GOB-027
Kenapa setiap kali memikirkannya, detak jantungku tidak bisa berhenti menggila? Rasanya seperti ketika kau tahu jawaban pertanyaan kuis dadakan dari dosen dan kau ingin menjawabnya di depan umum tapi kau malu. Iya, malu!
Aku pikir, ini pertama kalinya aku merasa malu. Saat ini aku melihat ke cermin, dan mukaku benar-benar merah. Aku menarik udara di sekitarku berkali-kali, tetap saja tidak tenang.
Kabur dari masalah, apakah ini jalan yang terbaik?
Taehyung yang menciumku di perpustakaan umum menimbulkan reaksi yang luar biasa. Bayangkan! Bukan hanya satu-dua pasang mata yang menyaksikan kami, tapi puluhan! Bagaimana jika ini malah menimbulkan masalah baru buatku? Aku sangat khawatir. Kuharap, semua akan baik-baik saja.
Ah, sungguh! Bagaimana Taehyung seberani itu? Baru saja kubukakan pintu untuknya, bukannya masuk pelan-pelan, eh, dia malah mendobraknya. Aku belum siap! Dia marathon sedangkan aku nasih berjalan dengan santainya. Lalu, bisakah aku menatapnya ketika berpapasan nanti? Mungkin hari ini dan hari-hari esok. Sanggupkah aku menghadapinya? Dan menghadapi gelenyar aneh dalam diriku saat ini?
Keluar dari toilet, aku memutuskan untuk cepat pulang. Dan benar saja, sepanjang koridor, tidak ada satu pun orang yang tidak memandangku aneh. Aku mulai ketakutan, entahlah. Emosi itu datang secara tiba-tiba hingga aku tidak bisa mengontrolnya. Aku pun berlari, tidak peduli apa yang mereka bisikkan tentangku. Pikiran dan tujuanku hanya satu, keluar dari situasi mengerikan ini!
Menjadi centre dari perhatian orang-orang memanglah keinginan terbesarku, tetapi kalau aku mendadak tersohor dengan cara yang tidak benar, tentu saja aku menolak keras untuk mencari pusat perhatian itu.
Aku melihat gerbang Perth Glory yang megah, yang sebentar lagi akan menyambut langkah seribuku. Dan bodohnya, aku lupa meminta Pak Yoon untuk menjemputku sekarang. Di mana aku bisa sembunyi? Kampus ini seolah tak memiliki celah untukku menyembunyikan diri. Perth Glory adalah kampus tak bersudut yang seumur-umur ini baru kusadari.
Aku memutuskan untuk bersandar di depan gerbang. Aku berjongkok dan merunduk. Kututupi wajahku dengan kedua telapak tangan. Ya Tuhan, ini melelahkan. Aku baru tahu, Taehyung seterkenal ini di kalangan mahasiswa. Adegannya yang menciunku singkat langsung saja tersebar di mana-mana. Gila!
"Sohyun?"
"Siapa! Siapa kau?!"
Aku mendengar suara orang memanggilku. Aku panik! Tak berani menunjukkan muka.
"Ini aku, Eunwoo."
Pelan, kuintip sosok itu dari celah-celah jari. Oh, memang benar Sunbae.
"Sunbae, kamu membuatku kaget."
"Maaf. Butuh tumpangan?"
Dan tanpa ragu lagi, aku mengiyakan ajakannya dan segera memasuki mobil.
***
"Kenapa kita nggak langsung pulang?"
"Aku lapar. Apa kamu tega membuatku kelaparan?"
Aku nyengir. Mana bisa aku bilang tega? Walau sebenarnya aku mulai merasa tidak nyaman berlama-lama di luar rumah, tapi aku masih menghargai kebaikan hati sunbae yang menolongku keluar dari masalah. Lebih tepat menghindarinya.
"Mau pesan apa?"
"Aku nggak terlalu lapar, apa saja, yang penting porsinya sedikit."
"Kamu nggak lagi diet kan?"
"Eh, eng-engak! Haha, aku nggak diet. Serius, cuma lagi nggak nafsu aja."
"Gara-gara Taehyung?"
Refleks aku menatap sunbae ketika nama Taehyung terucap dari bibirnya. Aku terbatuk. Aku berdeham, membersihkan tenggorokanku sebelum aku berani untuk menjawab...
"Dari mana Sunbae tahu?"
...dengan pertanyaan.
"Aku tidak tahu apa hubunganmu dengannya, tapi sudahlah. Aku tidak ingin membahas siapa pun di sini. Tolong, bisakah hari ini kamu meluangkan waktu untukku? Aku ingin menunaikan syarat darimu. Berkencan."
Aku melongo. Ah, kenapa harus sekarang? Bagaimana jika mood-ku sedang hancur sehancur-hancurnya? Aku takut akan merusak suasana kencan yang diinginkan sunbae.
"Sohyun?"
"Iya?"
Aku mengarahkan atensiku padanya. Astaga, ternyata hari ini aku memang banyak melamun. Pantas saja Yoojung menceramahiku habis-habisan.
"Sunbae?"
Aku tersentak saat sunbae berdiri dari kursinya dan berjalan ke belakang tubuhku. Diikatnya rambutku yang terurai panjang menjadi satu ke belakang. Lagi, dada sebelah kiriku berdetak cepat.
"Aku membelinya dari sebuah toko saat perjalanan pulang dari rumah sakit hari ini. Ikat rambut yang manis, cocok dengan wanita yang manis."
Tak menjawab apapun, aku hanya terbengong dengan ucapannya. Dan ketika aku sadar, sunbae sudah duduk anteng di depanku. Makanan pun datang, aku tidak tahu kapan dia pesan. Ya ampun, ke mana pikiranku terbang sedari tadi?
Aku lihat beberapa menu makanan tersaji. Sunbae ternyata tidak mengindahkan permintaanku, aku mau porsi yang sedikit. Sedang tidak nafsu makan. Lalu, apa ini? Memperhatikan makanannya saja aku sudah kenyang.
"Tunggu apa lagi? Ayo, dimakan."
"Hmm," jawabku singkat.
"Atau mau kusuapi?"
"Eh, tidak perlu. Aku kan punya tangan, aku akan memakannya sendiri. Aku tidak mau merepotkan Sunbae."
Usai acara makan yang kujalani dengan terpaksa, sunbae membawaku pergi ke tempat lain. Belum pulang. Terlalu awal untuk kembali ke rumah karena ini acara kencan. Kami pergi ke bioskop untuk menonton film. Kuakui, film minggu ini memang sangat bagus. Jadi, kurasa tidak akan membosankan. Namun aku salah.
Aku menikmati filmnya, tapi sepertinya sunbae tidak. Beberapa kali kulihat dia hampir tertidur. Popcorn yang dia bawa hampir jatuh berceceran ke lantai kalau saja aku tak menangkapnya.
Selesai pemutaran film, kami masih belum pulang. Aku lelah dan mengantuk, tapi tetap kuikuti alur kencan yang sunbae buat.
Kami pergi ke Naksan. Karena langit telah dikuasai gelapnya malam, pemandangan kota Seoul, gedung-gedungnya dan lampu-lampunya jadi terlihat indah. Entahlah, aku mulai merasa sedikit tenang di sini. Ketika hembusan angin menerpa kulit wajahku, aku terpejam. Sungguh, angin tadi seakan-akan membawa terbang semua kekalutanku. Aku mengembalikan energiku yang sempat terkuras habis di sini. Mood-ku kembali, senyumku, kebahagiaanku datang begitu saja. Menyenangkan.
"Kau suka tempatnya?"
"Hm, iya. Sangat suka!"
Terlebih, karena di sini tidak banyak orang berlalu-lalang. Sepi, damai, tenang. Suasana yang paling aku gandrungi.
"Awalnya, aku tidak ingin mengajakmu ke mari, tapi ke Namsan Tower."
Aku terdiam, kubiarkan sunbae memulai pembicaraan. Yah, walaupun aku tahu, bahasannya mungkin agak mengusik kenyamananku yang mulai terbangun.
"Naksan dan Namsan, sama-sama di ketinggian. Tapi, apa kamu tahu alasanku mengurungkan pergi ke sana?"
"Tidak, memang apa?"
"Karena belum tentu aku bisa memasang gembok yang bertulisakan nama kita."
"Hah?"
"Atau mungkin, tidak akan pernah bisa."
Aku memperhatikan dalam-dalam wajahnya. Senyumnya tersungging, tapi kenapa yang aku rasakan adalah dia tidak sebahagia kelihatannya?
"Aku tidak akan menuntut apapun darimu, mulai sekarang. Sohyun, kau bebas menentukan pilihan. Jika kau memilihku, semoga tidak ada timbul rasa kecewa di hatimu."
"Sunbae, kau tahu, kau masih punya kesempatan. Lakukan apapun yang membuatku tertarik," yakinku padanya.
Walaupun jujur, aku belum memberikan ketertarikanku sedikit pun, kecuali pada usahanya yang ingin selalu bersikap manis padaku.
"Tidak Sohyun. Meskipun ingin, aku harap ...."
Aku menunggu kelanjutan kalimatnya dengan antusias. Kenapa suasananya jadi sedih begini?
"Kamu tidak memilihku."
"Kenapa Sunbae bilang begitu?" tanyaku sedikit terkejut.
"Aku yakin, belum bisa membuatmu bahagia. Aku belum bisa memisahkan antara ego dan perasaan cinta yang kumiliki padamu. Kamu akan segera mengerti nanti."
Tbc.
Apa hayo? Kenapa tiba-tiba Eunwoo mengundurlan diri?
Padahal, bisa aja Sohyun milih kamu lo, Mas.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top