10. Who dis?
Komen yg banyak nanti atau besok
double update ;))
😍😍😍
YooAh cemberut. Bibirnya mengerucut, ketika Taehyung bicara tentang ia takkan mengunjungi selama beberapa hari, atau mungkin seminggu. Katanya, ia akan berlibur dengan sang istri, dan YooAh mungkin tak bisa sembunyikan rasa ketakutan bahwa Taehyung akan meninggalkannya, kendati Taehyung berkata tidak.
“Sudah, mengapa masih cemberut, hm? Bukankah aku sudah di sini menemanimu seharian?”
YooAh masih mempertahankan raut wajah ngambeknya. “Tapi, oppa akan meninggalkan YooAh sangat lama.” Ia bersidekap di depan dada. Tapi tak beranjak dari posisi miring di atas pangkuan Taehyung. Taehyung hanya terkikik geli. Ia mengusap rambut panjang YooAh dengan sayang. Dirinya bertanya-tanya, selama ini, apakah ia kurang mengenal banyak perempuan hingga ketika jatuh hati sampai terpikat seperti ini pada seseorang? Padahal, sosok lugu ini hanya orang asing yang bertemu dengannya secara tak terduga.
Hubungan ini pasti sudah direncanakan oleh Tuhan hingga Taehyung tak bisa tersenyum untuk mengingat bagaimana pertemuannya dengan YooAh.
“Mulai lusa, kau juga akan masuk kuliah. Kau tidak akan kesepian lagi.”
YooAh membisu. Masih mempertahankan raut wajah tak suka. YooAh jadi ingin segera melihat seperti apa istri Taehyung, pasti tak terlalu menarik hingga Taehyung jatuh hati padanya. Beranjak dari pangkuan Taehyung, ia lantas berdiri dengan berkacak pinggang. “Apa ... YooAh, tak boleh ikut pergi?”
Taehyung sebenarnya sudah berpikiran seperti itu, tapi jika dipikirkan lagi, tentu itu bukan ide yang bagus. Kendati bisa diajak dengan sembunyi-sembunyi, Taehyung tak ingin masalah datang lagi menghampirinya. Ia sudah berpikir bagaimana caranya nanti Taehyung memperkenalkan YooAh pada Minhwa.
“Tidak bisa, Sayang. Ini hanya untuk berdua. Orangtua Minhwa sudah memesankan segalanya untuk aku dan istriku.”
Raut wajah YooAh murung. “Pergilah, oppa. Tanpa izin YooAh ataupun tidak, oppa juga bisa pergi.”
Taehyung menggapai tangan YooAh, mengusap punggung tangan si puan dengan ibu jarinya. Ia berusaha menenangkan. “Aku akan membelikan cendera mata dari sana untukmu. Lainkali juga, kita akan pergi bersama berdua.”
YooAh melepaskan genggaman Taehyung. “Janji?”
“Tentu saja.”
YooAh kemudian memeluk Taehyung lalu mencium sekilas labium si pria. “Walaupun oppa memberikan YooAh apapun, YooAh hanya ingin oppa di sisiku.”
---oOo---
“Jangan lupa selalu adakan meeting rutin atau jadwal kru. Kau tahu, aku tidak pernah memberikan space terhadapmu atau karyawan. Aku selalu stay involved dengan kalian.”
Jeon Jungkook sebagai manajer yang menangani restoran di Mapo, mengangguk-angguk dengan malas. Sudah belasan kali Minhwa mengatur semua proactive planning dengannya, seakan sebelum ini Minhwa tak pernah mengatakannya. Kendati posisi owner akan beralih ke dirinya sementara, Minhwa seakan melepaskan jabatannya itu untuk selamanya.
“Kau dengar aku, Jungkook-ssi?”
“Selalu, sajang-nim.” Jungkook tersenyum meledek. “Aku bahkan sampai tak mengalihkan atensiku darimu.”
“Apa itu sebuah lelucon? Berhenti bercanda, aku serius.”
Jungkook menggapai map berwarna biru dari tangan Minhwa, dan meletakkannya ke sisinya. “Dengar, Minhwa-ssi. Tanggungjawab akan kau serahkan padaku. Untuk apa kau khawatir? Aku bisa mengkoordinasikan bersama Manajer Jung. O-oh, kau lebih percaya dengan Jung Hoseok daripada aku?”
Minhwa mengangkat tangan, seperti menyerah. “Oke-oke, baiklah. Aku hanya terbiasa meneliti problem sekecil apapun itu. Kau harus menghubungiku ketika ada masalah. Lagipula mengapa Ayah memilihmu karena Hoseok sedang memegang dua cabang. Jadi, ia masih mencari seseorang yang layak untuk dijadikan manajer.”
“Ah, begitu.”
Jungkook manggut-manggut, lantas menyeringai kecil. “Tetapi walau ada masalah, aku tidak akan memberitahumu. Itu akan merusak momen bulan madumu jika kau membawa pergi pekerjaanmu. Stay postive thingking.”
Minhwa hampir saja menampar bahu Jungkook dengan map lain miliknya yang ia bawa meeting bersama Jungkook, kalau saja pintu ruangan tak diketuk dan suara asistennya menginterupsi.
“Sajang-nim, suami Anda, Kim Taehyung ingin bertemu dengan Anda.”
Belum sempat Minhwa menjawab, pintu sudah terbuka dan Taehyung tengah tergesa melangkah menghampirinya. Kerutan wajah si pria ia tujukan pada Jungkook, sebelum mengalihkan atensinya kembali ke Minhwa.
“Ada yang ingin kubicarakan.”
“Lee Minhwa sajang-nim sedang meeting dengan saya, Tuan Kim.” Jungkook lantas menyela.
Kerutan bertambah jelas, Taehyung memandang Jungkook tak suka. “Dibanding meeting, kalian terlihat seperti mengobrol.”
“Itu gunanya mencairkan suasana biar suasana tidak tegang.” Itu sarkasme dari Jungkook. Ini adalah kali pertama Jungkook menemui suami Minhwa secara tak langsung, yang dulu ia hanya mendatangi pesta pernikahan mereka secara resmi. Pasalnya, pria bernama Kim Taehyung tak sekalipun terlihat di restoran manapun milik Minhwa, sebelum menikah. Bahkan ketika ia menikah pun, Minhwa hanya datang bersama sahabatnya, Hoseok.
“Ada apa, Taehyung? Manajer Jeon benar, kami sedang meeting. Kau tahu ia akan memegang tanggung jawab sementara restoran.”
Taehyung menarik Minhwa tak sabaran, membawanya keluar dengan meninggalkan Jungkook dengan tanda tanya besar. Minhwa membungkukkan badan ke belakang, berisyarat agar Jungkook menunggu sebentar di ruangannya sembari ia berbicara dengan Taehyung.
“Mengapa kau terburu-buru, Taehyung? Tidak bisa menunggu sebentar hm?”
Taehyung berhenti melangkah. Mereka berada di atas tangga. Raut wajahnya bersungut-sungut. “Bawahanmu tadi bikin muak saja. Berani sekali berbicara seperti itu padaku.”
Minhwa menggeleng, berusaha melembut. “Manajer Jeon memang seperti itu. Kau tahu, kau yang tidak sopan menyelonong masuk tanpa permisi disaat meeting, Tae.” Lalu menggapai tangan Taehyung, memberi senyuman. “Minta maaflah nanti, ya.”
“Apa meeting itu berharga daripada aku?”
“A-aniya. Bukan seperti itu.”
Taehyung melepaskan genggaman Minhwa, lalu bersidekap. Bibirnya berkomat-kamit mengerutu kesal. “Aku tadi meluangkan waktuku untuk makan siang bersamamu, tapi sepertinya kau akan berdua dengannya terus.”
Minhwa terkikik geli. “Tumben sekali. Tapi, memang aku akan ada meeting juga dengannya dan juga Hoseok, Tae. Maaf, ya.”
Taehyung mengangguk-angguk tanpa respons yang berarti, lalu menuruni tangga dengan tatapan tak terbaca.
“Kau selalu saja sama, Hwa-ya. Selalu mementingkan pekerjaanmu daripada aku.”
---oOo---
Sudah satu setengah jam lamanya Minhwa menunggu Taehyung di Bandara. Kendati masih lama, ini untuk jaga-jaga jika terjadi antrean panjang saat berangkat. Mereka bukan memakai jet pribadi, mereka hanya memesan dengan tiket first class. Minhwa sendiri tak datang bersama Taehyung karena dia berangkat dari Ilsan, diantar oleh Hoseok ketika si pria menjemputnya di Hotel. Karena semalam ia sangat sibuk mengurus segalanya bersama Jungkook, Hoseok, dan manajer-manajer lainnya.
Minhwa tetap bersikeras membawa Mac Tablet dalam tas perlengkapannya, sesekali melihat perkembangan restonya dari sana. Ia mencoba menghubungi Taehyung, mungkin saja pria itu masih terjebak macet atau masalah lainnya.
“Halo, Taehyung. Mengapa kau lamaㅡ”
“Halo.” Suara perempuan menyapa. Kening Minhwa mengerut impulsif. “Siapa ini?”[]
Haduh tak sabar untuk honeymoon, tapi kok🌚🤧 Maap ya, menyimpang dari jadwal. Pendek lagi🤣
Ig. Its.yourscrittlare
Juli 03, 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top