Part 7
***
Malam ini Keanno memetik senar dari gitarnya sambil sesekali bersenandung kecil. Entah Keanno tidak tahu jelas kenapa malam ini ada sebuah perasaan aneh tiba-tiba menyergap dadanya.
Mungkin lebih jelasnya, perasaan itu datang ketika ucapan Nando tadi terlontar.
"No kalo lo suka sama Tasya mending saingan deh daripada tau-tau lo jadian."
Suara petikan gitar kian mendominasi ruang ini, mulutnya dengan lancar menyanyikan sebuah lagu yang berasal dari salah satu musisi Indonesia.
Andaikan dia tahu
Apa yang tlah terjadi
Semenjak hari itu hati ini miliknya
Mungkinkah dia jatuh hati
Seperti apa yangku rasa
Mungkinkah dia jatuh cinta
Seperti apa yang kudamba
Tuhan yakinkan dia
Tuk jatuh cinta hanya untukku
Andai dia tahu
Ah sial. Perasaan ini seakan memenuhi ruang di dada Keanno. Apa benar gadis bernama Tasya itu berhasil memikat hatinya?
Jika bicara jujur, Keanno selalu menginginkan dimana saat sebuah senyum terukir jelas di bibir Tasya. Kemarin Keanno sungguh menyesal sempat mengatakan 'aneh' pada dirinya, karena saat ini Keanno ingin mata itu terus membuntutinya.
Untuk kali ini, kamar dengan berposter Barca menjadi saksi bisu. Jika Keanno mengakui jika dirnya menganggumi Tasya.
Sebuah suara kenopan pintu berhasil mencuri perhatiannya, sesaat setelah dibuka seorang dibalik pintu itu menyengir kuda dengan rambut pendek yang acak-acakan.
Itu Tiara, adiknya.
"Kakak!" kata Tiara menghampiri kakaknya yang masih memeluk gitar.
Tiara Adrianti, gadis berumur tujuh tahun yang duduk di bangku kelas satu SD itu lantas menarik tangan kakaknya.
"Temenin Aya nonton Barney kak," setelah kalimat itu terlontarkan, tangan Keanno langsung ditarik-tarik oleh adik perempuannya itu.
Keanno mendengus, adiknya selalu seperti ini jika Mamanya tidak ada di rumah, adiknya lebih memilih ditemani dengan anggota keluarganya dibanding dengan Asisten rumah tangga yang kadang bisa menjelma menjadi pengasuh Tiara.
Mau tidak mau, suka tidak suka akhirnya Keanno memindahkan gitar dan berjalan dengan digandeng adiknya. Ohiya! Jangan lupakan dengan ponsel yang sudah ia gengam di tangannya.
Bisa gila ia jika matanya terus terpaku pada dvd barney itu. Lagipula kadang Keanno tidak habis pikir dengan adiknya, kenapa dia nggak suka sama Frozen saja? Jelas-jelas itu selangkah lebih mending daripada kartun bertubuh besar berwarna janda itu.
Sesaat kemudian setelah sampai di ruang keluarga, Keanno segera menyetel dvd Barney. Adiknya, Tiara itu sudah sangat antusias dengan duduk di karpet berbulu juga tangan yang memegang boneka Barney.
Kadang Keanno berpikir, mungkin Tiara akan memilih segudang boneka, dvd atau semua yang berbau Barney daripada dirinya. Dirinya yang biasa mengendap-ngendap untuk bisa menghisap sebatang rokok.
Berbicara rokok mampu mengingatkan bahwa sedari tadi ia ingin menghisap sepuntung rokok. Ia lantas berjalan ke kamarnya kembali untuk mengambil satu batang rokok di saku jaket denimnya.
Segera ia membakar lalu menghisapnya dalam-dalam dan berjalan kembali ke arah ruang keluarganya. Rasa manis kembali menjalar dengan sekujur lidahnya, rasanya begitu menenangkan.
Ia meraih ponsel yang berada di sampingnya kemudian menampilkan sebuah notifikasi instagram. Detik kemudian rasa senang kian membuncah di dadanya, itu berasal dari instagram milik Tasya.
Tasya menyetujui dan mengikutinya balik.
Beruntung sinyal sedang berpihak pada dirinya, Keanno segera melihat postingan-postingan dari pemilik akun tasyafany itu.
Postingannya hanya ada tiga dan hanya ada satu foto dengan wajahnya, sisanya semacam untuk feeds. Dan satu foto itu menunjukkan senyum yang Keanno inginkan.
Foto itu Tasya sedang menopang dagu dengan rambut yang dikuncir kuda, entah sengaja atau tidak, ada beberapa helain rambut yang jatuh dan menciptakan kesan menggemaskan menurut Keanno.
Sial. Dirinya kali ini benar-benar jatuh hati pada Tasya.
***
"Terus gimana?" tanya Klarisa di ujung sana.
"Iya lo gimana?" Niara ikut menimbrung.
Tasya lantas duduk bersila diatas ranjang dengan ponsel yang menempel pada telinganya. Mungkin hampir seperempat jam Tasya memulai group callnya dan membahas masalah si Nando itu yang kemarin sempat menawarinya tumpangan di depan Cafe.
"Ya gitu. Gue serem banget," lanjut Tasya. "Menurut lo-lo pada gue lebay nggak sih? Kalo takut?"
"Kalo kata gue wajar. Apalagi yang dari cerita lo, cowok PK 'kan awalnya aja manis terus cari kesempatan dalam kesempitan bisa grepe-grepe," ujar Klarisa berpendapat.
Niara bergumam sebentar, "Hm menurut gue lebay. Ya lo nggak tau aja 'kan kalo ucapan dia waktu itu cuma bercanda? Lagian jarang ada cowok ganteng sampe ngebuntutin orang yang acuh tak acuh sama dia."
Huh, terlalu banyak pikiran yang bercokol di kepala Tasya. Tapi entah setuju atau tidak pendapat kedua temannya itu, Tasya tetap saja tidak merasakan simpati sedikit pun.
"Syaaa," panggil mama tiba-tiba dengan nada cukup keras hingga menembus kamar Tasya yang berada di lantai dua.
"Eh gue udah dulu ya, mama udah manggil."
"Ok," jawab kedua temannya serempak kemudian Tasya segera menyudahi percakapan itu.
Jemarinya meraih kenop pintu kamar dan melangkahkan kaki kearah dimana Mamanya berada.
"Iya mah?"
Rita menyerahkan ponsel bermerk apple itu pada Tasya. "Itu Mbah uti nelpon."
Segera ponsel itu ia dekatkan lagi pada indera pendengarannya. "Utii kangennn."
"Mbah juga kangen, kapan kamu ke Semarang?"
"Nggak tahu tii, uti aja gantian kesini. Kan tahun kemarin aku ke semarang."
"Woalah, mbah sudah tua. Takut kalo naik travel sendiri." Tasya termanggut mengerti. Mbah utinya itu merupakan nenek dari Rita, mamanya.
Bermenit-menit kemudian canda hangat kembali mendominasi ruangan ini. Rita, Ibunya pula diam-diam tersenyum bahagia. Senang melihat dua orang yang ia cintai begitu akrab.
Lantas Rita mengalihkan pandangan pada sebuah figura yang tertempel di dinding. Sebuah foto batita dengan senyum yang mengembang seperti menandakan bahwa ia sangat bahagia berada di keluarga ini.
"Oke, nanti kalo libur Sya ke Semarang ya. Dadah utii, sehat selalu ya."
"Amin, kamu juga ya. Lancar sekolah dan belajarnya." Kalimat mbah utinya itu sekaligus menjadi penutup telepon karena dibuktikan kini Tasya mengernyitkan dahinya bingung melihat perubahan drastis dari raut wajah Rita.
"Mama kenapa?"
Rita tersenyum dan Tasya tahu jelas bahwa senyum itu mengatakan bahwa Mamanya tidak baik-baik saja. "Nggak kenapa-napa sayang."
"Mama jangan bohong, Tasya tahu mama inget Syahla 'kan?" Mamanya bungkam.
"Udah ya sayang, mama mau mandi dulu," lantas mamanya beranjak dari sofa dan berjalan memasuki kamarnya.
Tasya menghembuskan nafas beratnya, lagi dan lagi Mamanya seakan menutup diri untuk membahas Syahla. Tasya tahu, semuanya sama-sama sedih atas kepergian Syahla, tapi mamanya tidak harus menutup diri tentang kesedihannya itu.
Lantas Tasya kembali menuju kamarnya dan membuka ponsel, sengaja membiarkan sebuah lagu bersenandung merdu.
Ada ruang hatiku yang kau temukan
Sempat aku lupakan kini kau sentuh
Aku bukan jatuh cinta namun aku jatuh hati
Ku terpikat pada tuturmu, aku tersihir dirimu
Terkagum pada pandangmu cara mu melihat dunia
Ku harap kau tahu bahwaku terinspirasi hatimu
Ku tak harus memilikimu tapi bolehkah ku selalu di dekatmu.
Tanpa sadar Tasya ikut menyanyikannya kecil, suaranya memang tidak bagus tapi apa ada larangan suara jelek nggak boleh menyanyi?
Saat ia menyanyikan salah satu lagu Raisa itu ada bayang-bayang seseorang. Ya, Tasya sangat kenal akan orang itu. Orang yang sempat mencibirnya dengan kata aneh, orang yang selalu menjadi objek menarik bagi matanya.
Wajah Keanno seakan tengah menari bersama musik yang berputar. Gila memang, bagaimana bisa ia jatuh hati pada Keanno? Tapi entah Tasya tidak tahu jelas apa ini hanya perasaan kagum semata atau.....
Eh? Tasya menggeleng kuat-kuat. Lagi dan lagi ia menyangkal perasaannya sendiri.
Bagai lirik lagu yang tadi Tasya nyanyikan; ku terpikat pada tuturmu? Tutur si Keanno yang bak sambal high level itu? Nggak deh, Tasya mending tidak berurusan daripada rasa kepercayaan pada dirinya perlahan memudar.
Ya memangnya siapa yang tahu perasaan si korban yang dibully?
Daripada wajah Keanno terus berputar di pikirannya lebih baik ia mematikan musiknya. Setidaknya ini cara yang lebih baik.
Menit kemudian ia membuka aplikasi chatting berwarna hijau itu lantas terdapat sebuah pesan yang mampu membuat keningnya mengkerut dan ritme detak jantungnya yang tak biasa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top