13. Honeymoon (2)
Ronde kedua 🌚 let's goo! Tangannya mana? Spam komen biar semangat lanjut🌚🌚
Ruangan yang temaram, hanya terisi dengan suara embusan napas yang tengah diatur, sesekali dengan suara geraman yang tak kunjung puas mengusik gendang telinga. Untung saja, mereka hanya berdua. Ditemani suara gemerisik deburan ombak di pantai karena resor yang mereka tempati berada di atasnya.
“A-aku pusing sekali, Tae. Lebih tepatnya, kepalaku hampir pecah kau terus mengusikku di sana.” Minhwa merintih sesekali ketika Taehyung masih membenamkan diri di bawah sana dari belakang. Kendati dengan gerakan impulsif, Minhwa sebenarnya merasa geli. Kepala Taehyung mengusak ceruk leher sang istri, hidungnya menghirup feromon Minhwa yang tetap terasa wangi meski berpeluh membasahi diri.
“Apa terlalu penuh di dalam sana?”
Minhwa menggigit bibir, mengangguk kecil. Kelopak matanya lantas memejam ketika Taehyung menyesap ceruk lehernya yang menimbulkan efek kupu-kupu berterbangan di perutnya, masih saja tak terbiasa kendati sudah lima jam yang lalu mereka beraktifitas seperti ini terus. Tak tahu bahwa Taehyung energinya seperti tak terkuras habis meski berjam-jam lamanya.
“Aku tidak bosan, untuk membiasakan milikku di dalam sana, Wife. Karena kau sangat sempit sekali.”
Memerah bukan hal pertama lagi untuk Minhwa ketika Taehyung menyampaikan pikiran kotornya padanya. Pun ia hanya bereaksi secara naluri untuk mengecup surai cokelat Taehyung yang berantakan yang menutupi wajahnya. Sang suami masih menciumi ceruk lehernya seperti tak ada bosan.
Taehyung lalu bekerja lagi di bawah sana, dengan tempo gerakan lambat-cepat-lambat. Ia menggigiti telinga Minhwa ketika kepala sang istri mendongak miring dan merancau. “Hanya pelan, Wife. Tidak usah berisik.”
Minhwa meremat selimutnya sambil sesekali menggigit bibir karena merasa semestanya terus berputar di kepala. Tubuhnya terguncang dengan tempo yang tak menentu. “T-Taehyung. Don't tease me, please.”
Minhwa sudah gila. Ketika jemari Taehyung ikut andil memberikan kenikmatan lain pada tubuhnya. Tubuhnya bergetar hebat ketika sang suami menumpahkan putihnya. Seolah tak akan habis walau berkali-kali datang.
“Oh, shit.” Taehyung menekan lebih dalam sambil menancapkan gigi-giginya pada bahu Minhwa, hingga meninggalkan bekas yang begitu kentara di sana. Mungkin ketika Minhwa bangun nanti dan melihat dirinya sendiri di kaca, ia akan terkejut ketika mendapati banyak hickey di tubuhnya seperti memar.
---oOo---
Taehyung menghela napas panjang, ketika dirinya terbangun oleh suara alarm yang berasal dari ponselnya. Sudah menjadi kebiasaan ketika ia menjadi aktor bahwa alarm sewaktu-waktu akan berbunyi seperti sekarang di pukul tiga dini hari. Taehyung bahkan masih merasa kantuk menyerang ketika menghampiri dengan keadaan setengah telanjang untuk mengambil ponselnya yang tergeletak tak berdaya bersama celananya. Ia lupa jika ia tak mematikan alarm tersebut karena tengah berbulan madu.
“Oh?”
Dirinya mengucek mata, sembari melihat layar ponselnya yang menampilkan sederet panggilan tak terjawab semalam dari Hoseok dan ... YooAh. Bahkan wanita kecil itu mengiriminya pesan hingga puluhan pesan sampai Taehyung terkejut sendiri mengapa YooAh larut malam mengiriminya pesan.
Pun ia ke luar untuk menelepon si puan sekedar mengetahui kabarnya tanpa melihat pesan. Masih bernada sambung, setelah sepuluh detik kemudian YooAh mengangkatnya.
“Ha-”
“Taehyung oppa masih mengingat YooAh, ya?” Nada murung tertangkap langsung di telinga Taehyung. Padahal belum sempat ia berkata, YooAh sudah memotong perkataannya.
“Apa maksudmu, little girl? Tentu aku selalu mengingatmu. Makanya aku meneleponmu hari ini.”
Taehyung mendengar suara YooAh menarik napas susah seperti habis menangis. “Oh, ya? YooAh bahkan mengkhawatirkan Taehyung oppa sampai semalaman YooAh tak tidur karena menunggu balasan pesan atau telepon darimu, Oppa.”
Taehyung menggigit bibir. Pun ia kemudian melihat ke dalam, memeriksa bahwa Minhwa terganggu akan suaranya atau tidak. Nampaknya Minhwa masih tidur terlelap karena lelah. Pun ia duduk di depan sambil merendamkan kaki di air pantai yang dingin.
“YooAh-ya. Kau tidak usah khawatir ketika aku bersama istriku hm? Dia selalu mengurusku dengan baik.”
YooAh lama terdiam di seberang. Hingga Taehyung khawatir kalau-kalau YooAh sedang berpikir macam-macam. “YooAh, kau di sana?”
YooAh pun mendeham. “YooAh tahu YooAh tak berhak untuk meminta apapun dari Oppa. Hanya saja oppa, YooAh merasa tak berguna disini. Karena oppa tidak ada. YooAh menjadi kesepian. YooAh tahu, Taehyung oppa bersama istri oppa. YooAh minta maaf, jika YooAh egois. Karena dari awal sepertinya YooAh menjadi parasit dalam hidup Taehyung oppa.”
“Stop, Little Girl.” Taehyung memijat pelipis. “Jangan seperti itu, hm? Oke. Kau tidak perlu kesepian lagi. Nanti bagaimanapun caranya, aku akan mengenalkanmu pada Minhwa agar kalian menjadi akrab.”
“Kau berharga bagiku, Little Girl. Apa kau hanya menganggap cintaku sesaat hm?”
YooAh impulsif berteriak mengatakan tidak. Hingga Taehyung terkekeh mendengarnya. “YooAh sangat mencintai Oppa. Bagaimana oppa mengatakan itu jika YooAh selalu memberikan kasih sayang yang melimpah lebih dari apapun itu.”
“Good girl.” Taehyung menjilat bibir, sembari berbisik pelan. “See you soon, Little Girl. Pastikan ketika aku membuka pintu, aku mendapatkan hadiahnya hm?”
YooAh menjawab dengan semangat dan memberikan kecupan selamat tinggal sebelum menutup teleponnya. Pun raut wajah Taehyung menjadi datar. Ia memandang ke depan dengan pikiran yang melayang entah kemana.
---oOo---
Taehyung memberi kecupan di kening si puan. “Minhwa-ya. Ada yang ingin kukatakan.” Ia sedang memangku kepalanya dengan tangan, badannya menghadap ke Minhwa. Minhwa hanya merespons dengan anggukan, sembari menelusuri wajah Taehyung dengan jemarinya. Begitu terlihat menyayangi pria itu, mencintainya sedalam-dalamnya, dan Minhwa seperti sudah jatuh sejatuh-jatuhnya. Bulan madu yang terlewati membuat Minhwa menyadari perasaannya yang sudah sangat dalam pada Taehyung, seperti dalamnya Palung Mariana. Atau mungkin, melebihi itu. Hingga ia lemparkan tatapan lembut yang menyejukkan hati.
“Aku sudah jatuh hati,” jeda Taehyung sembari menelisik memori-memorinya bersama YooAh, gadis lugu yang telah memikat hatinya. Taehyung tersenyum lalu alihkan atensi memandang Minhwa, ia mengusap lembut pipi berkroma merah itu. Minhwa merona. “Aku jatuh hati pada seorang gadis yang kutemui beberapa hari yang lalu saat pulang dari syuting.” Pun Minhwa mencelos. Kedipkan mata berulang-ulang, sembari mencerna perkataan Taehyung yang sungguh ... membuatnya tercekat. “A-apa?”
Taehyung sejenak membungkam, sebelum menjelaskannya pada Minhwa. Ia memang tak ingin lakukan ini, tapi ia ingin Minhwa tahu bahwa ia sudah jatuh hati pada seseorang. “Aku sungguh minta maaf ketika aku menyembunyikan hal ini darimu begitu lama. Tapi, aku juga tak bisa mengatakan hal ini lebih cepat karena aku menyayangimu.”
Minhwa meremas jemarinya sendiri dalam kepalan. Taehyung, semudah itu kau mengatakannya pada Minhwa?
“Kau ... benar-benar yakin kau menyukainya?”
“Eum.”
Minhwa dengan gerakan impulsif membelakangi Taehyung. Suara lembut Taehyung sepertinya menyayat hati, menghantarkan kegetiran yang amat sakit untuk menusuk hati Minhwa lebih dalam. Pun air matanya tak bisa ia halangi lagi untuk jatuh di kedua pipi, tatkala mendengar respons singkat tetapi bisa memberi sakit yang teramat sangat. Bagaimana mungkin, Taehyung bisa menghancurkan bulan madunya dengan mengatakan hal itu? Tidak, bukan hanya bulan madu mereka, tapi juga pernikahan mereka.
“Dalam pernikahan ini, apa kau pernah sekali saja menghargaiku sebagai istrimu, Taehyung?” tanya Minhwa seperti menyiratkan luka.
Taehyung lantas bungkam. Birainya terkatup rapat seperti otomatis dijahit hingga ia tak bisa membuka mulut.
“Taehyung.”
“Selama aku mengenalmu sampai hari ini pun, aku baru menyadari. You not appriciate me in every way.”[]
--------------------------------
Soop soop soop sururup rup rup sururup rup rup 🌚🌚 Pasti, abis ini mo maki-maki. Apa udah? 🤧🌚
Ig. Its.yourscrittlare
Oktober 08, 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top