mempercayaiku. Begitu keluar dari ruang interogasi, Yoojung memelukku. Dia menyampaikan betapa khawatirnya dia. Aku yang kena masalah, namun dia yang merengek-rengek seperti bayi. Hidungnya merah dan cairan kental mengisi di dalamnya, sepertinya dia akan menumpahkan semua ingusnya ke bajuku. Tapi aku sayang sahabatku ini. Di balik sikapnya yang menyebalkan, dia justru jadi orang yang paling mengkhawatirkan hidupku.

"Sohyun, kau tau, aku sangat ketakutan saat melihat kau dibawa polisi. Bagaimana polisi itu bisa bertindak seenaknya?? Sohyunku yang baik hati tidak mungkin melakukan kejahatan," kata Yoojung menggebu-gebu.

"Yoojung, mereka bawa surat keterangan. Aku dibawa pergi karena suatu alasan, tapi kau jangan takut, ya."

Hari tidak terasa berjalan sudah enam jam. Senja mulai menyapa, aku dan semua orang yang menyayangiku berkumpul di rumahku. Mama sebelumnya telah meminta bibi untuk menyiapkan makan malam. Kami makan bersama dalam ancaman. Entahlah, aku merasa hidupku sudah di ujung tanduk. Tak ada tempat nyaman yang bisa aku singgahi. Aku seperti terombang-ambing dalam masalah, dan sebentar lagi pasti akan jatuh dalam lembah hitam yang akan membuatku tidak dapat kembali ke kehidupan.

Mama menyadari kemurunganku. Ia juga pasti sadar, apa yang aku murungkan adalah soal kariernya yang hancur. Gara-gara aku, mama kehilangan job. Dan entah bagaimana mama akan menafkahiku setelah ini. Atau mungkin, mama akan mengirimku ke papa yang sekarang ada di Australia karena tidak sanggup lagi mencukupi kebutuhanku.

Meskipun aku membenci pekerjaannya, namun aku sadar. Hanya dengan ini mama bisa memberiku segalanya. Aku tidak akan memprotesnya lagi kalau saja Tuhan mencabut hukuman ini. Mengembalikan Yena dan juga menghapuskan semua gosip yang terkait denganku. Aku ingin hidup dengan damai. Kenapa sulit sekali?

"Sohyun, jangan pikirkan apapun. Mama pasti berusaha untuk membebaskanmu dari masalah ini. Makan, ya, sweety," ucap mama dengan lembutnya. Tak lupa mama mengusap kepalaku, sama seperti yang ia lakukan setiap harinya.

Ngomong-ngomong, belakangan mama jarang kelihatan di rumah. Tapi karenaku, mama malah jadi pengangguran.


Usai makan malam, Yoojung dan Saeron pamit pulang. Hanbin dan Taeyong masuk ke dalam kamarnya. Mama tampaknya sedang mengurus sesuatu dengan managernya di kantor agensi. Dan di sinilah aku, duduk termenung memeluk lutut dan menatap angkasa yang tak berbintang.

Aku memikirkan sosok gadis yang menemani suka dukaku selama ini. Gadis yang pernah membuatku bahagia hanya dengan kehadirannya. Gadis yang selalu tersenyum dan mengobrol tiada henti hanya untuk menghiburku. Choi Yena, kenapa kau bunuh diri begitu saja? Apa kau tak memikirkan bagaimana perasaanku setelah kau pergi?

Aku harap, Yena ada di sekitar sini. Mendengar keluhanku dan kekesalanku. Tapi, yang datang adalah lelaki ini. Lelaki yang mendengar curahan hatiku selama kurang lebih satu jam. Aku bersandar di pundaknya tanpa sadar. Menyembunyikan wajah dan tangisku. Berharap dia memelukku sebentar dan membawaku tenang.

"Taehyung, terima kasih," ungkapku yang sudah cukup merasa puas.

Taehyung pun membalas pelukanku. Dia menggenggam hangat tanganku, dan mengatakan, "Sohyun, kamu tidak akan memikul beban ini sendirian. Aku ada bersamamu, kapan pun kamu membutuhkan."

"Seandainya, aku dulu menerima cintamu. Mungkin aku tidak akan punya fobia ini, mungkin aku tidak akan kenal Yena di sekolah wanita, mungkin aku tidak akan dituduh lesbian, mungkin aku tidak akan terlibat dengan kasus bunuh diri yang membuatku lelah dan ingin terus menangis. Taehyung, bisakah kita kembali ke masa lalu? Aku menyesali semuanya," keluhku pada Taehyung.

Taehyung hanya diam dan menggenggam tanganku lebih erat. Faktanya, memang waktu tidak dapat diputar ulang. Apa yang terjadi sekarang, adalah hasil dari apa yang aku lakukan sebelumnya. Sebesar apa pun aku ingin menghindar dari dunia ini, sebesar itu pula aku harus menghadapi cobaan berat yang menimpaku.

Kim Sohyun, kau bisa. Kau pasti bisa!

***

Hari demi hari berlalu, aku keluar-masuk kantor polisi. Atas usul mama, aku pun menghentikan perkuliahanku dan memfokuskan diri untuk menyelesaikan problema ini.

Dan hari ini pula, aku mendengar kabar kepulangan Taeyong dan Taehyung. Kata Hanbin, mereka berdua tidak diizinkan lagi untuk menemuiku. Bahkan, jika mereka menemuiku, Tuan Lee akan mengancam tidak menganggap mereka sebagai anak lagi. Aku pun merasa kesepian.

Hanya ada Hanbin, karena dua hari lalu, mau tidak mau sunbae harus sudah meninggalkan Korea. Rupanya, waktu studinya ke Jerman telah tiba. Sunbae tak sempat berpamitan denganku karena keluarganya juga melarang ada pertemuan antara dirinya denganku, si gadis penuh masalah dan nama baiknya tercoreng ini.

"Sohyun, kau dengar kan tadi? Kejadian ini murni kasus bunuh diri. Yena tidak menerima ancaman dari siapa pun, jadi kau tidak bersalah. Kau bebas dari tuduhan."

Ya, hari ini pula aku terbebas dari tuduhan. Berdasarkan hasil penyelidikan, Yena dinyatakan bunuh diri. Aku masih tidak percaya saja, bagaimana Yena yang kukenal sebagai periang melakukan hal yang tidak menguntungkan itu?

Berita buruknya adalah, mama akan segera mengirimku ke Australia. Aku diminta papa untuk menyusulnya ke sana. Menjalankan kuliah dan pengobatan mental di sana. Tempat kelahiranku, sudah lama aku tidak menginjakkan kaki di Melbourne. Tapi setelah semua ini, aku sungguh kehilangan semangatku. Karena itu artinya aku akan berpisah dengan sahabat-sahabatku yang ada di Seoul.

"Sohyun, kamu sudah siapkan baju-baju dan barang lain yang akan kamu bawa?" Tanya mama yang keluar dari kamarnya.

Hanbin yang tidak tahu menahu mengerutkan dahinya lalu menuntut penjelasan dariku.

"Sohyun, kau mau ke mana?"

Aku beralih menatap mama. Aku ingin mama sendiri yang menjelaskan kepada Hanbin bahwa aku akan pergi ke Australia.

"Sohyun, jawab aku, kenapa kau tidak bilang sepatah kata pun?"

"Ma, aku akan bersiap-siap sekarang. Tolong katakan sesuatu padanya," ucapku sambil menunjuk Hanbin yang berdiri tegang.

Selamat tinggal, Kim Hanbin. Senang rasanya mengenalmu di Perth Glory. Kau laki-laki yang lucu. Salah satu lelaki yang paling berkesan dalam cerita pedihku. Aku pergi untuk sementara, saat kembali nanti, aku yakinkan kau, aku pasti berubah menjadi lebih tangguh lagi. Menjadi pribadi yang tidak takut pada laki-laki, menjadi pribadi yang ceria dan tidak secengeng ini.

Dan, tolong sampaikan salamku pada Taeyong dan Taehyung. Kuharap kedua saudara tiri itu mau melupakanku demi kelangsungan hidup mereka. Menjauhiku mungkin cara yang ampuh untuk menjauhi lubang penderitaan. Pada akhirnya, aku tidak akan menyeret siapapun untuk berkabung bersamaku. Aku akan melakukan semua sendiri, menyelesaikan semua sendiri tanpa merepotkan mereka. Aku akan memulai diriku sebagai Kim Sohyun yang baru. Aku janjikan itu.

Sampai bertemu lagi, di masa mendatang.

***

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top