1
Ya Allah, Apakah ini sebagian dari takdir yang telah Engkau rancang sebelum aku menjadi Zigot? Mengapa liku perjalanan yang hamba lalui ini begitu rumit
Gendang telinganya Allura Ciara terasa berdengung saat mendengarkan ceramah panjang lebar dari seseorang lelaki paruh baya yang mempunyai perut sedikit buncit. Karena saking buncintnya sampai membuat beberapa kancing kemejanya tidak terkancing dengan benar.
"Sudah saya katakan berkali-kali sama kamu Ciara, jika kamu terlambat satu kali lagi, maka kamu harus saya drop out dari kantor saya ini. Memangnya kamu pikir kantor saya ini tempat bermain kanak-kanak yang bisa kamu datangi dan tinggalkan seenak hati kamu? Apakah kamu tidak pernah merasakan betapa sakitnya ditinggalkan pas lagi sayang-sayangnya?" tanyanya dengan gaya melotot andalannya.
Ciara hanya terdiam mendengarkan amarah serta curahan hati dari bosnya yang tidak bernah bermutu itu. Sudah menjadi rutinitas harian Ciara jika terlambat pasti akan dipanggil ke ruangan atasannya dan pada akhirnya akan mendapatkan ceramah gratis dari lelaki yang mempunyai perut buncit itu.
"Ciara! Apa kamu tidak mendengarkan saya?!" Nada mulai menaik dan matanya pun kian memelotot tajam sampai urat-urat kecil berwarna merah itu terlihat begitu jelas.
Hanya dalam hitungan detik saja kepala Ciara yang awalnya tertunduk itu menjadi mendongak menatap bola mata sang bos besar yang hampir keluar dari tempatnya.
"Apa kamu lihat-lihat saya? Mau protes sama saya?" tanyanya dengan nada yang sangat sensi.
"Ini orang maunya apa sih? Lagi PMS kali ya, sensi banget," batin Ciara yang sudah terlanjur kesal dengan sifat bosnya yang selalu semena-mena kepada karyawannya.
"Pak, saya mohon jangan pecat saya, semalam kucing tetangga saya masuk ke dalam got, jadi mau tidak mau saya harus menolong kucing mahal kesayangannya itu," jelas Ciara sembari menangkupkan ke dua tangan dan tidak lupa pula tatapan memelasnya.
"Halah, saya sudah tidak percaya lagi sama kamu. Berkali-kali kamu memberi alasan dan alasan itu tidak masuk ke dalam daftar logika saya, memangnya tidak ada tetangga selain kamu? Seharusnya dia bisa meminta bantuan kepada pak RT."
"Kebetulan pak RTnya lagi mudik pak."
"Lain kali kalau memilih ketua RT itu harus penduduk asli, contohnya seperti saya, tapi entah mengapa tidak ada satu orang pun yang setuju jika saya menjadi ketua RT."
"Karena situnya aja yang banyak bacot, siapa suruh punya mulut pedes banget, siapa yang mau warganya punya ketua RT seperti itu," cerocos Ciara di dalam hati.
"MULAI DETIK INI KAMU SAYA PECAT!" teriaknya keras sampai membuat gendang telinga Ciara berdenging.
BRAK!
Ciara menutup pintu ruangan sang bos dengan kencang, hatinya sakit, harga dirinya merasa terinjak-injak hanya karena mulut sang bos besar begitu pedas dan begitu menyakitkan.
"Huaaaaa, kenapa harus ada manusia kaya dia sih?"
Ciara menangis sesegukan di meja kerjanya, para rekan yang melihatnya berantakan pun berbondong-bondong mendekat.
"Ara, kamu kenapa?" tanya Ihsan, lelaki baik hati yang digilai oleh para wanita, namun Ihsan selalu saja tidak mempedulikan itu.
"Gua dipecat. Huuaaaa, gua do'ain perutnya yang buncit semakin buncit!"
"Lo dipecat? Kok bisa sih?" tanya Husna, seorang wanita matang yang masih lajang itu terkejut.
"Bisa lah Mbak, buktinya ini kejadian sama gua."
Husna mendekati Ciara yang masih menangis sesegukan di meja yang biasa dibuatnya untuk bekerja. Husna memeluk tubuh Ciara layaknya seorang kakak yang sedang menengakan sang adik sedang menangis.
"Sabar Ara, mungkin sudah saatnya kamu terbebas dari bos kejam seperti dia."
"Iya Ara, seharusnya kamu bahagia bisa terlepas dari bos kejam seperti dia." Ihsan menimpali.
Tangis Ciara seketika terhenti, jika dilihat dari kaca mata batin memang benar apa yang dikatakan Ihsan dan Husna. Banyak sekali karyawan yang ingin keluar dari perusahaan itu karena tidak tahan dengan bos yang super kejam seperti pria buncit itu, namun di sisi lain mereka juga masih membutuhkan uang untuk membiayai hidup mereka.
"Bener juga apa yang kalian bilang, akhirnya gua bisa terbebas dari bos yang nggak punya tata krama kaya dia itu, tapi ... nasip dompet gua di akhir bulan begimane dah. Huaaaaaa, pasti gua bakalan jadi perawan tua yang miskin."
"Cup, cup, cup. Ciara sayang, kan kamu gadis yang smart, pasti gampang lah nyari pekerjaan di luaran sana," ucap Ihsan guna menghibur Ciara yang moodnya sedang naik turun.
"Bener apa yang dibilang Ihsan, Ara, kamu itu gadis yang cerdik, pasti bisa lah nyari kerjaan di luaran sana, pasti gampang buat kamu."
Ciara mengusap ingusnya menggunakan tisu yang tidak pernah habis di meja kerjanya.
"Hiks, terus gua harus kehilangan kalian gitu?" tanya gadis itu ke dua matanya mulai mengeluarkan butiran-butiran bening.
"Sssttt, Ara sayang, kita tinggal di era modern, untuk bertukar kabar pun gampang. Jadi, kamu nggak boleh sedih lagi ya," ucap Husna sembari mengusap air mata yang mulai mengalir di pipi Ciara.
"Gua sayang kalian semua."
Suasana haru itu tercipta saat semua rekan kerja baik lelaki maupun wanita memeluk tubuh Ciara yang kecil. Meskipun Ciara adalah gadis yang pintar, namun terkadang gadis itu juga ceroboh, akibat kecerobohannya itu membuat bos besar terkadang murka kepadanya dan menimbulkan hal-hal yang sangat fatal untuk karyawan yang lain. Akan tetapi, seluruh rekan kerjanya begitu menyayangi Ciara karena gadis itu sangat pandai menciptakan suasana asyik saat kecanggungan melanda.
***
Ketahuilah, wajah cantik tidak selamanya membuatmu kepada hal-hal yang bisa menguntungkan dirimu. Sama halnya seperti dengan Ciara, gadis manis nan cantik yang baru saja dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja dan di hari yang bersamaan pula gadis itu harus menerima takdir bahwa kekasihnya mengirimkan sebuah undangan pernikahan.
Selembar kertas dengan desain yang sangat romantis itu masih Ciara genggamnya erat-erat, seperti nyanyian balonku ada lima, tetapi pecah satu sehingga tinggal empat dan dipegang erat-erat. Di dalam hati Ciara masih tidak menyangka akan secepat ini dirinya merasakan kesedihan ditinggal menikah oleh kekasihnya sendiri.
Sang kekasih menikah tanpa memutuskan hubungan mereka terlebih dahulu. Apakah ini yang di namakan ditinggal nikah pas lagi sayang-sayangnya? Hatinya begitu berdarah.
Saat Ciara baru saja pulang dari kantor tempatnya bekerja, di depan kos-kosan sudah berdiri sang pacar dengan pakaian yang sangat rapi.
"Hai, tumben kesini nggak ngasih tau aku?" tanya Ciara dengan wajah yang berbinar. Pada saat itu Ciara berpikir sang kekasih akan memberinya kejutan.
"Aku mau ngasih kamu ini." Lelaki itu memberikan Ciara sebuah kertas undangan.
"Besok kamu datang ya ke resepsi pernikahan aku." setelah berucap demikian, lelaki itu melenggang pergi meninggalkan Ciara yang sedang patah hati. Ciara berharap ada penjelasan, tetapi nyatanya dia hanya menunggu dan hasilnya sia-sia.
Hubungan keduanya kandas tanpa alasan yang jelas, Ciara tidak pernah berselingkuh, tapi mengapa dengan teganya lelaki itu mendua.
***
"Ciara, mau sampai kapan lo liatin undangan pernikahan itu? ayolah, jangan terlalu larut dalam kesedihan," ucap Pelangi—sahabat sekaligus teman satu kosannya—itu terlihat menghampirinya dengan membawa satu gelas coklat hangat.
"Nih minum, siapa tau setelah minum yang manis-manis mood lo semakin membaik." Pelangi memberikan gelas berisikan coklat itu kepada sahabatnya.
"Pelangi, sesakit inikah ditinggal nikah pas masih sayang-sayangnya?" tanya Ciara dengan suara yang serak, bahkan suaranya nyaris menghilang akibat dia tidak berhenti mengomeli dan merutuki mantan kekasih dan bosnya yang telah tega mematahkan hatinya secara bersamaan.
Pelangi menghela napasnya pelan, jika melihat Ciara menderita seperti ini membuat hati Pelangi tidak tega melihatnya. Meskipun Ciara suka sekali membuat kesal dan menjadi penyebab mengapa dompetnya menipis di setiap bulannya, tapi tetap saja Pelangi tidak akan pernah tega jika melihat Ciara seperti itu.
"Apa gua gilang, dia itu nggak pantes buat lo," ucap Pelangi.
Ciara menatap Pelangi yang duduk di hadapannya dengan mata yang sembab, "Pelangi, sahabat gua yang paling tersayang, makasih ya udah mau nemenin gua yang ceroboh tapi cantik ini."
Ciara mendekat lalu memeluk tubuh Pelangi erat, menumpahkan segala rasa terima kasihnya untuk sahabatnya itu yang selalu saja setia menemani dan mendampinginya di saat sulit.
"Iya Ara sayang, tapi tolong dong jangan lap ingus lo di baju gua. Anak gadis yang katanya cantik tapi kok jorok banget," omel Pelangi, saat Ciara tidak sengaja mengotori baju Pelangi dengan ingusnya.
"Maafin gua yang suka khilaf kalo masalah jorok," gumam Ciara
Pelangi hanya bisa menggelengkan kepalanya heran saat melihat Ciara sudah menutup matanya dengan napas yang teratur saat masih dalam keadaan berpelukan.
"Kebiasaan nih bocah," gumam Pelangi kesal. Lalu gadis itu membaringkan tubuh Ciara dan menyelimuti gadis itu sampai sebatas lehernya dan tidak lupa sebelum Pelangi kembali ke kamarnya, gadis itu terlebih dahulu mematikan lampu di kamar Ciara.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top