Part 9
Kali ini Tasya enggan mengalah pada asumsinya yang akan merembet kemana-mana. Tasya lantas melangkah kakinya cepat kearah kasir, tempat yang serupa seperti surga kini menjelma menjadi neraka setelah kehadiran Nando.
Tangannya dengan cekatan membayar selembar kertas mata uang pada mbak-mbak kasir sesaat kemudian plastik belanjaan yang berisikan satu novel itu kini ia genggam.
Setelah merasa langkahnya telah cukup jauh dari Gramedia tadi, kini ia berani menghembuskan nafasnya lega. Ia melirik beberapa restoran dan cafe yang akan ia transit.
Melihat logo starbucks dari jauh kini membuat Tasya mengangguk yakin. Ya, paling tidak disana terdapat wifi kencang dan tempat yang nyaman. Cocoklah buat dirinya yang seperti me time, tak usah pikirkan tentang harga karena jauh sebelumnya Tasya sudah memperhitungkannya.
Kali ini di mejanya sudah terdapat macchlato caramel berukuran venti yang tadi sudah ia pesan lima menit lalu. Menghilangkan gabut, ia lantas melihat beberapa video vlogg salah satunya ialah salah satu vlogger yang couplean itu dan hobi travelling.
So, pasti kalian bisa menebak tanpa harus Tasya beritahu namanya?
Kadang Tasya terkikik sebentar melihat kelucuan dua pasang vlog yang tak jarang memamerkan hangatnya hubungan mereka.
Sesekali ia menyedot minumannya itu, membiarkan rasa caramel mendominasi lidahnya. Tempat ini memang paling terbaik untuk me time.
Puas melihat hampir semua seri vlogg tersebut, kini ia mengangkat pandangannya kearah kaca. Melihat lalu-lalang orang berseliweran ke mall ini, serta melihat sekumpulan awan tebal yang menyebabkan sensasi mendung.
Coba saja tadi tidak ada Nando, pasti Tasya sudah puas memandangi Keanno. Cowok tadi menggunakan kaos berwarna biru dongker, celana selutut dan sepatu. Satu kata yang cocok menggambarkan penampilan Keanno, yaitu.. Casual.
Memang sih Keanno memakai apa saja pasti terlihat ganteng, karena memang rupanya yang memiliki daya pikat tersendiri. Walaupun kulitnya tidak putih seperti kebanyakan kriteria cogan pada masa ini.
Tapi ada yang mampu membuat Tasya berdenyit heran, untuk apa Keanno dan Nando jalan berdua? Terus seperti membelikan kado berupa novel frozen kepada perempuan kecil.
Jangan-jangan mereka gay. Bagaimana bisa dalam lingkup yang lumayan besar, cowok yang ia suka bisa mempunyai selera dengan sesama batangan. Lagipula type Nando kan cewek berbokong besar, apa kali ini Keanno berbokong besar?
Hus. Hus. Hus. Pikiran negatif pergilah dari otak Tasya sekarang.
***
Definis Minggu pagi menurut Keanno biasanya ialah berhibernasi dengan menggunakan bokser. Namun mungkin tidak untuk kali ini, karena pagi ini. Seorang gadis kecil sudah melompat-lompati kasur miliknya, juga jemari kecilnya itu sesekali menampar-nampar pipi Keanno.
"Kakak kakak kakak kakak kakak kakak," ucap Tiara tak henti.
Keano lantas memejamkan matanya berat, dan penampakan yang ia lihat setelahnya ialah adik perempuannya yang memakai daster kecil bergambar shaun the sheep.
"Kakak ngantuk, udah ntaran aja deh. Ara keluar dulu," kata Keanno mengusir adiknya halus. Yaiyalah, ini masih pagi coy, mungkin tepatnya pukul sembilan.
Setelahnya dunia mimpi kembali menariknya sesaat beberapa menit kemudian telinganya dibisikkan sebuah kata oleh adiknya.
"Kakak pokoknya harus belin Aya dvd kalau nggak Aya laporin kalo kakak semalam ngerokok ke Ayah."
Ayah.
Ayah.
Ayah.
Lantas matanya melongo, jika dulu banyak quotes the power of emak-emak tapi berbeda dengan Keanno. Menurutnya the power of bapak-bapak tak kalah seramnya.
Bisa-bisa duit jajannya dipotong lima puluh persen seperti diskon pada store-store langganan Mamahnya. Sebenarnya mamahnya juga sama saja, cuma doi lebih nggak tegaan.
Mau tidak mau Keanno beringsut dan duduk bersila di ranjangnya. Menatap garang adiknya yang sudah berani-berani mengancamnya.
"Heh, belajar dari mana ngancem?" kata Keanno lembut namun dengan tatapan menusuk.
Tiara adiknya malah nggak kalah lagi, ia memangku kedua tangan di depan juga balas memelototi kakaknya itu.
"Dali kakak," ada jeda, "Kan waktu kakak bilang kalo ada yang jahat sama Aya nanti kakak ancem."
Astaga! Keanno hampir lupa, iya dia pernah memberitahu jika ada yang berani menjahati Tiara si penggemar barney adiknya itu, Keanno tidak akan memberi dia kesempatan kedua untuk hidup!
Keanno lantas menghembuskan nafasnya berat, setidaknya membelikan satu dvd tidak dapat memotong setengah uang jajanya igu.
"Yaudah kakak beliin," Keanno lantas tersenyum miring karena di otaknya sudah tercipta rencana bahwa ia sangat sangat enggan membelikan dvd barney yang telah menggunung di lemari tvnya.
"Tapi..." kata Keanno menggantung dan wajah adiknya semakin mendekat plus bingung.
Keanno membuang mukanya, "Kakak nggak mau beliin dvd barney."
Tiara segera merenggut. "Ih! Kakak jahat."
Keanno mendengus sebal, "Mau nggak?"
"Lumayan lho dvdnya nggak kalah seru sama Barney."
Tiara bungkam sejenak seperti memikirkan sesuatu di otaknya, elah! Anak kecil mikir apa sih? Lagian nggak usah mikir lah orang pake duit kakaknya juga.
Bermenit kemudian Tiara mengangguk, "Tapi....."
"Tapi apa?" buset adiknya kini pintar bermain kata dengan Keanno.
"Kakak harus beliinya sekalang!" ucap Tiara dengan cadelnya itu.
Keanno memutarbola matanya jengah, "Yaudah tapi Aya sekarang keluar."
Tiara menurut, lantas bocah tersebut langsung berjalan meninggalkan kamar Keanno. Baru adiknya itu menutup pintu kamarnya, sebuah telpon berdering di ponselnya.
Dari Nando.
"Hallo?"
"Lo dimana?"
"Rumah."
"Ke Abah nggak?"
"Iya tapi ntaran, gue mau pergi bentar."
"Lo mau kemana?"
"Mall."
"Yang biasa itu kan?" Ya, Keanno dan teman-temannya biasanya suka ke mall itu dengan tujuan ngesbux.
"Gue ikut dong."
Keanno mengernyit. "Ngapain dah? Gue nggak homo anying."
"Gue mau beliin mba kue." Mba yang Nando maksud ialah kakak perempuannya.
"Yaudah janjian di gramed."
"Sip."
Setelah teleponnya ditutup ia segera mandi dan bersiap-siap. Memang ya, Tiara itu adik ajaib yang memiliki banyak permintaan. Untung cuma satu, pikir Keanno.
Entah berapa menit waktu yang ia habiskan untuk bersip-siap kini Keanno sudah siap dengan kaos berwarna biru dongker dan dipadukan celana selulut. Merasa sudah siap, dirinya segera menelusuri jalanan ibukota dengan motor cbr hitamnya.
Tanpa terasa motor cbr hitamnya kini sudah terparkir sempurna di basement mall. Lantas ia melangkahkan kaki kemudian menaiki lift untuk mencapai lantai dua yang didalamnya terdapat Gramedia.
Kini laki-laki beroutfitkan casual hari ini sudah tepat berada di rak buku cerita anak, mencari novel yang bertemakan tentang kartun.
Namun matanya tidak menangkap sebuah dvd. Tepukan di bahunya membuatnya menoleh secara refleks, ternyata Nando.
"Cari apaan sih lo?" tanya Nando melihat temannya itu dengan raut wajah kebingungan.
"Dvd frozen."
Nando terkekeh sebentar sebelum ia mencibir Keanno. "Dongo! Nyari dvd yang lo cari di tempat dvd begok. Di Gramedia ya kebanyakan buku lah."
Keanno sedikit melongo mendengar penuturan Nando, benar juga. Kenapa dirinya jadi sebego ini? Mungkin efek belum nyebat kali ya tadi pagi, pikir Keanno.
Kemudian keduanya sama-sama mencari dvd Frozen, sebenernya kadang ada sih dvd kartun di Gramedia cuma jarang saja, intinya sih hoki-hokian.
Lagian si Keanno nyari dvd ke toko buku, sama aja kayak lo laper tapi malah masuk ke toko bangunan. Apa yang lo mau makan? Asbes? Besi? Kayu? atau Batu bata?
Nando sempat tidak menyangka bahwa Keanno segoblok itu. Sementara, Keanno kini memegang buku cerita tentang barbie, apa ini aja kali ya? Pikirnya.
Saat ia mengangkat pandangannya, bola mata keduanya kini seperti tengah berciuman dengan jarak. Perempuan yang sangat Keanno kenali, mungkin lebih tepatnya perempuan yang ia jatuhi hatinya. Tasya.
Mungkin hanya berdurasi satu menit mereka sama-sama menilisik apa yang ada dibalik bola mata itu. Karena menit kemudian, suara Nando mengacaukan moment indah ini.
"No, ini nih gue nemu buku cerita frojen!" kata Nando sekaligus membuat mata Tasya menoleh ke sumber suara.
Entah apa yang Tasya lihat selanjutnya karena kemudian tubuhnya sontak sedikit tersentak. Kemudian bola mata Keanno langsung melihat geraknya begitu cepat ke kasir untuk membayar satu buah novel yang sedang digenggamnya.
Aneh, ada apa sebenarnya? Lagipula apa yang menjadikan Tasya begitu takut? Dirinya? Atau Nando? Tapi kalau prediksinya benar, dirinya dan Nando memang pernah melakukan sesuatu terhadap Tasya hingga gelagatnya seperti orang ketakutan?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top