12. Honeymoon (1)
Yang kangen geranium, spam kuy(͡° ͜ʖ ͡°)
Sudah empat jam mereka tertidur pulas, waktu sudah menunjukkan hari sudah petang.
“Makan malam dimana?” Taehyung datang dengan pakaian kasual seperti biasa. Ia sedang mengusak rambutnya dengan handuk kecil.
“Di sekitar hotel saja.”
Taehyung mengalungkan handuk kecil itu ke lehernya. Ia kemudian, menuangkan wine yang berada di atas nakas ke gelas bertangkainya. Atensi Minhwa masih memandang ke layar mac tablet-nya. “Aku ingin makan makanan khas Jamaika, jerk chicken. Kau ingin apa?”
“Aku samakan denganmu saja, Tae.”
Taehyung sebenarnya ingin melakukan setelah empat jam itu untuk sekedar cuddling dengan Minhwa, mengingat mereka kemari bukan untuk sekedar melepas penat karena kerja. Namun, ketika ia membuka mata, ia sudah di suguhkan Minhwa yang sedang duduk sembari memangku benda persegi itu. Taehyung mencoba selalu memahami bagaimana wanita itu, tetapi tetap saja Taehyung merasa wanita itu selalu mempedulikan pekerjaannya ketika bersamanya. Inilah mengapa Taehyung lebih suka menghabiskan waktu dengan YooAh, wanita kecilnya.
“Ayahmu sudah mempercayakan pekerjaanmu untuk Jungkook. Kau juga harus mempercayainya. Kita di sini untuk bulan madu, Minhwa. Bukan untuk melihatmu bekerja.” Mungkin Taehyung sudah diambang batas ketika Minhwa tak mengalihkan atensinya barang sebentar untuk memberi perhatian padanya. Alih-alih untuk mengeringkan rambutnya seperti biasa. Ia tahu Minhwa selalu perfeksionis dalam bekerja, tapi dalam rumah tangga, apakah Minhwa pernah seperti itu?
Minhwa lekas mengunci mac tablet-nya, lalu meringis merasa bersalah. Pun ia memijat kening bingung bagaimana ia ingin menjelaskannya. Pun ia beranjak dan duduk di pesisir ranjang, mendekat pada Taehyung. “Aku tak akan tahu jika bukan Sooyi yang memberitahuku bahwa Jungkook tiba-tiba sakit. Jadi, aku hanya sedikit membantunya, Taehyung.”
Taehyung melempar handuk kecilnya ke kasur, lalu mengendikkan bahu. “Terserah kau saja. Aku turun. Aku ingin jalan-jalan sebentar sebelum makan.”
Minhwa menghela napas. Taehyung terlihat marah. Minhwa hanya mencoba membantu Jungkook, karena situasinya juga sangat tidak pas ketika ia sedang berbulan madu bersama Taehyung. Mungkin hal itu dengan tak sadar Minhwa membuat Taehyung merasa kesal. Pun Minhwa sejemang terdiam, sebelum menyusul Taehyung yang sudah keluar dari kamar.
---oOo---
Taehyung bergumam pelan sambil sesekali menyesap wine-nya, pemandangan di Jamaika memang indah sekali. Ia bisa melihat debur ombak yang terbawa angin yang menemaninya sendiri di sini. Taehyung bisa melihat resort yang berbentuk hati juga di sana. Namun, di tempatnya pun tak kalah indah. Dimana pun Taehyung menikmatinya. Lagipula, semua di fasilitas ini sudah di-booking semua untuk mereka saja. Hanya saja, benarkah malam ini akan terjadi apa-apa?
“Taehyung, maafkan aku.”
Kedua tangan seseorang tiba-tiba memeluknya. Membuat perasaannya menjadi asing. Taehyung tahu, itu adalah Minhwa. Siapa lagi jika bukan sang istri.
“Hm.”
Minhwa melepaskan pelukan, lalu membalikkan badan Taehyung karena respons pria itu yang sangat singkat. Ia memegang tangan Taehyung yang dingin. “Aku benar-benar merasa bersalah. Jangan marah lagi.”
Taehyung mengembuskan napas, merasa lelah. “Aku tidak pernah bisa marah padamu dengan lama, Hwa-ya. Namun, aku juga tidak bisa selamanya memahamimu dan pekerjaanmu.”
“Taehyung, kau tahu bagaimana aku memulai restoranku dari nol. Aku hanya ingin yang terbaik untuk karirku.”
Taehyung terdiam. Cukup lama ketika ia melepaskan genggaman Minhwa di tangannya. Pikirannya sedang terombang-ambing persis seperti ombak di depan sana. Minhwa pun tak tahu harus berkata apalagi. Apa yang sebenarnya membuat Taehyung berpikir rumit? Taehyung tahu semua dari awal karirnya hingga sekarang. Bagaimana Minhwa bekerja memulainya sendiri tanpa bantuan Ayahnya, Taehyung tahu semuanya.
Minhwa terkejut ketika Taehyung melempar gelas ke sembarang arah dan tiba-tiba menggendongnya ala bridal. Wajahnya yang tak berekspresi membuatnya sedikit bingung.
“A-ada apa Tae? Mengapa tiba-tiba menggendongku?”
“Aku ingin mengambil hakku sekarang. Aku tidak ingin ada alasan apapun itu.”
Tentu di luar dugaan. Jantung Minhwa berdebar, benar-benar sangat mendadak di situasi seperti ini. Minhwa tak mungkin menolak, apalagi dalam keadaan Taehyung yang entah masih marah padanya atau tidak. Apalagi mereka di sini juga untuk itu selain berlibur 'kan? Ingin alasan apalagi?
Taehyung membawanya ke arah resort di tengah pantai. Membuat Minhwa semakin gugup. Taehyung benar-benar menginginkannya. Lalu, bagaimana mereka akan memulainya?
Namun, Taehyung tak langsung menurunkannya di atas ranjang. Mereka kini saling berhadapan di depan pintu yang langsung menuju ranjang utama. Di temani sinar rembulan, bayangan yang terpantul di lantai memperjelas mereka sedang berhadapan dengan saling menatap.
Taehyung menarik pinggul Minhwa untuk lebih intim. “Sebelum memulai, aku akan memberikan waktu untukmu. Walaupun aku tak menerima alasan, setidaknya katakan padaku apa yang kau takutkan.”
Minhwa menatap kedua iris Taehyung, yang begitu teduh namun masih sulit dimengerti.
“A-aku siap. Hanya saja terlalu gugup karena mendadak.”
Taehyung menyingkap poni yang menutupi sebagian wajah Minhwa, lalu menyelipkan ke telinga. “Aku akan selembut mungkin. Untuk malam pertama kita.”
Pipi Minhwa memanas, ia menunduk karena debaran jantungnya semakin menggila. Taehyung membuatnya menjadi sangat gugup. Hingga saat itu, Taehyung mempertemukan labiumnya dengan milik Minhwa, mempertegas bahwa Taehyung benar-benar memulainya. Dalam hitungan detik, ciuman itu semakin menuntut, dan semakin panas. Taehyung membawa ciuman mereka ke atas ranjang, lalu dengan tergesa melepas apa yang melekat di badan Minhwa dan dirinya.
“Jah-jangan terburu-buru. Eungh, lakukan dengan perlahan, Tae.”
Taehyung mengangguk, mulai memenuhi pikirannya dengan berbagai hal-hal kotor yang melekat di kepalanya. Membawa satu tangan untuk melesakkan ke inti untuk penetrasi. Minhwa mengerang, tak sadar bahwa Taehyung membawa jemarinya untuk merasukinya lebih dalam.
“S-sakit.”
“Akan lebih sakit jika dengan milikku. Bersiaplah.”
Taehyung mencoba menenangkan, karena mungkin tak akan sesakit itu jika mereka menikmatinya lebih lama. Karena, dalam pikirannya YooAh pun baik-baik saja ketika mereka melakukannya.
Minhwa merasa malu ketika Taehyung memandangnya untuk pertama kali dalam keadaan tak memakai sehelai benang pun seperti saat ini. Kendati tak berekspresi, ia bisa melihat tatapan suaminya itu sedang menyimpan semua yang ia lihat dalam memorinya dengan waktu yang cukup lama makanya ia merasa memerah. Pun jemari Taehyung terus mengendalikannya hingga ia merasa lemas.
Bibir Taehyung menyusuri leher Minhwa hingga perpotingan dagu, lalu ke bahu, memberikan penandaan sebelum ke inti. Minhwa memejamkan mata, Taehyung benar-benar membuat Minhwa merasakan getaran listrik yang mengalir di tubuhnya, menciptakan hawa panas yang membara di temani sinar rembulan yang meneranginya.
Taehyung memegang pinggul Minhwa untuk mempertemukan inti mereka perlahan, membawa Minhwa hingga sensasi menyakitkan dengan cepat datang menyerangnya.
“Sial!” Taehyung menggeram. Merasa tertekan dan panas di dalam sana. Ia tak ingin berlama-lama untuk memulai, karena keinginan untuk menghantarkan Minhwa dalam gelombang kenikmatan sudah mencekiknya.
Pergerakan Taehyung dimulai dengan tempo yang sangat tak masuk akal, membuat Minhwa berteriak sembari mencengkeram bahunya hingga memberinya goresan luka yang cukup kentara.
“Taehyung ... Hah.”
Minhwa mencoba berucap dengan napas yang cukup berantakan. Ia membuka mata dengan tatapan menyerah. Wajah merah dan napas tersengal Minhwa membuat Taehyung cukup frustrasi.
Tetapi, tiba-tiba saja di antara situasi panas suara nada dering telepon berbunyi. Memecah fokus mereka yang tengah berkabut nikmat.
“T-taehyung ... teleponmu....”
Taehyung mengecup bahu sembari menggeram kesal, ia tentu akan abaikan. Keadaan yang seperti ini tak dapat ia hentikan hanya untuk mengangkat telepon.
“Aku masih menginginkanmu.” Taehyung dengan nada putus asanya. Sedangkan telepon itu masih berdering seperti ingin memisahkan gairah keduanya yang sedang melanda. Taehyung membuang ponselnya yang berada di saku celananya tergeletak di pesisir ranjang, hingga tak sengaja menggeser panel hijau menandakan suara dering berhenti tergantikan oleh nada tersambung ke seberang. Ponsel itu tergeletak tak berdaya di lantai ketika Taehyung melemparnya lalu melanjutkan kecupan demi kecupan di labium sang istri. Membuat Taehyung tak menyadari bahwa ponselnya mendengar apa yang mereka lakukan malam itu.[]
-----------------------
Kurang panas nanti aku kasih kompor ya 🔥🌚
Ig. Its.yourscrittlare
September 26, 2020.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top