GOB-005


'Ingat, jangan diminum sembarangan.'

Sembari menuju kampus, otakku me-review ulang apa yang tadi mama katakan. Rupanya hal yang monoton, meski berjalan baru dua hari sejak kemarin.

"Sohyun!"

Aku menoleh ke belakang. Ck, ternyata dia.

"Akhirnya ketemu juga!"

Aku memutar bola mataku malas, menghindari wajahnya yang tersenyum riang. Dia berjalan menyamai langkahku. Entah sampai kapan.

"Ngomong-ngomong, kau perlu datang ke fakultasku. Disana banyak cowok tampan."

Tingginya yang 181 cm, mampu menonjolkan perbedaan kedua tubuh kami saat kami beriringan.

Kupikir-pikir, Choi Yeonjun 11/12 dengan Yoojung. Mereka berbeda tipis dalam segi pemikiran. Ayolah, yang menjalani hidup siapa? Aku! Tetapi mereka berdua suka sekali mengatur jodohku.

Dan aku tidak suka disudutkan, diarahkan, apalagi pada hal-hal yang memang sudah sejak awal aku ingin hindari, cowok!

"Hei, jangan diam saja! Kau tau, ambassador Fakultas Kultur dan Bahasa itu terkenal tampan, loh. Kau pasti akan takjub melihatnya."

"Jangan menghasutku, sampai mulutmu keriting pun aku tak akan pernah takluk!"

"Sohyun, sekali saja! Kau masih masuk pukul sembilan nanti, kan? Aku tau jadwalmu!"

Astaga, ini pasti ulah mama! Dia yang memberikan jadwal tetapku pada Yeonjun. Tujuannya satu, mama berusaha mendekatkanku pada laki-laki! Aku sangat yakin itu.

"Ayo! Masih ada waktu satu jam!"

Yeonjun menarik tanganku, buru-buru.

"Hei, he,i hei! Stop!"

Aku berontak. Aku menggigit lengan Yeonjun dan kabur. Dia mengerang kesakitan, namun dia tetap mengejarku, aku panik. Aku belum hapal betul lingkungan yang berada di luar Fakultas Seni. Ke mana aku harus sembunyi?

"Oh, ada toilet?!"

Aku melesat, membuka pintu toilet tersebut dan bergerak cepat mencari sudut persembunyian. Semoga Yeonjun tak melihatku masuk kemari.

"Yah, kok ngilang?"

"Bisa dimarahin Tante lagi, nih! Ck ... anak itu!"

"Padahal, cowok yang mau aku kenalin ke dia kan bener-bener bikin haus kaum hawa ...."

"Gagal total, deh!"

Aku terengah-engah. Sepertinya, Yeonjun sudah tidak ada di luar sana. Artinya, aku sudah boleh keluar toilet.

Tak kusangka, mama begitu berambisi. Yeonjun saja bisa dibuatnya liar. Mama pakai sihir apa, ya? Kok sepupu yang dari dulu lengket denganku itu mau banget nurut sama mama, padahal kalau dipikir pakai logika, Yeonjun sudah jelas akan lebih berpihak padaku dibandingkan mama. Namun, ya ... aneh saja. Yeonjun bisa berubah 180° begitu. Sekarang, dia seperti anak buah mama. Anjing kecil yang akan mentaati setiap perintah dari mama, menyedihkan.

"Sayang, gimana kalau ketahuan?"

"Sst, nggak akan."

"Tapi–"

Eh, itu suara siapa?

Setelah mendengar percakapan bisik-bisik tersebut, aku jadi semakin curiga. Hei, aku tidak salah masuk toilet kan? Di pintu sungguh tergambar simbol bulatan dan segitiga, ini toilet cewek. Tapi kenapa aku mendengar suara cowok?!

Aku menelan salivaku, kakiku kulangkahkan sedikit demi sedikit, menuju ke salah satu bilik yang tertutup rapat.

Semakin dekat, aku bisa merasakan keringat dingin membasahi keningku.

Tanganku mulai terulur, hendak memegang gagang pintu. Tampak gemetaran, ah, payah! Seharusnya aku minum bekal dari mama duluan tadi! Aku lupa.

Apa aku minum sekarang saja?

Huh.

Brak.

Pintu bilik terbuka!

Kedua mataku membulat sempurna, botol minum yang kubawa langsung terjatuh, menumpahkan seluruh isi air yang ada di dalamnya, membuatnya menggenang di atas lantai.

Bodoh!

Seorang gadis keluar dengan penampilannya yang acak-acakan. Baju seragamnya tak rapi, rambutnya terutama. Wajahnya kelihatan panik mengalahi kepanikanku. Dan satu lagi, apa lehernya baru saja digigit tomcat?

"Le–lehermu kenapa?" tanyaku spontan dengan begitu polosnya.

Wah, seandainya aku tahu sejak awal kemerahan itu disebabkan oleh apa, aku pasti akan menyesal menanyakannya. Dia pun refleks menutup lehernya dengan rambut yang ia gerai.

"Kau, sejak kapan disini?" interogasinya padaku.

"Baru saja ...."

"Tapi, sepertinya aku dengar suara lelaki?" ucapku yang hanya terdengar semacam gumaman.

"Tidak ada cowok disini!" katanya lantang. Meningkatkan kepenasaranku pada level tertinggi.

Ah, dia berbohong!

Tanda-tanda orang berbohong, dia akan memalingkan pandangan, menambah jumlah kedipan, mengubah nada suara, menyentuh hidung, dan–

"Uhuk!"

Dia terbatuk.

Aku bergerak maju, ingin mengintip ruang yang tadi gadis itu masuki. Dia mencegah!

"Mau kemana? Kamar mandi ini bau! Pakai yang lain saja!"

"Iya, aku hanya mau memeriksanya saja, kok."

"Jangan!!"

Larangnya sekali lagi, aku malah semakin yakin kalau dia menyembunyikan sesuatu.

"Di sana klosetnya belum disiram, bau banget pokoknya!"

"Iya udah, biar aku yang siramin! Minggir!"

Aku merasa gemas. Saking gemasnya, lengan gadis itu kutarik supaya ia menjauh dari hadapanku. Artinya, aku akan lebih mudah memeriksa bilik toilet yang sempat dipakainya tadi.

"Hei! Sudah kubilang disana bau!!"

Aku meliriknya, memberikannya tatapan mematikanku. Rupanya dia belum tau, siapa sebenarnya sosok Kim Sohyun dari Universitas Sookmyung! Aku bisa galak kalau dia tidak keberatan.

"Biarkan dia menyiram toiletnya."

Saat kukembalikan fokusku ke depan, aku jatuh. Berlutut. Menunduk. Pasrah ... gelisah.

Oh Tuhan, jangan lagi!!

"Kenapa kaget? Kenapa jatuh? Ayo, katanya mau nyiram toilet."

Aku mendadak kelu. Lidahku tak bisa kugerakan, detak jantungku semakin kencang, sama seperti kali pertama Hanbin menyentuhku.

Kuharap aku tak pingsan lagi.

"Sayang, dia kenapa?" tanya seseorang yang berdiri kokoh di depanku, suaranya yang rendah sungguh sangat khas mencerminkan termasuk apa jenis kelaminnya.

"Nggak tau tuh! Aneh! Ya udah, sana kabur! Keburu banyak yang mergokin kamu!"

Cowok di depanku mulai melangkah.

Salah! Salah besar!

Kupikir dia sekarang sedang berjongkok di depanku. Melumat mukaku dengan seringaiannya.

"Gadis cantik, tunggu pembalasanku."

"Kau mau hukuman ringan? Kalau begitu, jangan katakan pada siapapun soal apa yang kau lihat dan dengar hari ini. Mengerti?"

Ia pun menepuk pipiku pelan.

Sial!! Cowok itu! Dia mengancamku!!

***

"Kau kenapa? Pucat sekali?"

"Kita ke ruang kesehatan, ya?"

Yoojung mencemaskanku. Baguslah aku tidak pingsan, aku selamat. Semua berkat amarahku yang begitu besar, yang kupendam sampai membengkakkan hati. Dan ini gara-gara cowok itu!

Kalau saja aku berani menghadapi pria, sudah kupastikan, wajah si songong itu akan membiru seketika setelah berjumpa kepalan tanganku.

Batinku jadi tak tenang. Sungguh, aku tidak suka diancam orang. Rasanya diancam itu seperti direndahkan. Meskipun aku seorang gadis, bukan berarti aku lemah. Sayangnya hanya satu, kekuranganku! Kekuranganku lah yang membatasi kepercayaan dan keberanian diriku!

"Ada apa Yoojung?" tanya Hanbin yang tiba-tiba muncul. "Eh, Sohyun kenapa?"


"Sohyun kenapa?"

"Dia pucat, aku jadi was-was. Gimana kalau dia mendadak pingsan lagi? Dia nggak respon pertanyaanku dari tadi padahal aku mau ngajak dia ke ruang kesehatan sekarang."

"Tenang, biar aku yang urus."

Aku sedang berjalan sambil melamun. Entahlah, aku masih tidak habis pikir soal si cowok tadi. Memalukan sekali! Seharusnya aku tidak masuk ke toilet itu, dengan begitu, aku tak akan berurusan dengan hal yang terlalu menjijikkan untuk aku ingat.

Benar, walau ingin melawan dan kesannya terlihat menantang si cowok songong itu, nyatanya aku nggak bisa berbuat apa-apa. Bahkan aku memohon pada takdir agar dia tidak mempertemukan kami lagi. Pokoknya jangan sampai aku berurusan dengannya lagi.

Syut~

"Eh?!"

Aku merasa tubuhku terangkat. Kakiku tidak menyentuh lantai! Aku melayang?

"Jangan bandel lah! Si Yoojung kebingungan daritadi, pingin bawa kamu ke ruang kesehatan, tapi kamu malah ngelamunin hal-hal yang nggak penting. Iya, kan?"

"Hei! Siapa yang menyuruhmu menggendongku? Turunin!"

Aku mengayunkan kedua kakiku, tanganku juga tak tinggal diam. Aku menjambak rambutnya yang panjang tidak melebihi satu senti itu!

"Mau kubuat botak?! Turunin!"

"Turun!!"

"Aw! Sakit, Sohyun!"

"Lagian kan bisa minta baik-baik, nggak dengan cara digendong-gendong gini!" teriakku tepat di telinganya.

"Maaf maaf ... lupa, ya? Aku pernah bilang kalau aku suka melakukan kontak fisik."

"Kim Hanbin!!!"

"Wah, kau tau namaku tanpa bertanya? Darimana?"

"Aku baca name tag-mu bodoh! Turunin!"

"Ehehe, nanti ya ... kalo udah sampe di ruang kesehatan. Tahan bentar."

"Tidak!!!"

Emang Yoojung kelewatan. Temennya dalam keadaan terganggu begini, dia malah asyik ketawa-ketiwi. Lantas, menyaksikan kehebohan dari anak-anak lain, menjadikanku semakin geram. Ya jelas saja, gimana malunya ketika kau diangkat dan digendong oleh anak cowok di hadapan umum? Kalian mungkin bisa membayangkannya!

Laki-laki itu memang suka seenaknya!

"Tenang Sohyun, jangan hiraukan mereka. Aku punya banana milk untukmu nanti, kujamin kau langsung segar bugar," ucap Hanbin yang sungguh tidak relevan, aku jadi lebih pusing.


Dan jangan lupa, berkat keterlambatanku meminum bekal dari mama, dalam waktu sekejap ... aku pun pingsan.

Dalam gendongan si cowok monyet yang nggak pernah aku inginkan!





















To be Continued.

Ayo silakan tebak tokoh utama cowok kedua😁

Yang itu tuh, yang bikin Sohyun marah² dan nggak tenang.

Oh iya, bagi teman-teman Muslim, aku ucapkan selamat menjalankan ibadah puasa. Kalau selama ini author punya salah dalam berkata-kata, Mohon Maaf Lahir Batin yaa..

Karena ini Bulan Ramadhan, jadi up-nya aku pastikan malem2. Hehe..

Selamat berjuang sampai hari kemenangan, tahan hawa nafsunya.. terutama sama oppa2 :")




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top