7. Misunderstanding

Gyeokjae tak bisa tak tampakkan tampang gusarnya pada YooAh yang sedang menunduk setelah Taehyung panggil, alasannya karena si manajer ingin tahu bagaimana seorang Taehyung bisa jungkir balik dari yang biasanya. Bisa menjadi seorang yang begitu bodoh dalam sekejap karena seorang wanita.

Ekspektasi Gyeokjae ternyata berbeda. Bayangannya hancur perlahan jatuh terperosok ke dalam benak karena ia melihat si puan tak seperti yang ia kira. Perempuan dengan pakaian seksi, atau terlihat dewasa dan menggoda, tapi di hadapannya hanya perempuan naif.

“Namamu benar, Jeon YooAh?” Gyeokjae membuka interogasinya. Dari semua cerita Taehyung, Gyeokjae juga harus mendengarkan suara dari YooAh juga. Karena ia juga harus menjaga image Taehyung di depan media. Ini semua salah, jadi Gyeokjae harus memikirkan jalan keluar kendati ini adalah masalah Taehyung.

YooAh hanya mengangguk, di sampingnya, Taehyung hanya terdiam sembari memijat pelipis, sepertinya merasa pusing. Harap-harap pria itu memeluk dan menenangkannya. Tapi sepertinya itu tak terjadi karena seseorang di hadapannya.

“Menurut yang kuketahui dari Taehyung, kau adalah seseorang yang membutuhkan pertolongan karena di tempat kau kerja kau tersiksa dan melarikan diri. Apa itu juga benar?”

Lagi, YooAh hanya mengangguk dalam. Gyeokjae berisyarat untuk YooAh menatapnya. Berkomunikasi dengan lawan yang tak menatap lawan bicaranya membuat Gyeokjae agak kesusahan.

“Karena mendengar niat Taehyung memang baik, memberimu kebutuhan yang mungkin tak kau dapat dari tempat kau bekerja. Tapi, kau harus lihat dimana batasanmu. Apa semudah itukah memberikan hakmu pada Taehyung?”

Hyung! Aku yang sepenuhnya salah. Tolong jangan bahas...,”

Gyeokjae menyelanya, sepasang netranya memicing tajam ke arah Taehyung. “Bisakah kau tidak ikut bicara dulu, Taehyung? Akar permasalahanmu itu semenjak dia bersamamu. Aku harus tahu segala hal tentang dia agar masalahmu tak menjadi tambah rumit.”

“A-aku hanya ingin membalas k-kebaikannya. Mungkin dengan hal itu T-Taehyung oppa akan senang.”

“Pria itu seperti kucing. Ia akan senang disuguhkan 'ikan asin' di depan mata.” Gyeokjae menekan setiap kalimatnya yang ia dilontarkan. “Jadi, kebaikan yang kau maksud, itu adalah kebaikan apa? Kebaikan yang merugikan dirimu?”

“Dia sangat naif, Hyung. Berhenti memojokkannya.” Taehyung beranjak, menghampiri Gyeokjae agar berhenti berbicara pedas pada YooAh. Perempuan itu sudah mengeluarkan sungai kecil di kedua pipinya karena ujaran Gyeokjae. Terisak kentara sekali. Tapi, Gyeokjae tetap melanjutkan kendati Taehyung menggoyangkan lengannya berisyarat untuk menghentikan ucapannya.

“Taehyung. Kau juga salah. Berhenti untuk menghentikanku untuk bicara padanya!”

“Aku akan membicarakan baik-baik padanya, Hyung. Mengertilah. Dia belum lama terguncang karena majikannya, sekarang kau memojokkan dia seperti itu.”
Gyeokjae mengembuskan napas gusar. “Nona, dengar baik-baik. Aku hanya akan mengatakan perihal ini. Kau harus mengerti dua hal menyangkut Taehyung, walau kau tahu kebenaran itu atau tidak.

“Pertama, Taehyung adalah aktor, jika kau belum tahu. Kau pasti tahu bagaimana kehidupan seorang entertainer seperti apa. Walau Taehyung tidur denganmu, kau harus tahu dirimu pun dengan senang hati menerimanya. Maka jangan katakan bahwa jika nanti kau mengatakan dia memperkosamu, aku akan tidak akan segan memberimu peringatan.”

“Kedua, Taehyung adalah pria yang sudah menikah. Kuharap kau mengerti mengapa aku sangat marah dengan hal ini. Kau terlalu mudah memberikan hakmu pada orang yang belum lama kau mengenal, dan tak memandang siapa yang kau balas kebaikan itu.”

“Camkan baik-baik perkataanku. Karena aku bukan seseorang yang akan mengabaikan masalah yang akan merusak citra nama aktor yang kubimbing dari mulai debut.”

---oOo---

Perihal Gyeokjae yang memberi ruang pada Taehyung dan YooAh untuk berbicara empat mata, ia sekarang sudah pergi dari apartemen Taehyung. Pun YooAh sekarang berada di pelukan pria itu, menenangkannya karena terlalu lama menangis dan meminta maaf padanya. Ingin kembali ke tempat asalnya karena sudah membebani Taehyung. Ini kesalahan Taehyung, karena ia sudah kelepasan membuat YooAh masuk ke dalam masalahnya. Lagipula, dalam benak Taehyung sebenarnya sangat senang melakukannya, apalagi bersama perempuan naif yang membuatnya tergoda hanya dengan tatapan polosnya.

YooAh adalah tanggungjawabnya, karena si puan adalah kekasihnya saat ini. Jadi Taehyung akan memikirkan cara agar eksistensi YooAh tidak akan tercium oleh Gyeokjae lagi. Perihal Minhwa, ia pasti akan segera memberitahunya. Tapi tidak sekarang.

Esoknya, Taehyung pulang bersama Gyeokjae. Gyeokjae sudah tutup mulut kendati pria itu akan mengatakan sejujurnya pada Minhwa jika Taehyung tidak segera mengatakannya pada Minhwa. Taehyung mengatakan maaf berulang kali dan menjelaskan sebab mengapa ia tak datang. Ia memberi alasan bahwa ia pingsan karena terlalu lelah. Di situ Minhwa percaya saja, karena mereka dulu teman, mereka tak pernah menyembunyikan apapun tentang masalah masing-masing. Seharusnya Taehyung mengerti, bahwa Minhwa memberi kepercayaannya sepenuhnya pada Taehyung. Pun dengan hatinya.

Taehyung mengecup kening Minhwa. “Maaf, ya. Sampaikan maafku pada ibu mertua juga, aku sangat menyesal dengan kondisiku kemarin karena membuat kalian kecewa.”

Mimhwa tersenyum teduh. “Tak apa. Yang penting adalah kondisimu. Jika kau masih lelah, istirahat saja. Katakan pada manajer untuk membatakannya.”

Taehyung menggeleng, tidak setuju. “Aniya. Aku sudah tidak apa. Lagipula aku mempunyai dirimu jika aku sakit nanti.”

Minhwa lagi-lagi tersenyum mengerti kemudian ia berpamitan untuk berangkat bekerja.

Karena syuting drama kolosal Taehyung berakhir, jadwal Taehyung akan di padat dengan acara interviu sekaligus promosi drama yang ia perani yang akan segera rilis. Pemotretan untuk iklan pun tak dapat ia hindari. Minhwa sendiri sibuk dengan restoran yang berada di Ilsan, karena Hoseok memberitahu bahwa ada pekerja yang mengundurkan diri, lowongan kerja pun dibuka. Dengan Minhwa sebagai penyeleksi.

Semua tetap berjalan semestinya, seperti kehidupan sebelum Taehyung bertemu YooAh. Namun ada kala jika masalah mulai berdatangan mengekori, artinya adalah dirimu sedang diuji.

Gyeokjae ke apartemen Taehyung lagi, untuk mengambil tas perlengkapan Taehyung untuk perjalanan mereka menuju lokasi pemotretan luar Seoul. Karena mungkin Taehyung masih sibuk di acara show, ia pun mengambilnya seperti biasa agar tak menyita waktu banyak. Ia belum tahu, jika YooAh masih berada di apartemen Taehyung, karena ia mengatakan pada pria itu untuk segera urus gadis itu sebelum Minhwa yang mengetahuinya.

Lagi-lagi ia dibuat terkejut. Karena di sana YooAh sedang terduduk menungging bermain gem, dan memakai pakaian kurang bahan yang menampakkan ruam yang jelas Gyeokjae tahu ulah siapa. Perempuan itu tersenyum polos. "Ah, h-hai manajer Taehyung oppa?"

“Kau masih di sini?”

N-ne.” YooAh mengangguk pelan. Ia memandang Gyeokjae dengan tatapan memohon. “S-saya mohon, saya akan lakukan apapun agar manajer tidak menyalahkan Taehyung oppa lagi. Karena YooAh yang bersalah.”

Gyeokjae mendengkus, merasa situasi ini hanya membuatnya kesal, ia memilih untuk mengabaikan saja. Karena bagaimanapun, dirinya sudah menasihati Taehyung, dan karena ini bukan waktunya berlama-lama, Gyeokjae tidak ingin mendebatnya.

“Aku hanya ingin mengambil tas perlengkapan Taehyung,” abai Gyeokjae, melenggang menuju kamar Taehyung. Namun YooAh beranjak lalu menahannya, tapi terkesan menarik hingga YooAh terjatuh karena kakinya yang tak seimbang, membuat Gyeokjae juga ikut terjatuh, dan menimpanya. Sken ini bukan sken romantis, dimana si pria akan menyukai karena menindihi si gadis lalu tak lama saling berciuman dengan kontak mata terlalu intim. Tapi, ini adalah naas bagi Gyeokjae. Tangannya mendarat tepat di atas dada YooAh. Bersamaan dengan itu, Taehyung, di sana, membuka pintu dan berdiri dengan raut wajah marah.[]

Hmmm ala nissa sabyan🌚

Ig. its.yourscrittlare
Juni 02, 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top