5

"Kehadirannya membawa petaka dan kebahagiaan dalam waktu yang bersamaan"

"Om Tito! Sini deh, aku nemuin mobil-mobilan model terbaru!"

Fian melambai-lambaikan tangannya ke arah Tito yang berada di seberang sana. Lelaki itu pun menuruti keinginan anak dari sahabatnya, meskipun dengan berat hati, tapi Tito tidak akan membiarkan Fian merengek di tempat umum.

"Mainan Fian dirumahkan masih banyak, kenapa minta mainan baru lagi?" tanya Tito yang sudah berjongkok di depan Fian. "Kebanyakan mainan itu nggak baik, masih banyak orang di luaran sana yang pengen mainan, tapi Fian malah menyia-nyiakan mainan yang ada di rumah," sambung Tito.

Fian mengerucutkan bibirnya. "Abisnya Fian kadang suka bosem. Om Tito kan tau sendiri kalo Fian di rumah itu pasti kesepian, soalnya Papi suka sibuk sama kerjaannya," jelas bocah itu sembari menampilkan wajah memelasnya.

Melihat wajah Fian yang sangat sedih pun membuat hati Tito tergerak untuk membelikan Fian mainan yang diinginkan bocah itu.

"Oke, baiklah, kamu boleh ambil mainan yang kamu mau."

"Hore! Sayang Om Tito banyak-banyak!" Fian bersorak gembira sambil tangannya mengambil semua mainan yang diinginkannya.

"Semoga kabar ATM gua baik-baik aja," gumam Tito.

***

Ciara terlihat mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah untuk mengusir hawa panas yang sedari tadi tidak henti menyerangnya dan sesekali gadis itu menyeruput minuman untuk menyegarkan tenggorokan.

"Ternyata begini rasanya jadi pengangguran," gumam Ciara meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Menganggur di kota orang itu memang sangat menyedihkan, ingin pulang ke rumahnya pun gengsi.

Lagi-lagi gadis itu menghela napasnya pelan untuk mengusir kebosanan di dalam dirinya.

"Apa gua jadi sugar baby aja kali ya, kan lumayan uangnya bisa buat bayar listrik," gumam gadis itu lagi yang semakin tidak jelas kemana arahnya.

Saat gadis itu sedang asyik bergelut dengan pikirannya tiba-tiba ada sepasang tangan kecil yang menyentuh permukaan kulit lengannya.

"Tente," sapa Fian yang terdengar begitu ceria di telinga Ciara.

Gadis itu hanya bisa meringis, di dalam hati Ciara ingin sekali mengomeli bocah yang tidak sengaja bertemu saat acara pernikahan mantannya. Sudah cukup hari itu saja Ciara mendapat tatapan tajam dari papi bocah itu dan Ciara sudah tidak menginginkan hal itu terulang yang kedua kalinya.

"Adek manis, kenapa kamu di sini?" Ciara masih berusaha untuk bersikap ramah, padahal di dalam hatinya gadis itu was-was jika papi Fian melihatnya.

"Ya main lah Tente, masa main kuda lumping sih," jawab Fian yang sedang kesusahan untuk naik ke atas bangku.

Ciara yang tahu bocah itu tidak bisa naik pun membantunya untuk duduk di kursi tepat di sampingnya.

"Iya, Tente tau kamu itu main ke sini, maksud Tante kamu kan masih kecil, terus kesininya sama siapa? Nggak mungkin sama Papi kamu yang pelit itu 'kan?" tanya Ciara.

Fian nampak menoleh seperti sedang mencari sesuatu.

"Nah itu dia!"

Ciara melihat arah di mana Fian menunjuk seseorang. Ciara melihat ada seorang laki-laki yang berdiri dengan gagahnya di depan kedai ice cream. Akan tetapi, itu bukan lelaki yang sama. Mungkinkah bocah itu mempunyai dua papi?

"OM TITO! Fian di sini!" bocah itu melambaikan tangannya memberi tahu kepada Tito bahwa dia berada di sana.

Tubuh Ciara berubah menjadi kaku saat lelaki itu berjalan ke arahnya. Jantungnya seperti sedang melakukan senam aerobik di dalam sana saat mendapat tatapan lembut yang lelaki itu berikan.

"Please, kek. Jangan keliatan tremor," gumam gadis itu di dalam hati. Saat Tito menatapnya, entah mengapa di sekujur tubuhnya bergetar tanpa bisa dikendalikan. Akankah ini efek dari the power of tampan?

"Om Tito, kenalin nih, Tente cantik calon Mama tiri aku."

Fian mencoba memperkenalkan Ciara dengan Tito, karena bocah itu belum tahu nama Ciara maka dari itu Fian mengenalkannya sebagai 'tante cantik calon mama tiri.'

Ciara hampir saja tersedak oleh ludahnya sendiri. 'Sekate-kate lu bocah. Mana ada gua mau nikah sama Papi lo?'

"Hai, perkenalkan nama saya Tito. Kamu?"

Sebelum menerima uluran tangan dari Tito, Ciara mencoba untuk menormalkan tubuhnya agar tidak terlihat tremor berlebihan.

"S-saya, Ciara, Om."

Tito terkekeh pelan saat mendengar Ciara memanggilnya 'om' apakah setia itu dia di mata gadis itu?

"Panggil nama aja, jangan manggil saya Om. Umur kamu memangnya berapa?"

"23 tahun," jawab Ciara.

"Ya udah deh, kamu boleh panggil saya Om," final Tito pada akhirnya.

'Di sangkanya emang gua udah kaya Tente-Tante umur 30-an kali ya?' ucap Ciara di hatinya kesal.

"Oalah, jadi nama Tente ini, Tente Ciara toh," gumam Fian mengangguk-anggukkan kepalanya. Tangan mungilnya tidak henti menyuapkan ice cream itu ke dalam mulut sampai di pinggir bibirnya terdapat noda creame di sana.

"Jadi kamu belum tahu kalau Tante ini namanya Ciara?" tanya Tito memicingkan sebelah matanya.

Fian menganggukkan kepalanya berekspresi polos. "Abisnya kemarin Papi main narik tangan Fian, makannya Fian nggak sempat kenalan sama Tante Ciara."

"Papinya memang seperti itu, jadi mohon di maklumi," jelas Tito.

Ciara hanya tersenyum tipis. di sepanjang Ciara hidup, gadis itu baru pertama kali ini bersikap manis di depan lelaki. Biasanya gadis itu paling bertingkah bar-bar di antara yang lainnya.

"Tante, nanti ikut aku ya, please," pinta Fian bersamaan dengan wajahnya yang memelas.

Ciara menatap bingung pada bocah di sampingnya itu, pasalnya wajahnya yang polos membuat Ciara sangat ingin ... 'ahhh, sudahlah,' batin Ciara yang semakin dibuat frustasi dengan wajah polos Fian.

"Kalau kamu tidak mau jangan dipaksakan, anak dari sahabat saya ini memang pemaksa. Sama seperti Papinya" jelas Tito mencoba untuk tidak membuat beban pikiran Ciara.

"Kok Om Tito gitu sih sama Fian?" Fian nampak tidak terima dengan ucapan Tito.

"Terus Om harus gimana? Memang benar kamu itu anak dari sahabat Om, 'kan?"

Fian menganggukkan kepalanya lalu tangan kecilnya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Iya juga sih. Tapi nggak usah disamain sama sifatnya Papi. Kita berbeda keles."

Ciara masih terdiam nampak memikirkan tawaran Fian. Mungkin akan ada keuntungannya juga mendekati Fian, siapa tahu bocah itu menjadi ladang uangnya.

'Kalo jadi pengasuh bocah ini juga nggak terlalu buruk 'kan?' batin Ciara sembari menampilkan senyum misteriusnya.

"Boleh deh, nanti Tante bakalan ikut Fian ke kantor Papi kamu."

"Ehh, jangan dipaksakan Ciara, saya tidak memaksanya kok," sahut Tito.

"Saya juga nggak terpaksa sama tawaran Fian kok, Om."

Tito terdiam, pastilah nanti jika sudah kembali Alva akan memarahinya karena telah mengizinkan Fian membawa seorang gadis asing masuk ke dalam kantornya.

Saat Tito asyik terdiam, tiba-tiba dering gawai membuyarkan lamunannya. Tito berdecak kesal saat melihat layar ponselnya tertera nama 'Alva kampret is calling.'

"Iya kenapa?" tanya Tito langsung pada intinya.

"Anak gua lu bawa kemana? Dari tadi perasaan kaga balik-balik," omel Alva yang berada di seberang sana.

"Sabar cuk, lu kaya kaga tau gimana anak lo aja. Gua otw balik ke situ dah."

Tito langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak, tanpa menunggu jawaban dari Alva.

"Fian, ayo kita pulang. Papi kamu udah minta kamu dipulangin."

Fian menghela napasnya pelan, wajah yang awalnya ceria itu kini berubah menjadi redup.

"Loh, Fian kenapa?" tanya Ciara muncul sosok keibuannya.

"Fian nggak mau dikurung lagi," jelas Fian raut wajahnya semakin sedih.

Ciara menghela napasnya pelan, lalu gadis itu menarik bibirnya membentuk bulan sabit. "Fian nggak akan kesepian lagi kok, kan ada Tante yang bakalan nemenin Fian di kantor."

"Beneran Tante?" tanya Fian wajahnya sudah berubah menjadi bahagia.

Ciara mengangguk mantap. "Iya."

Tito tersenyum bahagia saat melihat interaksi antara Ciara dan Fian. Tidak pernah Tito melihat Fian seantusias itu menyambut orang baru.

"Kalau begitu ayo kita kembali ke kantor Papi, kalau tidak cepat kembali, Fian tahu bukan bagaimana sifat Papi kamu yang menyebalkan itu?" Ciara mengedipkan sebelah matanya.

Fian membekap mulutnya sendiri dan sesekali terdengar suara kikikan yang tertahan. Bocah itu sedang mengingat tingkah konyol Alva yang sedang memarahinya. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top