20. Getting mad

Warning! Chapter-chapter selanjutnya akan mengandung banyak cabai. Mohon diharapkan untuk bersabar karena alur yang sangat lambat. Spoiler dikit, chapter-chapter kedepannya biarkan YooAh bersenang-senang dahulu, ya ;)

“Kau tahu apa yang membuatku sebal pagi ini?” Jungkook menyalakan pemantik api nya lalu mengarahkannya pada ujung rokok yang terselip di bibirnya. Bibirnya sudah lama tidak merasakan nikmatnya benda itu, mengingat istrinya sedang hamil dan ia harus menjauhi jika berada di sekitarnya. Ia sendiri juga sebenarnya bukan perokok yang aktif, namun mengingat masalah yang sebenarnya bukan untuk dirinya membuatnya sebal karena ia mendengar dan melihat di depan matanya sendiri.

“Ada apa?” Hoseok tertawa kecil sembari melihat keindahan kota lewat rooftop gedung hotel yang sedang mereka singgahi saat ini.

“Kau kenal dengan suami Minhwa, bukan? Aku tidak ingin kesal sebenarnya, tapi melihat respon wanita itu positif sekali aku jadi kesal.”

Hoseok yang merasa ucapan Jungkook yang menyita perhatiannya ini menarik untuk jadi pembicaraan, ia pun penasaran. Setahu dirinya, Jungkook tak pernah ada masalah dengan Taehyung, suami Minhwa sekaligus sahabatnya itu.

“Jangan bilang kau....”

“Tidak!” Jungkook menyanggahnya dengan cepat. Ia tahu apa yang dipikirkan Hoseok saat menatap dirinya dengan tajam. “Hei. Dengarkan aku dulu, hyung.”

“Saat ini istriku sedang hamil, huh? Aku tidak seperti yang kau pikirkan, hyung. Itu sangat pengecut.”

“Lalu apa?” Hoseok tak mengubah ekspresinya dan makin menatap Jungkook dengan intens.

“Manajer Taehyung-ssi, aku lupa namanya mengunjungi hotel tadi pagi. Aku mengetahuinya saat Minhwa menyuruh koki Yoo untuk membuatkan sarapan. Minhwa mengatakan jika manajernya menyuruh Taehyung-ssi untuk tidur di apartemen. Kau tahu apa yang kupikirkan setelahnya kan?”

“Tidak mungkin Taehyung mengiyakan semudah itu.”

“Ya! Benar!” Jungkook menjentikkan jarinya. “Bukannya aku ingin membicarakan rumah tangga mereka seperti ini denganmu, tapi kau sebagai sahabat mereka berdua bukankah menjadi bingung?”

“Jika aku jadi Taehyung-ssi, aku tidak akan mengiyakannya. Minhwa berpikir itu agar mereka tidak memakan waktu yang lama untuk ke lokasi syuting. Itu alasan yang sangat klasik.”

Hoseok terlihat berpikir dengan serius. Ia juga sedang berpikir tentang ia yang menjemput sejoli itu waktu di bandara. “Apa menurutmu membelikan baju untuk para staff noona itu aneh?”

Jungkook melotot. “Oh, kau membicarakan siapa? Taehyung-ssi juga?”

“Jika kecurigaanmu sama seperti apa yang kupikirkan. Sepertinya memang benar. Ada yang Taehyung sedang sembunyikan.”

“Coba kau pikir, membelikan baju untuk para staf noona bukannya sangat aneh? Aku tahu dia sangat humble dan dermawan dengan siapapun. Tapi, aku tidak berpikir ia akan sejauh itu untuk sampai membelikan baju.”

“Insting sesama pria memang bagus, ya.” Jungkook tertawa sembari membuang napas bersamaan dengan asap rokok yang keluar dari mulutnya.

Wajah Hoseok menjadi muram. Berbeda dengan Jungkook yang terlihat santai. Jungkook mungkin berpikir sudah lega mengungkapkan kekesalannya, namun bagi Hoseok, hal yang diketahui malam ini menjadi hal yang tak akan bisa ia abaikan semisal memang benar apa yang ada dipikirannya ini terbukti.

“Kau kesal juga, ya, hyung? Haha.”

Hoseok hanya diam. Ia menatap kosong ke arah depan. Namun beberapa saat, Hoseok menatap Jungkook dengan senyum tipis.  Ia kemudian menepuk bahu pria itu. “Terima kasih sudah menyampaikan hal ini, Jungkook. Aku jadi tahu harus berbuat apa. Awalnya aku ragu dengan apa yang kupikirkan, tapi mendengar ceritamu juga aku yakin aku harus melakukan sesuatu.”

Jungkook yang mendengarnya sedikit bingung, hanya mengangguk dan tersenyum.

“Oh, ya. Selain itu aku juga ingin cerita. Beberapa hari yang lalu ada seorang wanita menemuiku.”

“Langganan wanita cantik ya, kau ini.”

“Tentu saja. Haha. Dan aku tak percaya bahwa dia satu marga denganku. Otaknya sih licik sekali, ingin memanfaatkan keluguannya untuk memancingku. Kau tahu siapa?” Jungkook menyeringai.

Hoseok mengelus dagu. “Apakah ini berhubungan denganku lagi? Atau Taehyung?”

“Tidak-tidak. Kita pernah bertemu dengannya.”

“Kita?” Pun Jungkook mengangguk. “Wanita itu adalah wanita yang tempo hari meminta ganti rugi. Namanya Jeon YooAh.”

---oOo---


“Jeon YooAh.”

“Jika melihat margamu, aku seperti pernah mengenal seseorang yang bermarga sama denganmu.” Taehyung memiting surai panjang YooAh yang tidur di pangkuannya. Malam ini ia menyempatkan waktu untuk berkunjung karena merasa bersalah gadis itu jadi sasaran kemarahan Gyeokjae tadi pagi. Ia juga harus tidur di rumah mengingat kesalahannya pada Minhwa juga karena telah berbohong. Gyeokjae telah menceramahinya banyak-banyak.

“Teman aktor oppa?” YooAh terlihat bersemangat menanggapinya. Taehyung menggeleng. “Entahlah. Sepertinya bukan.”

Pria itu mengelus dagunya. Pikirannya sekarang sedang bercabang-cabang. Entah apa yang akan ia lakukan sebagai tanda minta maafnya pada Minhwa. Gyeokjae mengatakan bahwa Minhwa seperti sudah curiga padanya. Taehyung baru terpikirkan bagaimana menjelaskan pada Minhwa bahwa dirinya mempunyai wanita lain selain Minhwa? Teringat di mimpi saja, Taehyung rasanya tidak sanggup melihatnya jika reaksi Minhwa akan sama seperti yang ia mimpikan.

Ia berpikir, rasa ibanya pada YooAh tumbuh menjadi rasa cinta. Itu kesalahan. Namun, tidak ingin disalahkan karena buatnya itu seperti takdir. Yang ia inginkan sekarang bagaimana ia membuat Minhwa tidak merasa kecewa dengan adanya YooAh di sisinya.

YooAh hanya ikut terdiam melihat Taehyung melamun. Dalam pikirannya, ia tidak akan mengganggu pria itu yang bisa saja menyebabkan ia menjadi alasan Taehyung murka. Ia belum melihat pria itu marah, jadi ia hanya berlaku waspada. Ia tidak ingin melihat amarah pria itu, cukup Chanyeol yang memperlakukannya dengan buruk.

Ponsel Taehyung bergetar di atas meja dan memunculkan pop-up pesan. Segera atensi Taehyung teralihkan, dengan cekatan ia mengambil ponselnya dan melihatnya.

Minhwa, istriku

Jika sudah selesai syuting,
cepatlah pulang. Aku
ingin berbicara penting
denganmu.

Deg.

Entah mengapa, Taehyung merasa ini pertanda buruk baginya.

“Baby. Maaf, sepertinya aku harus kembali ke rumah. Istriku sepertinya mencurigai hubungan kita.”

YooAh bangun dari pangkuannya. Wajahnya terlihat cemberut. “Oppa, bukankah itu bagus? Tentu istri oppa harus tahu tentang kita secepatnya bukan?”

Taehyung menggeleng dengan cepat. “Tidak. Bukan sekarang.”

YooAh bersidekap. Ia menghempaskan diri ke leher sofa. “Hah. YooAh tahu. Memang seharusnya YooAh tahu diri, kan?”

Taehyung menarik lengan YooAh dengan kasar, membawanya ke dalam ciuman yang keras. Tidak peduli bagaimana terkejutnya YooAh, Taehyung hanya melampiaskan kekesalannya. Benda tak bertulang itu terus menjejal, layaknya ingin menjadi dominan. Tangan Taehyung tak tinggal diam, merenggut surai panjang YooAh ke belakang, menciptakan afeksi yang menyakitkan bagi YooAh. Namun, seakan lupa diri, YooAh bahkan menikmati kesakitannya. Membiarkan Taehyung menguasainya.

“Maaf, Baby. Aku benar-benar harus pulang. Kau tahu, aku akan membawamu pulang juga ketika waktunya sudah tepat. Bersabarlah sedikit lagi.”

Dengan begitu, Taehyung mengakhiri percakapan lalu melenggang pergi dengan raut wajah yang tegang. Mengusap surainya ke belakang, ia kemudian menelepon Gyeokjae untuk membawanya pulang.

---oOo---

Minhwa merasa pusing hingga membuat ia pecah konsentrasi hari ini karena terlalu banyak konfrontasi dalam kepalanya. Mungkin, karena perkataan Jungkook tadi pagi, merasuki hatinya sampai beberapa pertanyaan datang menghampiri. Minhwa tidak bodoh untuk mengetahui maksud dari nasihat Jungkook, karena ia tahu bahwa sedikit banyaknya pria akan mengerti perasaan pria lain juga. Selama ini hubungannya dengan Taehyung dilandasi dengan kepercayaan, karena mereka bukan hanya mengenal sebentar, namun sedari kecil. Maka dari itu tak mudah bagi Minhwa untuk mengatakan ia percaya pada Jungkook seperti ia percaya pada Taehyung.

Namun, ia tahu Jungkook pun tak bermaksud membuat ia berpikir bahwa Taehyung berbohong dan sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Jadi, ia ingin membicarakan perihal krusial ini dengan Taehyung sebagai suami istri. Ia tidak ingin memendam hal apapun yang ia rasakan mengganjal, terlebih sampai mempunyai pikiran negatif yang tidak tahu jelas dari mana usulnya.

“Kau banyak melamun, ya, Minhwa.”

Minhwa agaknya terkejut ketika mendapati Hoseok tiba-tiba berada di depan meja kerjanya. Sedang menopang dagu lalu tersenyum kecil melihat keterkejutannya.

“Memikirkan Taehyung?”

Minhwa terkekeh lalu menggeleng gugup. Ia menyisir surai panjangnya untuk mengalihkan kegugupannya. “Kau selalu mengejutkanku, Hoseok.”

“Yaa, padahal aku mengetuk pintu berulang kali tapi seseorang tidak mendengarnya. Salah siapa?”

“Haha oke-oke, maafkan aku, ya. Sepertinya memang hari ini aku banyak melamun.”

Hoseok memicingkan mata. “Pertanyaanku belum kau jawab. Kau memikirkan Taehyung? Atau ada hal lain yang mengganggu pikiranmu?”

Minhwa melipat tangannya di atas meja. Asa ingin mengatakan bab krusial dengan jujur yang menjadikannya tak fokus hari ini namun ia tahan. Ini adalah masalah rumah tangganya, tak berhak membuat Hoseok terlibat walaupun mereka adalah sahabat. Bibirnya hanya menyungging senyum, lalu kepalanya memiring, bertumpu pada lipatan tangan. “Aku hanya lelah, kok.”

Hoseok sendiri memilih tidak ikut campur walaupun ia tahu apa yang sedang dipikirkan Minhwa. Tangannya mengusak kepala Minhwa dengan lembut.

“Cerita ya, jika ada masalah.”

“Masalah apa yang kau maksud, hyung? Dan, apa yang kalian lakukan berdua di sini?”[]

Ada yang tahu rencana apa yang bakal dilakuin Bang Hoseok?🤪

Ig. Its.yourscrittlare
Mei 25, 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top