GOB-009


"Sampai jumpa, Sweetie. Semoga harimu menyenangkan!"

Iya, akan menyenangkan kan, kalau sekarang kehidupanku berkutat di antara para cowok-cowok mengerikan?

Aku jadi bertambah sadar, aku masuk dalam jurang neraka yang begitu menyiksa. Tak hanya batin, tapi secara fisik juga.

Seperti saat ini, dimana Yeonjun, sepupuku yang paling tidak tau malu, masih bisa cengar-cengir setelah berhasil membuat orang lain menuduhku yang tidak-tidak.

"Jadi dia ngira kamu nyuri bukunya? Wahaha!!"

"Bagus!! Ketawa aja terus!!"

Aku sangat ingin memukul kepalanya. Tapi apa yang bisa kulakukan? Di tempat umum begini, aku melakukan kekerasan pada seorang anak cowok yang tampangnya begitu polos. Orang justru akan melayangiku dengan kata-kata yang tidak baik.

Aku tak bohong, wajah Yeonjun memang sangat polos seperti anak kecil. Tapi kelakuannya sangat bejat.

Aku merasa ada api yang berkobar keluar dari tatapan tajam mataku padanya. Awas saja kau, Yeonjun ....

"Aku nggak nyangka, ternyata Taehyung sepercaya diri itu. Memang sih dia tampan, aku pun mengidolakan senior tampan dan gagah sepertinya ... uwaa."

"Ya sudah, ini kabar baik. Aku ikhlaskan kau bersama si Tae—tae apalah itu. Pokoknya aku ikhlas, aku lebih baik sendiri sampai kapanpun daripada harus kau paksa dekat-dekat dengan cowok yang nyebelin. Aku ke kelas!"

Kutinggalkan Yeonjun begitu aku lega mengeluarkan semua kalimat yang memenuhi pikiranku.

Ayolah, siapa yang butuh cowok di zaman sekarang ini? Bahkan, wanita pun bisa sukses jadi seseorang yang berkarier tanpa harus menikah dan punya anak.

***

Sial sekali. Entah aku yang kepagian, atau entah mereka yang malas berangkat kuliah, saat ini aku harus bertemu dengan si pecinta pisang seorang diri di kelas.

Kim Hanbin. Ada sedikit rasa gusar yang menghampiriku. Meskipun kami beberapa kali kontak fisik, namun tetap saja. Aku tetap merasa waspada tiap kali ada di sekitarnya.

Anehnya, hari ini wajah Hanbin terlihat murung. Tidak seperti biasanya, dia yang selalu overreacted ketika berpapasan dengan siapapun, sekarang malah diam membisu di bangkunya tanpa tau ada orang lain yang baru saja memasuki kelas. Kenapa?

Apa sebaiknya kutanyakan keadaannya?

Tidak.

Iya?

Tidak.

Bagaimana kalau aku pingsan lagi??

Tapi bagaimana kalo dia ternyata sedang sakit dan butuh bantuanku, yang cuma satu-satunya orang di kelas ini?

Masa bodoh dengam rasa takutku!

"K–kau baik-baik saja?"

Kalimat itu tercetus tanpa beban, kemudian melayang di udara dan sampailah ke telinga Hanbin.

Jarak kami lumayan jauh. Kuusahakan suaraku sekeras mungkin agar ia bisa dengar.

"Eh, Sohyun. Sudah datang? Kok masih sepi ya?"

Apa dia mengalihkan pembicaraan?

Ah, bukan urusanku. Kenapa aku sok peduli, sih?

Tidak berniat meneruskan pembicaraan, akhirnya suasana di kelas jadi makin hening. Hingga anak-anak lain pun datang dan kelas dimulai.

***

"Kalian tau, Hanbin kenapa keliahatan suram gitu mukanya?"

Di jam makan siang, aku dan kedua sahabatku, memilih pergi ke kantin dan memesan tiga porsi udon seafood yang masih hangat.

Sambil menyantap, mereka sesekali bercanda. Namun yang muncul dalam benakku masih sama. Ada apa dengan Hanbin?

Bisa ya, emosi cowok langsung berubah drastis seperti itu?

Apa mereka tidak merasa aneh?

"Kamu nggak tau?" respon Yoojung selagi mulutnya penuh dengan mie udon yang sedang terkunyah.

"Tau soal apa?"

"Keluarga Hanbin bangkrut. Ayahnya ketahuan korupsi dan ditangkap polisi, belum lagi gosip tentang ibunya yang ternyata berhubungan dengan kasus prostitusi," jelas Saeron.


"Mendadak sekali? Apa kalian serius? Nggak bercanda, kan??"

Aku terkejut bukan main. Kabar berita ini membuat nafsu makanku menurun. Mana mungkin? Mustahil.

Kenapa muncul tiba-tiba, sih, informasi yang tidak bisa dipercaya ini?

"Ketahuan, kamu nggak pernah liat TV atau baca koran, ya? Itu heboh banget. Oh iya, ibumu kan seorang presenter. Beliau pasti sedang langganan ngasih kabar berita soal ini."

Walaupun mama seorang presenter, tetap saja. Aku benci pada pekerjaannya itu. Bagaimana bisa orang menghasilkan uang dengan menebar berita panas yang belum tentu kebenarannya?

Sudah sejak lama aku ingin mama keluar dari dunia orang munafik tersebut. Tapi sayangnya, kami harus tetap bertahan hidup. Jadi terpaksa, aku sendiri harus menerima uang dari hasil menggosipi orang lain.

Baiklah, aku pun juga munafik.

Dan yang membuatku heran, meskipun papa dan mama pisah, tetap saja kan papa ngirim uang ke mama buat ngurus keperluanku?

Paling tidak, uang itu juga bisa dimanfaatkan sama mama buat keseharian keluarga kami. Namun, aku sama sekali nggak mengetahui, apakah mama ikut memakai uang itu atau tidak.

Kalau ikut memakai kan, mama nggak perlu repot-repot kerja sampai lembur dan jarang pulang ke rumah. Mama bisa saja cari lowongan lain, di mana dengan pekerjaan baru itu mama tetap bisa menemaniku di rumah dalam waktu yang lama.

Sudahlah, kehidupan orang dewasa memang rumit.

"Lalu bagaimana dengam Hanbin? Kalau rumahnya disegel buat ngelunasin hutang perusahaan, dia tinggal di mana? Terus katamu tadi ibunya menghilang dan masih belum ditemukan."

Aku sangat pemasaran dengan cerita yang secara antusias Saeron bagikan. Hatiku ikut tersentuh. Pasti berat bagi Hanbin menerima semua kenyataan ini. Aku jadi ingin menangis.

"Hanbin beruntung. Keluarga Hanbin punya pelayan yang begitu setia. Dia tinggal di rumah pelayan yang sudah dia anggap sebagai ibu keduanya."

"Aku masih heran, kenapa berita semacam ini mendadak muncul?"

"Yah, begitulah hidup. Kadang ujian datang nggak disangka-sangka. Kita sih masih baik jauh dari masalah-masalah seperti itu, makanya jalani saja hidup tanpa ikut campur masalah orang lain," tukas Yoojung yang sedikit tidak tertarik pada pembicaraanku dan Saeron.


Dan sejak berita Hanbin menyebar, cowok itu jadi kesepian. Dia yang biasanya bersama dengan June, bahkan sampai detik ini pun batang hidung June nggak muncul bersama Hanbin.

***

"Sampah!"


"Berani sekali kau menginjak wilayahku?! Kasih uangmu dulu, dong!"

"Aku nggak punya waktu buat debat sama kamu. Lebih baik, biarkan aku pergi."

"Benar-benar sampah!! Nggak nyadar, ya, kau sudah bikin bau Perth Glory?! Cuih! Masih aja sok suci!"

"Kalau kamu mau ngehina aku, silakan. Tapi sekarang bukan saatnya, karena aku hanya ingin sendirian."

"Sialan! Berani sekali kau! Hei, dengar, ya! Aku ini masih mau baik hati loh buat nerima uang hasil korupsi kalau kau mau membagikannya sedikit untukku. Kau pikir, mana lagi orang yang mau berteman denganmu setelah tau hidupmu yang banyak masalah itu?? Dasar, songong!"

"Sudah kubilang, biarkan aku pergi berengsek!!"

Di jalan yang tak begitu jauh dari gerbang utama Perth Glory, telingaku menangkap sebuah keributan.

Aku yang sedang menunggu jemputan pun secara spontan mengikuti arah keributan itu. Dan yang kutemui jauh dari yang kubayangkan!

Di sana, Hanbin berdiri tegak dengan rahangnya yang mengeras dan kedua tangannya yang terkepal. Berhadapan dengan sosok yang tak kalah mengerikan dengan kedua matanya yang memberi tatapan membunuh. Seperti seorang predator yang hendak memangsa buruannya.

Apa aku tidak bermimpi?

Itu Lee Taeyong kan? Yang katanya berandal yang paling ditakuti di Perth Glory?

Bugh!

Sebuah pukulan melayang di wajah Hanbin, membuatku tercengang.

Taeyong memukul Hanbin sampai laki-laki itu terhempas ke tanah.

Kakiku yang gemetaran, tanpa kusadari hampir berlari menuju Hanbin dan punya insting untuk membawa anak itu lari dari si buas Taeyong.

Jangan kau lakukan, Sohyun! Kau bisa mati!

"Berengsek? Berani sekali mulut kotormu itu menyebutku berengsek? Kau harusnya berkaca!"

"Siapa sebenarnya yang brengsek? Aku apa kau yang masih nggak tau malu menginjakkan kaki di sekolah elit ini! Cuih!"

Taeyong meludahi Hanbin.

Astaga! Ini keterlaluan!!

Anak seperti Hanbin tidak pantas diperlakukan sekeji ini, apa Taeyong tidak punya sedikit pun rasa simpati?

Hanbin sedang terluka, dia butuh teman dan bukan ejekan! Dia butuh perhatian dan bukan hinaan! Dia butuh pertolongan dan bukan kekerasan!

Taeyong bodoh! Sialan!

"CUKUP!!"

"DASAR TIDAK MANUSIAWI!"

"Berdirilah, ayo pergi bersamaku!"








Matilah kau Sohyun!

Apa yang aku lakukan ini?

Apa aku baru saja menantang Lee Taeyong?

Sungguh aku cari mati!

Hanbin tak menjawab apapun, tetapi ia mengikuti langkahku kemanapun aku pergi.

Tak apa Hanbin, meski banyak yang memilih untuk tak peduli dan ikut campur pada masalahmu, disini masih ada aku yang peduli.

Sekarang, dunia tidak terlalu berasa kejam kan?

Aku akan menggenggam tanganmu dan membawamu ke tempat yang lebih indah.












Dan membuatmu melupakan semua rasa sakit itu.



























To be Continued.

Terkhusus Hanbin, aku turut prihatin sama berita yang muncul belakangan ini. Aku nggak nyangka kalau kejadiannya tiba2 dan Hanbin memutuskan buat keluar dari IKON.

Kami mendukungmu Hanbin, semoga semua masalahmu segera berakhir dengan indah :""




Next(?)

Spoiler

Next episode, musuh Sohyun bakal satu sekolah sama dia di Perth Glory.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top