GOB-029

Info:

Buat kalian penggemar Yoongi-Sohyun-Jimin, bisa nih cek work aku yang baru dipublish hari ini. "Problematic Boss", penasaran? Bisa langsung baca dan jangan lupa kasih komentarnya :")

Oca🌹

Spoiler dikit...

Dah :)

***

Aku duduk menumpu dagu dengan kedua sikuku. Menatap kosong pijakan tangga yang ada di halaman depan fakultas. Aku tidak mengerti nasib yang sedang kualami. Terjebak dengan empat lelaki sekaligus. Lalu, kulabuhkan untuk siapa hatiku ini?

Taehyung, kami mulai dekat. Bahkan aku menciumnya pertama kali. Tapi, aneh. Bertemu dengannya membuatku panas-dingin. Tak bisa kudefinisikan perasaan apakah itu. Tak hanya dengan Taehyung, jantungku berdebar-debar tiap kali bersama sunbae dan Taeyong. Juga Hanbin. Bagaimana aku bisa menebak siapa pria yang sebenarnya kusukai? Orang bilang, detak jantung itu tidak pernah salah memprediksi, tapi ... hell! Benda itu mengatakan seolah-olah yes pada keempat pria.

Sepertinya, hatiku sedang berkamuflase. Berkhianat padaku, si pemiliknya, dengan tidak memberitahukan kebenaran sejati. Sungguh ini melelahkan. Tidak mungkin kan aku terus main kejar-kejaran dengan mereka? Setidaknya aku harus menentukan dulu mana satu orang yang mungkin memiliki hatiku.

"Di sini kau rupanya."

Aku mendongak, dan cewek itu datang. Ada apa? Kurasa hampir berminggu-minggu ini dia lenyap dari pandanganku. Mungkin setelah dia tahu aku mulai jadi perhatian para lelaki di kampus. Terima kasih pada fobiaku yang membuatku semakin popular di Perth Glory. Aku jadi bisa terhindar dari si cewek songong ini.

"Mencariku? Mau apa lagi? Oke. Aku mengaku kalah soal taruhan."

"Sudahlah, aku tahu kau kalah. Tapi bukan itu yang ingin kubicarakan."

"Memang mau bicara apa? Aku nggak ada waktu buat Sunbaenim."

"Nggak usah sok sibuk!!!"

Waktu aku berdiri dan hampir menerobos pergi, Bora mencekal pergelangan tanganku. Sangat erat.

"Bilang pada pacarmu, jangan menggangguku!"

"Pacar?"

"Dengar ya, aku baru sadar. Ternyata, selain kau punya fobia, kau ini juga gadis gila. Gimana bisa kau pacaran sama ... sama sesama jenis? Itu menjijikkan!"

Aku mengerutkan alisku. Mulutku sampai terbuka saking aku tidak mengerti apa yang Bora ucapkan. Apa dia sedang mabuk?

"Jangan bicara ngelantur. Sunbae tau kan, nanti bisa jadi kesalahpahaman kalau didengar yang lain."

"Siapa yang ngelantur? Sebaiknya kau tanya saja dia. Dia mengakui semuanya dan dengan seenak jidat terus menerorku. Aku membenci gadis sialan itu!"

Gadis sialan? Sebenarnya siapa yang Bora maksudkan?

"Ingat, katakan padanya untuk berhenti mengusikku!"

Bora menghempaskan cekalannya, sementara aku masih berdiri tegap tanpa melakukan apapun. Ada yang tidak beres.

***

Saat aku berjalan keluar kampus—karena ini jam pulang—tak sengaja kujumpai Yena. Aku tidak menyapanya, sebab posisinya membelakangiku. Dia sedang bicara serius dengan seorang lelaki. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena teriknya matahari.

Aku sedikit mendekat dan bersembunyi di balik pohon. Aku mencoba mendengar pembicaraan mereka, sayangnya tidak bisa. Jarak kami masih lumayan jauh. Namun, dari sini ketahuan. Yena tengah berbicara dengan Taehyung.

Aku terkejut. Ada masalah apa antara Yena dan Taehyung sampai-sampai mereka setegang itu? Apa mungkin Yena belum bisa melupakan sifat Taeyong yang pernah membuatnya kesal dulu? Makanya dia luapkan isi hatinya oada Taehyung, adik tiri Taeyong.

Aku tercengang saat mendengar suara tamparan. Yena menampar Taehyung dengan keras. Aku yang tidak sadar, hampir saja berlari untuk melerai mereka. Tapi, kuurungkan niatku karena rasa penasaran yang sangat menyiksa ini. Aku ingin tau lebih urusan yang membuat mereka sampai bertengkar.

Ayolah Sohyun, hampiri saja mereka!

Hatiku terus memerintah demikian, aku menahannya sekuat yang kubisa. Jika aku datang, mungkin aku tidak akan pernah tahu lagi masalah keduanya.

Ini sangat langka. Yena tak biasanya datang ke Perth Glory. Kalau pun dia datang, harusnya dia menemuiku sejak awal. Tapi, ini? Aku malah memergokinya tengah beradu mulut dengan Taehyung.

Aku memfokuskan lagi perhatianku pada mereka. Tahu-tahu Yena sudah pergi. Dan kini tersisa Taehyung.

Kakiku ragu-ragu untuk melangkah. Ingin rasanya kutanyakan langsung pada Taehyung, tapi aku juga tidak mau gegabah. Tampaknya ini sangat serius.

"Kim Sohyun!"

Aku menepuk-nepuk dadaku, refleks kaget. Taehyung mendadak berdiri di sebelahku seperti orang tanpa dosa. Padahal, ia baru saja membuatku hampir kehilangan jantungku satu-satunya. Kukira tadi orang asing, aku malah sudah siap untuk pingsan duluan.

"Jangan membuatku kaget!" bentakku.

"Maaf. Apa yang kamu lakukan di sini?"

Alih-alih menjawab pertanyaannya, kedua mataku menangkap bekas kemerahan di pipi kirinya. Ah, pasti bekas tamparan dari Yena.

"Pipimu kenapa merah? Sakit?" tanyaku sambil menyentuhnya.

Taehyung tak membiarkan tanganku pergi. Tepat saat aku menyentuh pipinya, Taehyung menahan pergelangan tanganku agar tetap menempel.

"Aku sudah temukan obatnya."

"Hah?"

"Ayo pergi berdua."

***

Taehyung mengajakku membeli es krim dari sebuah minimarket di seberang kampus. Kami duduk di teras yang sudah disediakan kursi. Sebelum mengupas bungkus es krimnya, kulihat Taehyung menempel-nempelkan es krim dingin itu pada pipinya yang kemerahan tadi.

Aku mengedikkan bahu dan berpura-pura tidak mengerti.

Aku terbatuk saking buru-burunya memakan es krimku.

"Sohyun, hati-hati!"

"Ma-af, ini terlalu enak, hehe."

Saat aku hendak menyantap es krimku dengan suapan yang kedua, Taehyung melakukan sesuatu hingga membuat pipiku merasa panas.

"Rapikan ponimu supaya aku bisa melihat wajahmu yang cantik," katanya sambil menyisihkan poniku ke sisi sebelah kanan.

"A-ah, iya."

Aku terdiam dan tak bisa bergerak. Yang kulakukan adalah melihat wajahnya yang fokus membetulkan letak poniku. Sudah seperti artis yang mengamati hair stylist-nya saja.

"Tae, boleh kutanya, kenapa pipimu merah?"

Aku bertanya untuk mengalihkan perhatiannya. Ayolah, rasanya sangat malu diperlakukan begini oleh laki-laki. Entahlah.

"Pipimu juga merah."

"Hah? Apa? Masa sih?"

Aku memeriksa pipiku dengan mengambil kaca genggam dari dalam tas. Benar! Pipiku merah di kedua sisinya.

"Kau lucu!" kata Taehyung sambil mencubit kedua pipiku dengan gemas.

"Aw! Sakitt!"

"Maaf, tapi aku sungguh-sungguh. Kau sangat lucu."

"Sudahlah, jangan menggombaliku terus. Apa tidak ada pekerjaan lain? Hei, aku tadi menanyakan sesuatu, jawab dong!" omelku padanya. Huh, kesal. Dia dengan mudahnya membuatku malu, tapi aku dengan susahnya membuatnya berhenti mentertawaiku. Ini tidak adil.

"Kau mau tau apa sebabnya?"

"Hm, iya."

"Kau tidak akan percaya jika aku katakan hal ini."

"Aku pasti percaya. Katakan saja."

Ya, karena aku sudah melihatnya langsung. Bekas kemerahan itu akibat tamparan yang dilayangkan oleh sahabatku, Yena.

"Baiklah, dengan syarat kau tidak boleh marah padaku jika kukatakan kebenaran ini."

"Iya-iya. Aku janji tidak akan marah."

Taehyung terlihat menarik napasnya dalam-dalam. Kedua maniknya menatap dalam wajahku. Ini tatapannya yang paling serius di antara tatapan-tatapan sebelumnya.

"Yena menamparku karena aku mengatakan bahwa ... bahwa ...




mencintai sesama jenis itu salah besar."

***

Tbc.

Hayoloh..




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top